Dalam Pertempuran Pulau Kabut, hasil yang diperoleh Tiongkok cukup baik. Namun, Muya Crystal jelas merupakan harta tak ternilai, tak ada yang akan menolak lebih banyak! Begitu kabar kedatangan Luo Feng di Kota Basis Jingdu tersebar, pejabat tinggi Tiongkok segera bergerak. Sementara Luo Feng sendiri dengan rendah hati menggunakan mobil biasa bersama keluarganya untuk mengunjungi bibi buyutnya.
……
Di dalam sebuah kompleks perumahan.
Ding dong, ding dong.
Keempat anggota keluarga Luo Feng berdiri di depan pagar rumah susun (townhouse), sementara ayahnya Luo Hongguo menekan bel pintu.
“Jangan terus menekan bel, tidak ada orang di rumah mereka. Nenek mereka sudah dirawat di rumah sakit, anak dan menantunya juga pergi ke rumah sakit untuk merawat sang nenek.” Seorang kakek yang sedang mengajak anjing jalan berteriak.
“Oh?”
Luo Feng menyebarkan kekuatan pikiran ke sekeliling, memindai vila tersebut. Benar, tidak ada orang.
“Boleh tahu Paman, rumah sakit mana?” tanya Luo Feng.
“Pasti Rumah Sakit Rakyat Nomor Satu Kota Tianjin kita.” Kata si kakek, “Keluarga Lao Tang memang berkecukupan. Aneh kalau tidak ke Rumah Sakit Nomor Satu.”
……
Luo Feng dan tiga lainnya duduk di dalam mobil, satu di kursi penumpang depan, tiga di kursi belakang.
“Keluarga bibi hidup cukup nyaman, bahkan tinggal di vila, jauh lebih baik daripada keluarga kita dulu.” Luo Hongguo tersenyum lega, “Sekarang aku tenang.”
“Cucu-cucu bibi sepupu, sejak kecil sudah pintar, nilai akademiknya sangat bagus. Usia 15 sudah masuk Universitas Jingdu. Sekarang bekerja di lembaga penelitian penting negara, vila itu memang disediakan oleh lembaga.” Luo Feng menjelaskan, semua ini tercantum dalam data yang dikirim Liu Yan sebelumnya.
Luo Hongguo dan Gong Xinlan sama-sama tertawa: “Pintar sekali! Seperti anak-anak kita juga.”
Luo Feng dan Luo Hua saling pandang.
“Wahahaha, ini namanya bakat alami!” Babata yang sedang nyaman berendam di bak mandi besar di ruang gelang tertawa terbahak, “Luo Feng, sepertinya Lebar Area Otakmu yang tinggi ada hubungannya dengan garis keturunan keluarga Luo. Keempat keturunan keluarga Luo yang lahir pasca Pra-Bencana Besar semuanya berkualitas.”
“Kamu tidak perlu dibicarakan lagi, adikmu juga sangat pintar, murni belajar mandiri, bermain saham pun begitu hebat. Cucu-cucu dari saudari nenekmu Luo Hongqin, semuanya membawa sedikit darah keturunan nenekmu Luo Hongqin, jadi juga pintar.”
“Orang dengan lebar area otak yang tinggi, secara bawaan memang cerdas,” kata Babata. “Tentu saja mereka tidak ada yang melebihi kamu… haha…”
……
Salah satu dari delapan kota satelit Kota Basis Jingdu ‘Tianjin’, di depan ruang VIP Rumah Sakit Rakyat Pertama.
Di tempat tidur pasien, seorang nenek berambut putih terbaring tanpa warna di wajah. Di sofa sebelah, sepasang suami istri paruh baya tertidur, sementara sepasang pemuda-pemudi sedang menemani sang nenek mengobrol di tepi tempat tidur.
“Kalian siapa?” Salah satu perempuan muda itu menoleh bingung ke arah pintu.
Di pintu berdiri keluarga Luo Feng.
Luo Hongguo berjalan mendekat, memandangi nenek di tempat tidur dengan napas tersengal. Sang nenek juga memandang bingung ke pria paruh baya ini, perlahan ekspresinya berubah menjadi haru: “Kamu, kamu adalah…” Ini membuat pasangan suami istri di sofa terbangun.
“Ibu, ada apa?” Pasangan itu bergegas mendekat.
“Anda siapa?” Pria paruh baya itu memandang Luo Hongguo dengan waspada.
“Kamu pasti Tang Cheng,” Luo Hongguo menatap pria itu. “Sekejap mata, kita sudah menua.”
“Anda…” Tang Cheng memandang bingung ke arah orang di hadapannya.
Luo Hongguo tak kuasa menahan air mata haru, menatap nenek tua itu. Sang nenek pun berusaha bangkit duduk, memandangi Luo Hongguo dengan seksama: "Kau... Hongguo?"
"Benar, ini aku, Hongguo! Bibi, kau masih mengenaliku?" Luo Hongguo langsung tersentak gembira.
"Hongguo sungguhan! Wajahmu persis seperti ayahmu, bentuk mulut itu..." Sang nenek mengulurkan tangan keriputnya gemetar, menggenggam tangan Luo Hongguo, "Hongguo, kau masih hidup. Bibi tak menyangka bisa bertemu lagi sebelum mati."
"Kau sepupuku?" Pria paruh baya itu terkejut memandangi Luo Hongguo.
"Hmm." Luo Hongguo mengangguk cepat.
"Astaga! Ini... ini sudah lebih dari 40 tahun, sepupu! Sepupu!!!" Pria bernama 'Tang Cheng' itu pun tak kuasa menahan emosi. Pertempuran Pra-Bencana Besar telah memisahkan begitu banyak keluarga. Saat itu transportasi terputus, komunikasi terputus, bahkan data kependudukan negara banyak yang hilang.
"Aku langsung mengenalimu." Sang nenek tersenyum bahagia, "Mirip sekali dengan kakakku. Hongguo, bagaimana dengan ayah dan ibumu?"
Luo Hongguo perlahan menggelengkan kepala.
Melihat itu, sang nenek menghela napas pelan.
"Xiao Feng, Xiao Hua, kemarilah." Luo Hongguo memberi isyarat, lalu menoleh ke sang nenek, "Bibi, ini kedua anakku."
“Hongguo, dulu kau masih anak kecil, sekarang sudah punya dua anak laki-laki dewasa. Mari sini, biar Nenek lihat.” Nenek tua itu membuka matanya lebar-lebar. Luo Feng dan Luo Hua segera mendekati ranjang. Sang nenek mengamati dengan seksama, “Hm, bagus. Keduanya tampan, persis mirip garis keturunan keluarga Lao Luo kita!”
“Yong Qing, Yong Yuan, Xiao Feng, Xiao Hua, kemarilah. Kalian berempat harus sering ngobrol bareng.” Nenek itu memanggil ramah.
Bruk!
Pintu kamar sakit ditendang keras hingga terbanting. Semua orang di dalam kaget. Para pengunjung kesal sambil menoleh ke arah suara. Tiga pria masuk – seorang pemuda bermata tajam disertai dua badan besar. Melihat mereka... wajah keluarga Bibi langsung berubah pucat.
“Apa maksudmu datang ke sini?” Cucu perempuan Bibi, ‘Tang Yongqing’, maju selangkah dengan wajah geram.
“Hanya mengingatkan, waktumu tinggal tiga hari!” Sorot mata dingin pemuda itu menusuk Yongqing, “Yongqing, kau tahu sifatku!”
“Cepat... cepatlah pergi dari sini.” Yongqing buru-buru berkata.
Adik laki-lakinya Yong Yuan maju, menuding marah: “Wang Xing'an! Jangan keterlaluan! Aku dan kakak juga peneliti utama di institut, kami...”
“Omong kosong!”
"Pemuda beraura dingin itu menatap dingin Tang Yongyuan, 'Lembaga penelitianmu saja tidak kuhiraukan, apalagi peneliti sampah sepertimu. Dasar anak kecil, jangan kira karena kakakmu aku tak berani menyentuhmu! Aku beri waktu tiga hari lagi untuk kakakmu... Tiga hari lagi, jika kakakmu tetap menolakku, tak hanya dia, kau yang sudah menghinaku tiga kali ini akan kuhabisi sekaligus!'"
"Tiga hari..." Pemuda itu mengacungkan tiga jari ke arah Tang Yongqing dengan senyum jahat, "Masih tiga hari lagi~~ Yongqing cantikku, aku tak ingin bunga indah seperti layu begitu saja!"
Tang Yongyuan menggigil marah sepanjang tubuh.
"Yongqing, ada apa ini?" Pasangan paruh baya di sampingnya bertanya khawatir.
"Ayah, tidak apa-apa." Yongqing segera menghibur.
"Dengarkan baik-baik, Bapak tua." Pemuda itu menatap Tang Cheng sambil tersenyum, "Dalam tiga hari, putrimu harus setuju menjadi milikku. Keluargamu akan selamat! Jika tidak... Kubawa seluruh keluargamu ke neraka! Nasib kalian sekarang ada di tangan Yongqing, hahaha..."
Luo Feng berdiri tenang menyaksikan adegan ini. Luo Hua menoleh ke arahnya: "Kakak?"
"Jangan buru-buru, lihat dulu permainan apa ini." Luo Feng tetap tenang.
Luo Hua mengangguk.
……
Pasangan Tang Cheng masih bingung, nenek di ranjang pasien sebelah berteriak: "Yongqing, siapa sebenarnya orang ini? Ada apa sebenarnya?"
“Wang Xing'an, kau sudah punya begitu banyak wanita, mengapa masih mengganggu kakakku!” Tang Yongyuan membentak.
“Aku tak punya hobi lain, hobiku adalah mengoleksi wanita dengan berbagai aroma.” Wang Xing'an tersenyum jahat, “Lihat kakakmu... zieeett, meski kecantikannya 85 poin, tapi aura intelektualnya minimal menambah 20 poin. Benar-benar memikat, koleksiku masih kurang yang seperti ini. Yong Qing, jika melawan, kau tahu akibatnya.”
“Ada pepatah, jika tak bisa melawan, tutup mata dan nikmatilah.” Wang Xing'an melebarkan senyumnya, “Aku sungguh tak ingin menghancurkanmu dengan tanganku sendiri. Tahukah kau, betapa sakitnya hatiku ketika menghancurkan wanita-wanita yang melawanku dulu!” Katanya sambil memegang dada.
“Kau ini tidak normal!” Tang Yongyuan berteriak.
“Orang sepertimu takkan pernah paham pikiranku.” Sorot mata Wang Xing'an penuh kesombongan memandang Yongyuan, “Ekspresi marahmu ini, zieeett, di mataku kau hanya semut.” Lalu menoleh ke Yong Qing dengan wajah muram, “Yong Qing, dulu kita begitu bahagia, saling mencintai. Mengapa memaksaku menggunakan kekerasan? Aku paling tak suka menggunakan tinju.”
Yong Qing menggigit bibirnya.
“Tak! Tak!”
Suara tepuk tangan terdengar.
Semua orang di ruang pasien bingung menoleh. Wang Xing'an dan dua anak buahnya melihat ke arah sumber suara. Seorang pemuda berbaju santai hitam, Luo Feng, sedang bertepuk tangan pelan sambil tersenyum memandang Wang Xing'an.
“Aku sangat tidak suka, ada orang yang pamer di hadapanku.” Wang Xing'an sedikit mengangkat dagu, pandangannya dingin seperti ular berbisa, “Dia bertepuk tangan, Lao Er, pergilah patahkan kedua tangannya.”
“Ya.”
Seorang pria kekar menyeringai jahat.
“Berhenti!” Yong Qing berteriak, menatap Wang Xing'an sambil menangis, “Aku setuju, oke? Tolong jangan begini lagi, hentikan ini.”
“Haha, bukankah ini baik?” Wang Xing'an langsung mengangkat alis dan tertawa, “Lao Er, kembali. Sebagai orang besar, aku akan bermurah hati dan mengampuni...”
“Tak menyangka berkunjung ke Kota Basis Jingdu bisa menemui hal seperti ini.”
Suara itu bergema.
Semua orang di ruang pasien menoleh ke arah sumber suara. Luo Feng yang berbicara. Wajah Wang Xing'an langsung berubah gelap, matanya menyipit dingin: “Benar-benar mencari mati.”
“Jangan ikut campur!” Yong Qing panik menatap Luo Feng, “Dia Wang Xing'an, anggota Keluarga Wang di Jingdu. Menguasai sebagian besar aset ekonomi keluarga, baru saja ditetapkan sebagai ahli waris utama keluarga. Ibunya bahkan masih di Markas Besar Militer Jingdu...”
“Seharusnya aku memanggilmu sepupuku.”
Luo Feng tersenyum, membuat Yong Qing terkejut.
Luo Feng langsung berjalan mendekati Wang Xing'an dengan tenang.
“Siapa kau?” Wang Xing'an menatap tajam ke arah Luo Feng.
“Siapa aku?”
Luo Feng menyeringai lebar.
Siuutt! Siuutt! Siuutt!
Kertas di samping tempat tidur pasien tiba-tiba terbelah menjadi enam lembar, berputar cepat dan menari-nari di udara. Enam bayangan samar melesat dengan kecepatan yang tak bisa diikuti siapapun, mengiris kedua bahu, paha, tulang punggung, dan perut Wang Xing'an! Hanya setitik darah yang beterbangan, namun darah-darah itu tiba-tiba berkumpul membentuk bola darah kecil dan mendarap di depan Luo Feng.
"Kau... kau..." Wang Xing'an berusaha meronta namun seluruh tubuhnya lumpuh, hanya kepalanya yang bisa bergerak.
Ruang rawat seketika hening. Dua bodyguard itu tertegun... Mereka sadar lawannya adalah Pembaca Pikiran! Sementara orang lain di ruangan itu, termasuk Tang Yongqing dan yang lain, terpana menatap Luo Feng lalu memandangi keluarga Luo. Keluarga macam apa ini? Dari mana munculnya jagoan seperti ini?
"Berani-beraninya kau melukai aku." Wang Xing'an menggigit gigi hingga berderik.
"Ekspresi marahmu itu..." Luo Feng memandang ke bawah ke arah Wang Xing'an yang tergeletak, "Dengan kata-katamu sendiri—di mataku, kau hanyalah semut kecil."
"Kau cari mati, cari mati!" Sorot mata Wang Xing'an mengerikan.
"Cari mati?"
Luo Feng menatap Wang Xing'an, "Katakan, siapa yang mau kau andalkan untuk balas dendam? Ibumu punya koneksi di markas besar distrik militer? Oh, orang nomor satu militer Tiongkok adalah 'Jia Yi', makhluk yang melampaui Dewa Perang. Sedangkan keluarga Wang-mu adalah salah satu dari sembilan keluarga besar HR Alliance. Posisi tertinggi di HR Alliance dipegang oleh Ketua Dewan HR Alliance, Isabella!"
“Luo Feng mengeluarkan ponsel dari sakunya, membuka buku telepon, dan mengarahkan layar ke Wang Xing'an. "Dua nomor di tengah ini, satu milik Jia Yi, satu lagi milik Ketua Dewan HR Alliance, Isadora. Kalau mau cari mereka untuk balas dendam padaku, silakan hubungi... Jangan lihat nomor lain. Yang di atas itu milik Pemimpin Dojo Batas Global 'Hong'."”
