Luo Feng, Rong Jun, dan Wu Ka duduk di sofa memantau layar yang menayangkan pertarungan kualifikasi terbaru di Rahasia Primordial.
"Pertarungan Kualifikasi Rahasia Primordial sudah memasuki tahap akhir. Sebentar lagi Mo Luo vs Sima Yan." Wu Ka memegang gelas anggur, kaki disilangkan, "Yang kalah harus ikut pertarungan perebutan!"
"Um." Luo Feng juga menatap tajam ke layar.
Harus... Mo Luo yang kalah!
……
Di kawasan Area Asli, di dalam perkebunan besar milik Moro, di padang rumput yang luas, Moro duduk bersila dengan tenang. Ia suka bermeditasi sambil merefleksikan berbagai pertempuran.
"Tak kusangka Bolan itu begitu kuat, baru saja menembus lantai tujuh Jembatan Menuju Langit... Tapi dia memaksaku terluka parah untuk bisa membunuhnya." Moro tak pernah menyangka dua anggota baru bisa memberinya masalah, seperti Sajin·Si Naga Api dan Ninan di Area Purba yang sudah lebih dulu menembus lantai tujuh Jembatan Menuju Langit.
Membunuh mereka, Moro bisa melakukannya dengan mudah!
Tapi membunuh Bolan harus membayar dengan satu kakinya, apa artinya? Artinya kekuatan mereka hampir setara!
"Kekuatannya, bahkan di Kawasan Misterius Purba, mungkin hanya sedikit di bawah Krofu." Moro menghela napas, "Anggota baru yang baru dua tahun menembus lantai tujuh Jembatan Menuju Langit, sudah sekuat ini..."
Ia tidak tahu.
Bakat Bolan dalam hukum ruang sangat luar biasa. Sebelumnya karena kesombongannya ingin mempelajari Prasasti Chaos Semesta dengan menggabungkan waktu dan ruang, ia menyia-nyiakan banyak waktu. Kini begitu fokus pada hukum ruang, kekuatannya langsung melesak drastis!
"Bolan sudah dikalahkan, bukan ancaman lagi... Sekarang aku harus mengalahkan Sima Yan." Alis Moro berkerut.
Tiga anggota lama di Rahasia Primordial.
Feto, juara mutlak, sudah lama menembus lapisan kedelapan Jembatan Menuju Langit, keunggulannya jelas.
Moro dan Sima Yan seimbang!
“Di pertarungan kualifikasi terakhir, aku mengalahkan Sima Yan. Tapi di pertempuran perebutan... Sima Yan justru mengalahkan Krofu!” Mo Luo berpikir dalam hati, "Sima Yan adalah Ilusionis yang secara alami menekan Krofu! Tapi... aku Petarung, Krofu juga Petarung! Selama 1-2 abad terakhir, kemajuan Krofu benar-benar luar biasa!"
“Pertarungan kualifikasi terakhir sudah berbahaya, tapi saat itu kekuatannya masih sepadan denganku.”
“Tapi sekarang... melihat rekaman pertarungannya dengan Luo Feng, kekuatan Krofu sudah melampauiku.” Alis Mo Luo berkerut penuh kekhawatiran.
Manusia Serigala Krofu!
Lonjakan kekuatan utamanya terjadi dalam 1-2 abad terakhir. Sebelumnya meski kuat, hanya setara dengan Apoteker Yufeng! Tapi sekarang sudah jauh meninggalkan... terasa seperti 'beda tingkat'! Bahkan Luo Feng pun langsung dihancurkan oleh tekanan eksploitasi Krofu!
Hanya dari menonton video, Mo Luo langsung tahu Krofu sudah melampauinya!
“Jika aku kalah dari Sima Yan dan harus ikut pertempuran perebutan, enam orang berebut satu kuota dengan Krofu di antara mereka... harapanku tipis!” Mo Luo menggeleng, “Bagaimanapun, aku harus tetap di Rahasia Primordial!”
“Harus bagaimana?”
“Harus bagaimana?”
Ekspresi Mo Luo kompleks. Meski terkejut dengan kekuatan Luo Feng, jelas kekhawatiran utamanya sekarang adalah Manusia Serigala Krofu!
“Hanya ada satu cara!”
“Kalahkan Sima Yan!”
"Dengan demikian, peringkatku akan masuk dua besar!" Moro menarik napas dalam-dalam, "Jika sudah masuk dua besar, tak perlu ikut pertarungan perebutan. Biarkan Sima Yan yang bertarung melawan manusia serigala Krofu..."
"Harus menang melawan Sima Yan, aku harus menang!!!" Moro bergumam dalam hati.
Hanya sejenak——
Suara sistem alam semesta virtual terdengar di telinga Moro: "Moro, pertarungan kualifikasi Tingkat Semesta di Area Asli, pertarungan ketigamu akan segera dimulai. Lawanmu adalah 'Sima Yan'." Bersamaan dengan itu, layar pelindung lengan di pergelangan tangan Moro secara otomatis menampilkan data detail, dan seluruh tubuhnya langsung ditransfer ke medan pertempuran.
……
Angin dingin menderu, salju sebesar bulu angsa beterbangan tak beraturan, sementara lapisan es terlihat sangat tebal.
Dua sosok manusia muncul tiba-tiba di atas lapisan es.
"Moro!" Terdengar teriakan marah.
"Sima Yan!" Moro tersenyum memandang ke arah seorang pemuda berambut ungu yang berdiri di kejauhan. Pemuda itu mengenakan jubah hitam mewah, menginjak senjata psionik berbentuk sayap. Rambut ungunya yang tegak menjulang dihiasi pola rahasia ungu rumit di dahi, dengan sepasang mata ungu yang memancarkan daya pesona misterius.
Pemuda berambut ungu ini adalah Sima Yan, seorang Ilusionis.
Pada pertarungan jenius sebelumnya, 'Iblis Ilusi' Jialaxi juga seorang Ilusionis, namun jika dibandingkan dengan Sima Yan... jelas jauh tertinggal.
"Moluo." Sima Yan memandang dengan tatapan dingin, menginjak sayap terbang, menatap ke bawah Moluo, "Kau pasti sudah tahu pertarungan kualifikasi ini. Yang kalah harus ikut perebutan. Kekuatan manusia serigala Krofu jelas meningkat drastis dalam seratus tahun terakhir. Meskipun aku bisa mengendalikannya, tetap tidak punya keyakinan besar! Sedangkan kau... pasti kalah!"
Wajah Moluo langsung berubah muram.
Tertekan.
Para jenius legendaris di Rahasia Primordial juga merasakan tekanan. Karena satu kesalahan kecil bisa membuat mereka tersingkir. Seperti peningkatan kekuatan Krofu kali ini... yang membuat Sima Yan dan Moluo berada dalam bahaya.
"Aku mungkin akan kalah melawan Krofu. Tapi tak perlu bertarung dengannya. Karena... kau PASTI KALAH!" Moluo mengaum keras, menghentakkan kaki ke lapisan es.
Hong! Lapisan es tebal langsung terbelah, pecahan es beterbangan ke segala arah. Tubuhnya melesat seperti kilat mendekati Sima Yan, tinjunya berubah menjadi meteor api.
Hong!
Satu pukulan bagai meteor menghantam Sima Yan, ruang langit-bumi sekeliling berubah seketika.
"Ha-ha, kecepatanmu terlalu lambat." Puluhan kilometer jauhnya, Sima Yan yang menginjak sayap terbang tertawa terbahak-bahak, "Tidakkah kau sadar, sosok yang berdiri di sana sebelumnya hanyalah bayangan ilusi-ku?"
"Hmm?" Mo Luo tiba-tiba menarik tinjunya, mendarat di lapisan es sambil memandang ke kejauhan ke arah Sima Yan.
"Barusan aku memberimu satu kesempatan, tapi sekarang, aku takkan bermurah hati lagi." Sima Yan terus tertawa, sementara kekuatan pikiran tak kasat mata kembali meresap langsung ke dalam dunia jiwa Mo Luo, ilusi spiritual telah menyusup lewat ucapannya...
……
Pertarungan ini diamati oleh ribuan jenius di lapisan inti Perusahaan Virtual Universe, termasuk trio Luo Feng, Rong Jun, dan Wu Ka.
Di depan layar.
Ketiganya menatap penuh konsentrasi.
"Sungguh luar biasa. Si Gila, Si Liar, menurut kalian siapa yang akan menang?" Wu Ka bersantai, Rong Jun tersenyum tenang, sedangkan Luo Feng mengamati setiap frame dengan saksama. Kesadarannya bagaikan otak optik cerdas yang berpikir dengan kilat, terus menganalisis duel ini seolah-olah dirinya yang menghadapi situasi tersebut.
Tak perlu diragukan, hatinya berharap Mo Luo kalah!
Namun melihat dinamika pertarungan, meski ilusi spiritual Sima Yan sangat mengagumkan, Mo Luo bertarung dengan gaya liar bak binatang buas hidup. Meski sesekali terpengaruh ilusi, ia cepat bangkit dan kembali mengejar Sima Yan.
Sima Yan, berusaha menjaga jarak sejauh mungkin, kemudian menggunakan ilusi. Begitu berhasil, langsung mengkombinasikan dengan senjata psionik berbentuk 'pisau melengkung' untuk menyerang!
……
"Hong!"
Langit-Bumi berubah menjadi lautan api tak berujung. Di tengah kobaran api, terlihat sosok-sosok Sima Yan bertebaran. Sekilas terlihat miliar Sima Yan berdiri di segala penjuru.
"Mo Luo!""Mo Luo!""Mo Luo!""Mo Luo!""Mo Luo!""Mo Luo!"... Miliar Sima Yan bersuara serempak. Mo Luo yang terkepung di tengah mengerutkan alisnya, tetap tenang sambil mencoba mengidentifikasi mana sosok asli di antara miliar ilusi ini.
"Ini adalah teknik ilusi terbaru yang kukuasai!"
"Bernama 'Bayangan Dunia Api'."
"Mati kau!"
Mo Luo justru menutup matanya, sama sekali tidak melihat sekitar, fokus waspada.
"Di sini!" Mo Luo tiba-tiba menerjang bak kilat, kedua kakinya seperti dua pedang tempur yang merobek udara!
Byur! Sreett!
Mo Luo membuka mata. Di depannya terlihat Sima Yan dengan luka mengerikan dari dada hingga paha. Darah ciprat deras mengalir, bahkan organ dalamnya terlihat jelas.
"Hmph!" Mo Luo tersenyum tipis, tapi seketika senyumnya membeku.
Kepalanya terbelah dua, mayatnya terjatuh.
Mo Luo, mati!
“Yang ilusi adalah nyata, yang nyata adalah ilusi!” Sima Yan yang terluka parah di kejauhan menginjak sayap terbang, wajah pucatnya tersenyum sinis menatap mayat itu, “Kau pikir menutup mata bisa menyelamatkanmu?”
……
Di Area Asli, dalam perkebunan Mo Luo.
“Aku benar-benar kalah.” Mo Luo duduk di ruang meditasinya, kedua tinju terkepal erat sampai kuku menusuk daging telapak tangan, matanya dipenuhi ketidakrelaan.
“Akhirnya aku terjebak juga!”
“Kukira sudah menghancurkan ilusi dan menyerang tubuh aslinya, tapi tak disangka... Dengan mengorbankan luka fisik, dia menyiapkan lapisan ilusi lain. Yang nyata mengandung ilusi, ilusi mengandung kenyataan.” Mo Luo menggeleng, ilusi spiritual Sima Yan yang menggabungkan ‘Hukum Api’ dan ‘Hukum Ruang’ memang telah mencapai tingkat yang ajaib.
“Ini masalah besar.”
Mo Luo mengerutkan kening, “Aku harus ikut pertarungan perebutan! Aku, Bolan, Long Yun, Krofu, Yufeng, Luo Feng... Enam orang berebut satu kuota Rahasia Primordial. Yang gagal akan masuk ke Purba Asali.”
“Krofu... Aku sama sekali tidak yakin bisa menang.”
“Hmph, tak disangka Luo Feng bisa masuk tiga besar Purba Asali.”
“Malas memikirkan dia. Musuh terbesarku tetap Krofu!”
Mo Luo berhenti merenung, segera mencari video pertarungan Krofu sebelumnya lalu menganalisisnya dengan saksama.
……
Di Area Purba, dalam perkebunan Wu Ka.
Luo Feng bertiga duduk di sofa menonton pertarungan Moluo dan Sima Yan yang diputar di layar.
"Ilusi spiritual dan ilusi realitas sepenuhnya menyatu, realitas dalam ilusi, ilusi dalam realitas." Rong Jun memuji, "Konon tingkat tertinggi ilusionis... adalah membuat orang menganggap ilusi sebagai kenyataan, hidup selamanya dalam ilusi."
Luo Feng mengangguk, matinya memancarkan kilatan kegembiraan.
Bagus!
Segalanya telah ditentukan, kuota untuk pertarungan perebutan kali ini akhirnya bisa dipastikan. Di Rahasia Primordial selain Bolan dan Long Yun, orang ketiga adalah... Moluo!
"Tuhan memberiku kesempatan, Moluo. Kali ini akan kujadikan kau pijakan, berikutnya akan kuhabisi dalam realitas." Mata Luo Feng menyipit tajam.
