Pulau Ungu diselimuti cahaya pelangi tak bertepi, di langitnya terpancar lingkaran cahaya yang memamerkan rahasia Hukum Dasar Alam Semesta yang terus meluas.
Berbagai istana ras alien berdiri megah di Pulau Ungu. Salah satunya memiliki ukiran pedang kuno di dindingnya. Tiba-tiba pintu aula terbuka, muncul sosok berbaju zirah ungu dengan tujuh tanda pedang di antara alisnya. Seluruh tubuhnya bagai pedang hidup, sorot matanya setajam bilah logam.
“Raja Tujuh Pedang, rekan manusia kalian Raja Sungai Pedang sungguh luar biasa.”
“Apakah Raja Tujuh Pedang sudah mengundangnya bertarung?”
Dua makhluk alien berkulit gelap bertubuh seperti kera pendek berteriak dari kejauhan. Raja Tujuh Pedang cukup terkenal di Pulau Ungu karena menemukan harta karun di Tanah Harta - lokasi warisan yang ditinggalkan oleh makhluk super dari Kultus Dewa Primordial! Meski kemampuannya di Dunia Kehormatan biasa saja, di dunia nyata dengan ‘warisan Tujuh Pedang’ dan ‘warisan Dewa Hewan’ yang membuat iri banyak pejuang, kemampuannya menjadi sangat menakutkan terutama dalam hal bertahan hidup yang melampaui kodrat. Keberuntungannya bahkan membuat banyak pejuang internal manusia sendiri iri.
“Hanya warisan Tujuh Pedang saja, sudah membuatnya bersama Meng Sui Wang menjadi dua jenius abadi generasi ini yang mendapat pelatihan intensif dari umat manusia.”
“Sedangkan warisan yang ditinggalkan Dewa Hewan, membuat status sebenarnya di komunitas manusia sudah lebih tinggi dari Meng Sui Wang. Hanya saja banyak ras alien tidak tahu harta karun apa sebenarnya yang diperolehnya, Raja Tujuh Pedang sendiri juga sangat merahasiakan. Bahkan kelompok puncak ‘Ras Mesin’ hanya tahu bahwa dia mungkin mendapatkan semacam warisan...”
“Tanah Harta Karun adalah berbagai harta yang ditinggalkan oleh Dewa Hewan Kultus Dewa Primordial, Dewa Hewan Pelindung, dan para praktisi Jalan Dewa Hewan tingkat tinggi.”
“Tentang apa sebenarnya harta karun itu, sulit dipastikan.”
“Tidak harus selalu terkait Jalan Dewa Hewan. Misalnya jika Luo Feng nanti statusnya tinggi, dia juga bisa menarik harta khusus yang tidak terpakai di Tanah Harta Karun untuk generasi penerus.”
“Ini menyebabkan selain Raja Tujuh Pedang dan petinggi umat manusia serta Kultus Dewa Primordial, kekuatan lain tidak tahu betapa menakjubkannya hasil yang sebenarnya diperoleh Raja Tujuh Pedang. Jika tidak, tentu tidak akan mengirim Raja Kematian untuk melakukan percobaan pembunuhan.”
“Ha-ha, dia juga manusia. Kalian begitu banyak pejuang alien yang memberinya tantangan bertarung, untuk apa aku menantangnya?” Mata Raja Tujuh Pedang berkilat seperti pedang, tertawa terbahak, “Ngomong-ngomong, tahukah kalian berapa banyak tantangan yang diterima Raja Sungai Pedang ini?”
“Anda saja tidak tahu, bagaimana kami bisa tahu? Kami hanya tahu...paling tidak puluhan ribu pertarungan.” Dua pejuang alien itu melangkah ribuan kilometer, segera menghilang di kejauhan.
“Puluhan ribu pertarungan?”
Raja Tujuh Pedang berdiri di depan istana, berbisik pelan, "Raja Sungai Pedang, jenius legendaris terhebat perkumpulan manusia? Raja Sungai Pedang... saya tidak akan mudah menyerah!"
Setelah mendapatkan harta karun di tempat harta, dia sudah menganggap diri melebihi Meng Sui Wang sebagai yang terbaik di generasi ini. Tapi sekarang muncul Raja Sungai Pedang.
"Dulu di medan tempur perbatasan memperebutkan Menara Bintang Langit, kamu tidak mencolok. Saya sama sekali tidak memperhatikanmu. Tak menyangka status aslimu ternyata Cosmic Lord. Mengetahui kamu gila menerima tantangan perang, saya ingin melihatmu. Untuk pertama kali mengamati dengan serius, seperti apa jenius yang bahkan guru saya yakini melebihi saya dari perkumpulan manusia ini." Raja Tujuh Pedang bergumam, "Saya tidak tahu apakah kamu benar-benar percaya diri atau gila, sampai berani menantang lebih dari 10.000 pertempuran. Kamu akan segera mengerti... para penerus warisan di sini semuanya jenius legendaris. Bahkan saya, di Dunia Kehormatan hanya masuk golongan menengah. Realitas kejam ini akan segera membuatmu tersadar."
……
Di inti Kultus Dewa Primordial, salah satu dari Delapan Kuil Hewan Suci 'Kuil Hewan Guntur'. Secara eksterior, kuil ini tampak sebagai istana megah berkilauan setinggi 100 juta kilometer. Namun sebenarnya, istana ini menyimpan dimensi ruang waktu.
Di dalam dimensi tersebut, sungai, pegunungan, es, padang pasir... pemandangan tersebar di mana-mana.
Di kedalaman pegunungan tak bertepi yang membentang tak berujung.
"Auu~~~" "Huss~~~"
"Auu~~~" "Huss~~~"
Seperti sedang bernapas.
Setiap raungan 'Auu' akan memenuhi Langit-Bumi ruang waktu berdiameter lebih dari 1 tahun cahaya dengan petir tak bertepi yang menyambar-nyambar. Sedangkan setiap hembusan 'Huss' akan menciptakan angin meraung di wilayah ruang waktu tertentu, menghancurkan pegunungan tak terhitung, memutus aliran sungai, dan menerbangkan pasir gurun secara liar ke angkasa...
Untungnya tak ada makhluk hidup lain di seluruh ruang waktu ini.
"Berani-berannya mengganggu tidur panjangku." Suara bergemuruh menggema di seluruh dimensi. Beberapa bukit di pegunungan tak bertepi tiba-tiba terangkat ke atas, menyingkapkan sosok Dewa Hewan raksasa setinggi 100.000 kilometer dengan tiga kuku, sayap, serta bulu-bulu hijau yang menutupi seluruh tubuhnya. Setiap langkahnya mengguncang bumi dan meruntuhkan puncak-puncak gunung.
"Leluhur Dewa juga, menyuruhku mengurus urusan sepele kuil."
"Tujuh Dewa Hewan lainnya malah kabur entah ke mana. Hanya aku yang harus tinggal di sini selama 1 miliar era. Wuu... Sudah berapa lama aku tertidur? Baru 30 juta era? Masih harus bertugas 70 juta era lagi?" Raksasa berbulu itu berjalan mondar-mandir, membuat ruang waktu bergetar.
"Masuklah!" akhirnya Raungan Dewa Hewan itu bersabda.
Ruang dimensi Kuil Dewa Hewan terbuka. Para Jendral Dewa yang telah menunggu di luar segera memasuki tempat suci itu.
"Jendral Darah-Api memberi hormat kepada Dewa Hewan." Dengan mendarat di puncak sebuah bukit setelah melesat melintasi angkasa, sang jendral memandang sosok kolosal yang jauh lebih besar dari pegunungan itu sambil berseru penuh khidmat.
“Aku sudah bilang, jangan ganggu tidur panjangku kecuali ada urusan penting yang benar-benar krusial.” Lubang hidung Dewa Hewan Petir menyemburkan aliran udara yang langsung memusnahkan pegunungan di sekitarnya menjadi kosong, sementara di langit bermunculan lebih banyak kilat secara tiba-tiba, seolah menunjukkan kemarahan Sang Dewa Guntur.
Jendral Darah-Api memberi hormat dengan khidmat: "Dewa Hewan, ada urusan penting."
Jendral Darah-Api juga merasa kesulitan. Operasional Kultus Dewa Primordial sudah lama menjadi sistem mandiri. Banyak urusan bisa diselesaikan oleh para Jendral Dewa saja, apalagi para Dewa Hewan yang semakin malas mengurus, bahkan enggan menyambungkan kesadaran mereka ke Dunia Kehormatan. Jelas, memisahkan kesadaran membuat mereka tidak nyaman.
"Bicaralah." Dewa Hewan Petir memandangi sosok kecil 'Jendral Darah-Api' dari atas.
Sebagai pewaris jabatan Jendral Dewa, Jendral Darah-Api jelas mampu menyaingi Penguasa Alam Semesta biasa. Sedangkan Dewa Hewan Petir... begitu mewarisi tahta Dewa Hewan, kekuatannya menjadi jauh lebih dahsyat.
"Kami menemukan jenius alam semesta yang layak dididik oleh Kultus kita." Jendral Darah-Api buru-buru menjelaskan.
"Jenius alam semesta? Hanya untuk ini kau mengganggu tidur panjangku?" Di kedua mata Dewa Hewan Petir terus berkedip-kedip pancaran petir.
"Karena dia bisa membunuh Raja level batas maksimal meski masih Cosmic Lord." Jendral itu segera menambahkan.
“Um? Makhluk khusus yang kuat?” Mata Dewa Hewan Guntur itu berkilat. Kultus Dewa Primordial juga perlu melatih pejuang. Seperti Raja Serangga yang sedang dilatih intensif. Begitu diincar oleh Kultus Dewa Primordial... statusnya akan berubah total. Namun standar Kultus Dewa Primordial sangat tinggi. Jenius legendaris di alam semesta sekaliber Ke Di pun dianggap remeh oleh mereka.
“Tidak, manusia. Dia manusia, tapi bisa membunuh Raja tingkat maksimal saat masih menjadi Cosmic Lord.” Jenderal Darah-Api berkata, “Itu pun dalam pertarungan frontal.”
Jenderal Darah-Api yang menggantikan Dewa Hewan mengelola urusan Kultus Dewa Primordial, mengetahui lebih banyak rahasia.
Dalam hal penguasaan Hukum Operasional Alam Semesta...
Tak diragukan lagi, Kultus Dewa Primordiallah yang paling unggul!
“Bunuh secara frontal? Ini melanggar Hukum Operasional Alam Semesta!” Suara Dewa Hewan Guntur bergemuruh Duggg. Jika seorang Cosmic Lord menggunakan taktik serangan mendadak dengan harta khusus ampuh, mungkin masih masuk akal. Tapi bertarung frontal? Prajurit Raja tingkat maksimal hanya perlu menggunakan serangan jiwa atau energi ilahi... sudah cukup untuk mengalahkan Cosmic Lord dengan mudah.
“Berdasarkan intel Kultus Dewa Primordial, khususnya saat di Penjara Es, dia menggunakan harta karun tertinggi untuk menyembunyikan aura. Bisa bertarung sengit melawan Raja tak terkalahkan. Baik serangan jiwa maupun fisik bisa dihalau. Bahkan kekuatannya mampu membunuh Raja tingkat maksimal.” Jenderal Darah-Api menjelaskan.
“Um.”
Mata besar Dewa Hewan Guntur memancarkan cahaya, "Dia memiliki takdir istimewa yang membuatnya mampu melanggar Hukum Operasional Alam Semesta di beberapa aspek, tanpa ditindak oleh hukum tersebut!"
Sangat paham apa arti semua ini.
Alam semesta itu adil.
Bahkan armor seperti 'Baju Jenderal' dan 'Baju Raja' yang mampu meningkatkan kekuatan, memiliki beban fisik yang sangat berat. Contohnya 'Baju Raja' hanya bisa dikenakan oleh tubuh dengan kekuatan Cosmic Lord ribuan kali lipat. Makhluk Rungu Emas pun harus berlatih Kitab Rahasia Sembilan Tribulasi untuk memakainya. Tanpa kitab legendaris itu, armor-istimewa seperti Baju Jenderal-Raja dan Jiwa Jenderal takkan bisa digunakan.
Tanpa semua itu, Luo Feng hanyalah jenius legendaris biasa, paling banter setara dengan Ke Di.
Mana mungkin seperti sekarang, Cosmic Lord bisa membunuh Raja level batas maksimal?
"Melawan hukum alam semesta tanpa konsekuensi?" Suara Dewa Hewan Guntur menggelegar, "Awasi dia! Mulai sekarang, awasi terus setiap langkahnya!"
"Dewa, popularitasnya di alam semesta sangat besar. Meski hanya Cosmic Lord yang mampu membunuh Raja level puncak - walau selain Kultus Dewa Primordial tak ada yang paham implikasinya - sebagai manusia yang mencapai ini, kedatangannya ke Tanah Warisan memicu tantangan dari ratusan penerus warisan. Baru saja, manusia ini menerima semua tantangan." Jendral Darah-Api melapor.
"Semua?!" Dewa Hewan pun terkejut.
“Ya, semua tantangan bertarung, lebih dari 620 ribu pertandingan.” Jenderal Dewa Darah dan Api berkata.
“620 ribu pertarungan? Siapa namanya...” Dewa Hewan bertanya.
“Raja Sungai Pedang! Nama aslinya diduga 'Luo Feng'.” Jenderal Dewa Darah dan Api menjawab.
“Perhatikan baik-baik, bagaimana hasil akhir dari 620 ribu pertarungan ini. Aku juga ingin tahu, keberadaan yang melawan hukum operasional alam semesta ini, sejauh apa bisa bertahan. Lawannya... adalah para jenius legendaris dari seluruh penjuru kosmos.” Dewa Hewan berujar.
……
Dunia Kehormatan, Dunia Pertempuran.
Di hamparan padang pasir tak bertepi.
Luo Feng mengenakan baju zirah hitam dan sepatu tempur, dengan sepasang sayap bersisik menempel di punggungnya - penggunaan sayap merupakan cara tercepat dan termudah untuk melakukan manuver terbang atau menghindar.
“Tubuh semangat yang perkasa. Meski belum mencapai tingkat keabadian, di dunia virtual ini aku merasakan kekuatan 100 ribu kali Cosmic Lord.” Luo Feng memandang jauh ke sosok samar di kejauhan, seekor monster ular berwarna perak-abu perlahan muncul dari gurun, mengangkat kepala segitiganya tinggi-tinggi sementara tubuh raksasanya masih terkubur pasir, tampak samar-samar.
Senyum tipis mengembang di wajah Luo Feng: “Pertarungan pertama dari 620 ribu duel.”
