Luo Feng kembali ke alam semesta primordial, tiba di Tempat Suci Bima Sakti.
Segera menuju pertempuran terakhir. Terverifikasi melalui Morosa bahwa batas waktu terakhir sudah dekat. Waktu yang tersisa tak banyak. Di saat ini tak ada pikiran lain, hanya ingin bertemu keluarga.
“Ciprat!”
Luo Feng mendarat di lorong yang terbuat dari batu hijau, di depannya terdapat halaman sederhana. Di depan pintu halaman berdiri seorang wanita berbusana putih yang ramping. Melihat wanita berbaju putih ini, Luo Feng tersenyum. Inilah istrinya, Xu Xin! Seorang istri yang selalu mendukungnya diam-diam tanpa keluhan.
Dia tidak menuntutku, tidak memaksaku untuk memberinya lebih banyak waktu. Apakah ini tanda tak cinta? Padahal dulu saat aku hendak mati bersama Sang Penelan, ketika semua mengira aku sudah tewas, Xu Xin yang juga mengira aku telah tiada, setelah melahirkan anak, memilih untuk mati bersamaku.
Cinta, bukanlah belenggu.
Melainkan perhatian dan dukungan yang tak bersuara.
"Feng." Xu Xin tersenyum, senyumannya bagai bulan sabit di langit malam, membuat hati Luo Feng tenang.
Istri adalah pelabuhan hatiku.
Luo Feng mengulurkan tangan, menggenggam tangan sang istri: "Ayo temui Ayah Ibu."
"Um." Xu Xin tak banyak bertanya. Sebelumnya dia sudah menunggu di depan pintu ini. Halaman ini adalah tempat tinggal orang tua mereka.
Memasuki pekarangan.
Segera terlihat Luo Hongguo dan Gong Xinlan yang sedang duduk mengobrol. Meski era tak bertepi telah berlalu, penampilan mereka tetap seperti masa lalu.
"Ah Feng." Luo Hongguo dan Gong Xinlan langsung berdiri.
"Ayah, Ibu." Teriak Luo Feng.
Melihat orang tua, rasanya seperti kembali ke era kota basis dunia, saat masih menjadi trainee yang giat di perguruan silat.
“Luo Hongguo dan Gong Xinlan saling pandang, sama-sama merasakan ketidakberesan Luo Feng. Luo Feng yang sekarang telah berdiri di puncak miliaran kelompok, memandangi seluruh makhluk hidup. Biasanya saat bersama orang tua, dia sangat tenang, tapi kali ini Luo Feng seperti kehilangan kendali, bagaikan anak kecil yang merindukan orang tua.”
Ini sangat tidak wajar.
Keduanya menyadari hal ini, namun tidak banyak bicara.
“Ayo duduk. Xu Xin, kamu juga duduk.” Gong Xinlan menggandeng tangan putranya, menariknya duduk di samping. Xu Xin juga duduk di sebelah Luo Feng.
……
Luo Feng berbincang dengan orang tua dan istrinya layaknya orang biasa. Tak lama, kedua putra mereka Luo Ping dan Luo Hai datang, adiknya Luo Hua juga tiba. Seluruh keluarga besar berkumpul, bercakap dan tertawa. Tapi mereka yang telah hidup dalam waktu yang sangat lama ini sama-sama merasakan keanehan pada Luo Feng.
Tampak normal, justru karena terlalu normal, menjadi tidak normal.
Karena sekarang ini kapan?
Sekarang sedang menghadapi Malapetaka Makhluk Batas. Luo Feng yang selalu memikul tanggung jawab, bagaimana mungkin tiba-tiba santai bercengkerama dengan keluarga? Tapi tak satu pun dari mereka yang mengungkapkannya.
Mereka berbincang cukup lama.
Lebih banyak Luo Hongguo, Gong Xinlan, Luo Ping, dan Luo Hai yang berbicara.
“Sudah cukup.” Tiba-tiba Luo Feng berkata.
Semua langsung terdiam.
Luo Feng memandang, betapa pun kuatnya dirinya, ayah dan ibu yang selalu menyayanginya, serta adik yang tumbuh bersamanya! Dua putra yang menganggapnya sebagai idola... dan istri yang telah mendampinginya hingga saat ini.
"Kalian pasti sudah menyadarinya." Luo Feng mengangguk, "Memang ada malapetaka besar yang terjadi. Selama ini aku menyembunyikannya dari kalian, tapi kali ini tidak lagi."
Pertempuran sebelumnya di sarang Makhluk Batas, pembantaian terhadap 900 ribu Makhluk Batas, semua ini tak pernah diberitahukan pada keluarga. Meski keluarga tahu tentang 'Malapetaka Makhluk Batas', mereka sama sekali tak mengetahui detailnya. Tapi kali ini... sekali gagal, seluruh ras dan segalanya akan punah, termasuk diriku sendiri!
Jadi tidak perlu lagi disembunyikan.
"Ada apa, Kak?" Luo Hua segera bertanya.
"Ayah."
"Ayah."
Luo Ping dan Luo Hai juga menatap Luo Feng dengan cemas.
Orang tua dan istri juga memandangnya dengan khawatir.
"Malapetaka Makhluk Batas telah memasuki momen terakhir," kata Luo Feng. "Pertempuran kali ini hanya punya dua hasil. Pertama, aku menang, maka umat manusia dan berbagai ras lainnya akan selamat. Hasil kedua... aku kalah, maka semua ras akan punah, manusia akan tumbang, seluruh alam semesta primordial akan hancur, dan aku akan mati... tak ada yang tersisa."
"Ini adalah pertempuran terakhir," tegas Luo Feng.
Orang tua, istri, putra, dan adiknya tertegun.
Ini menyangkut hidup-matinya miliaran kelompok?
“Aku akan segera berangkat.” Luo Feng berbisik, “Di saat-saat terakhir ini, aku hanya ingin bertemu Ayah Ibu, bertemu kalian.”
Pandangan Luo Feng menyapu setiap anggota keluarga tercinta.
Mereka adalah orang-orang terdekatnya!
“Ah Feng.” Luo Hongguo mengulurkan tangan ke bahu putranya, memeluknya sambil tersenyum, “Sebenarnya Ayahmu ini sangat bangga. Masih ingat waktu Ayah kecil, kiamat datang, bertahan hidup dengan susah payah di tengah bencana, tak terhitung kali menginjak garis hidup-mati. Akhirnya bisa masuk kota basis karena keberuntungan, baru bisa memiliki kau dan Ahua.”
Gong Xinlan di sampingnya juga memeluk putranya.
“Aku dan Ibumu sangat bangga. Kami tak pernah menyangka bisa mengembara di alam semesta tak bertepi! Tak pernah membayangkan bisa mengalami game virtual satu per satu, seolah hidup nyata. Orang lain hanya menjalani satu kehidupan, tapi kami sudah menjalani tak terhitung kehidupan.”
“Hidup kami sangat luar biasa.”
“Karena kau!”
Luo Hongguo dan Gong Xinlan menatap putra mereka.
“Jangan merasa terbebani. Ada pepatah Tiongkok kuno 'hidup seratus tahun', tapi kami sudah hidup ribuan tahun. Dua monster tua ini sekalipun mati, akan mati sambil tersenyum.” Luo Hongguo tertawa, “Pergilah. Jangan ada beban. Bertarunglah habis-habisan. Menang, itu kehormatan tak bertepi. Kalah, Ayah Ibu akan menemanmu tidur panjang.”
Mata Luo Feng berkaca-kaca.
Tak ada sedikitpun kesedihan, yang ada hanya kebahagiaan tak terhingga.
Luo Feng menatap orang-orang tercinta di sekelilingnya yang memandanginya tanpa sedikit pun rasa takut atau khawatir.
"Sebenarnya aku sangat egois." kata Luo Feng, "Aku tidak punya banyak waktu untuk menemani Xu Xin, menemani putraku, menemani Ayah Ibu... Lebih banyak waktuku kuhabiskan menjelajahi alam semesta, mengambil risiko, bertempur. Meski kulakukan ini untuk kelangsungan garis keturunan Bumi, tapi sejujurnya aku sudah terbiasa dengan kehidupan petualangan dan pertempuran."
"Aku suka menjelajah, menyaksikan semua keajaiban misterius di alam semesta."
"Aku suka bertarung, menari di tepian hidup-mati membuat darahku bergelora penuh semangat."
"Jika semua ini hilang, jika hidupku menjadi monoton, aku hanya akan merasa membosankan seperti air." Luo Feng menggelengkan kepala, "Meski kedamaian adalah berkah, tapi aku sudah terbiasa dengan pertempuran, terbiasa dengan kehidupan ini."
Luo Feng menatap satu per satu orang tercintanya: "Hidupku menjadi berwarna karena pertempuran! Tanpa pertempuran semuanya akan hambar."
"Tapi kalian." Luo Feng memandang orang tua yang memeluknya, istri yang menggenggam tangannya, serta putra dan adik di sampingnya, "adalah harta terpenting bagiku di dunia ini! Perlindungan terpenting dalam hatiku, kalian lebih berharga dari nyawaku sendiri. Jika kalian tiada, dunia ini akan tenggelam dalam kegelapan."
Benar, orang tercinta adalah yang terpenting, melebihi nyawa sendiri, membutuhkan perlindungan total! Tanpa mereka diri akan terperangkap dalam kegelapan abadi, hidup lebih buruk dari mati.
"Hidupku bersemi warna-warni karena pertempuran. Dan karena kalian, terangnya tak bertepi!" Luo Feng menatap orang-orang tercintanya.
Luo Feng melepaskan orang tuanya, berdiri: "Aku harus pergi."
……
Pertempuran terakhir yang menentukan hidup-matinya miliaran kelompok, tentu takkan Luo Feng sembunyikan. Para Dewa Sejati dari berbagai ras telah mengetahui semuanya.
Di alun-alun depan istana Luo Feng di Tempat Suci Bima Sakti, telah berkumpul para Dewa Sejati bahkan banyak Penguasa Alam Semesta dari berbagai ras. Luo Feng berjalan keluar bersama keluarga, semua mata tertuju padanya.
"Lord Galaksi."
"Bima Sakti, semuanya kami serahkan padamu."
"Bima Sakti..."
Semua ras menyadari ini benar-benar akhir.
Luo Feng berjalan melewati satu per satu Dewa Sejati. Ia melihat gurunya Penguasa Chaos, Zuo Shan Ke, Zhen Yan. Juga sahabatnya Hong, Dewa Guntur, Rong Jun, Wu Ka. Bahkan Hu Yanbo, Baba Ta, para petarung garis keturunan Bumi termasuk temannya Wei Wen. Pasukan dari Lautan Gelap (kelompok yang diciptakan Luo Feng dari miliaran ras), serta murid-muridnya semua hadir.
"Guru."
"Ah Feng."
"Bima Sakti."
"Luo Feng."
Mereka menyebutnya dengan berbagai panggilan.
Luo Feng berlama-lama di depan tiga gurunya. Penguasa Chaos mengangguk: "Kau tak pernah mengecewakan aku."
Zuo Shan Ke tersenyum: "Aku habiskan segala upaya melatihmu. Kau bahkan melebihi perkiraanku... Tapi tugas yang kuperintahkan belum kaulakukan. Kau tak berhak tumbang di hadapan Makhluk Batas! Kali ini, menanglah!"
Zhen Yan lalu menepuk bahu Luo Feng dengan lembut: "Kau adalah murid terbaikku, selamanya."
……
Luo Feng berjalan ke barisan terdepan, berbalik memandang lautan petarung kuat yang berkumpul di alun-alun istana. Terlihat para Dewa Sejati Ras Setan dan Ras Serangga yang pernah bertarung sengit dengannya, kelompok bawahan yang siap menerima perintahnya, sahabat-sahabatnya, serta orang-orang tercintanya...
Segalanya.
Pada momen ini, Luo Feng semakin merasakan hal-hal yang harus dilindungi dalam hatinya.
"Takkan kubiarkan apapun yang kujaga dihancurkan!" gumam Luo Feng dalam diam. "Dengan nyawa dan seluruh jiwaku, akan kulindungi. Takkan kubiarkan! Tidak akan kubiarkan kehancuran terjadi!"
Para petarung dari berbagai ras memandangi Luo Feng.
Luo Feng juga menatap mereka semua sambil tersenyum: "Aku akan kembali!"
Swoosh!
Tubuh Luo Feng berubah menjadi cahaya kilat, langsung menghilang di kehampaan jauh.
Jika bisa kembali, berarti telah berhasil.
Jika tak kembali, semuanya akan punah menjadi kosong. Para petarung Zaman Samsara mereka, mungkin makhluk-makhluk di zaman berikutnya hanya bisa menemukan jejak peninggalan mereka di tiga Tanah Terlarang.
……
Luo Feng dipenuhi kekuatan, kekuatan dari hati!
Karena keluarga, karena guru, karena sahabat... semua ini harus dilindunginya!
Semua yang indah, mutlak tak boleh dihancurkan!
Untuk itu, ia rela membayar harga apapun!
“Hong!” Siluet mengerikan Makhluk Batas menerobos membran semesta, langsung terbang ke ruang hampa. Di sana telah berdiri seorang pria berbaju zirah perak dengan sayap perak.
“Tuan.” Monster Realm Morosa berkata dengan hormat.
Luo Feng memandang Morosa. Kini Morosa telah mencapai batas maksimal tingkat lima. Normalnya transisi antar tingkat - tiga, empat, lima - membutuhkan waktu pencernaan. Tapi di bawah pengaruh Aturan Tertinggi, Morosa melesat tanpa hambatan.
Sekarang hanya tersisa satu Makhluk Batas yang diperbudak, dan satu lagi yang masih bebas.
“Tuan, Mohe terus bergerak maju ke sini dengan kecepatan luar biasa. Jarak teleportasinya jelas jauh melebihiku.” Morosa khawatir, “Dalam pertempuran ini, apakah Tuan punya peluang?” Ia sendiri tak yakin.
“Pertempuran ini... aku pasti menang!” Luo Feng berbisik, “Pasti.”
Meski lembut, suara itu penuh keteguhan.
Karena Luo Feng punya alasan yang tak boleh gagal.
Demi segala yang harus dilindungi dalam hatinya!
“Pergi!” Luo Feng langsung membawa Morosa melakukan teleportasi, menghilang dari ruang hampa menuju Makhluk Batas Mohe.
