Bab 30 Buru-buru Menyodorkan Dada?
Sudah satu malam penuh ditambah satu hari penuh sejak dia dibawa pergi.
Baru sekarang menerima telepon yang tidak menggigit ini.
Ye Peiying mendengar nada bicaranya, sedikit lega, "Tidak apa-apa saja. Kemarin paman ingin meneleponmu, tapi... Ah, bukan berarti paman sekarang sudah berbeda dari dulu, bahkan saat keluarga Ye masih jaya, beberapa orang tetap tak bisa kita lawan. Guru Qiao bilang, masalah ini tidak boleh dicampuri. Jadi..."
Siapa Guru Qiao ini?
Di dalam hati Sheng Youran berdugaan, mungkin ini salah satu anak buah Mu Yibei.
Rupanya saat membawanya pergi kemarin, dia sudah mempercepat persiapan. Kalau tidak, Manager Huang tidak akan mudah mengalah begitu saja.
"Aku tahu, intinya sekarang aku baik-baik saja. Paman tidak perlu khawatir."
"Youran, apakah di hatimu menyalahkan paman?" Suara Ye Peiying terdengar berat dan lelah.
“Bagaimana mungkin, aku tahu paman juga terpaksa, tapi sebenarnya aku...”
“Aku tahu kau tidak ingin menikahi Tuan Huang, paman juga menyesal. Tapi untungnya, berkat bantuan Tuan Qiao, Tuan Huang tidak akan menyulitkan kita lagi. Anggap saja masalah ini sudah berlalu, mulai sekarang paman tidak akan memaksamu lagi.”
Sheng Youran mengangguk, mengangkat kepala dan melihat Mu Yibei di sofa yang mulai menunjukkan raut wajah tidak sabar.
Sopir baru saja membawa koper rusak miliknya ke dalam apartemen, sekarang menumpuk di depan pintu.
Barang-barang yang sebelumnya sudah rapi kini berantakan membentuk gundukan seperti bukit kecil.
Pasti dia sangat tidak menyukainya.
Merasa paman masih ingin berbicara, Sheng Youran buru-buru menyela, "Paman, aku tahu situasimu sulit. Tapi yang terpenting sekarang adalah menyelesaikan bahaya di perusahaan secepatnya. Anda tidak perlu khawatir tentangku, aku bisa mengurus diri sendiri. Ada urusan yang harus..."
"Baiklah, paman tidak akan membuang waktumu lagi. Kalau sempat mampirlah makan, tempat ini tetap rumahmu."
Ia teringat masih ada beberapa barang di keluarga Ye yang bisa diambil sekalian, lalu menyetujui.
Bagaimanapun, meski nanti mengunjungi paman, ia takkan kembali tinggal di sana.
Setelah telepon dimatikan, Sheng Youran mulai merapikan barang-barang dalam koper.
Sebagian besar adalah pakaian dan perlengkapan sehari-hari, tak ada yang benar-benar penting.
Berjongkok di lantai memilah sebagian pakaian, saat berdiri hendak bertanya apakah boleh menaruhnya di kamar, tubuhnya nyaris menabrak dada pria itu saat berbalik.
Panik, pakaian di tangannya jatuh berceceran di lantai.
"Pandangan Mu Yibei beralih dari berantakan di lantai ke tubuhnya, lengkung bibir seolah mengandung ejekan, 'Baru masuk pintu sudah buru-buru memeluk?'"
"Kau terlalu banyak berpikir." Sheng Youran berjongkok, cepat-cepat mengumpulkan pakaian yang berserakan.
Ia masih belum pergi, tetap berdiri di sampingnya. Meski dalam keheningan, tekanan yang dirasakannya begitu besar.
"Tuan Mu." Sheng Youran berdiri lagi, memeluk pakaian sambil menatapnya serius, "Jika ada urusan, bicaralah langsung. Kehadiranmu di sini mengganggu proses membereskan barang-barangku."
"Kalau begitu aku akan bicara terus terang." Mu Yibeu menyelipkan tangan ke kantong celana, memandang dari ketinggian tumpukan barang dan pakaian di koper, dagunya sedikit terangkat, "Pilih beberapa yang kau anggap vital, tak bisa hidup tanpanya. Sisanya, buang!"
"Buang?" Sheng Youran tersentak, "Mengapa harus dibuang? Ini barang-barangku!"
"Terutama ini..." Jarinya menyentak kaos yang dipegangnya, sorot mata sengaja menunjukkan rasa menjijikkan, "Buang semuanya, jangan disisakan satu pun."
Selama berdiri di samping tadi, ia hampir memeriksa semua barang yang dibawanya.
Selera berpakaian wanita ini sangat buruk, tak satu pun yang layak di matanya.
Melihat reaksinya yang berlebihan, ia menambahkan dengan tenang, "Apa kau lupa, sekarang kau adalah Nyonya Mu?"
"Sebagai Nyonya Mu harus selalu menuruti semua perintahmu?" Sheng Youran sebenarnya tak ingin melawan, tapi ini hari pertama pernikahan.
"Di hari pertama sudah tidak melawan sama sekali menghadapi penindasan, bukankah ke depan akan semakin terlihat seperti bakpao?"
Dia ingin menguji batas yang dia minta, baru bisa tahu seberapa besar kebebasan dirinya sendiri di masa depan.
"Nyonya Mu tidak harus menuruti semua perkataanku, tapi tidak seharusnya Nyonya Mu berpakaian seperti ini." Suara Mu Yibei terdengar kalem, "Setelah sembuh, hal pertama yang harus dilakukan adalah membeli bantuan yang pantas. Baju-baju lama tidak boleh disimpan sama sekali."
Dia tidak punya pilihan lain, mengangguk, "Baik."
Pagi tadi dia baru memberikannya sebuah kartu, meskipun 50 juta itu sudah hilang, tapi semua pengeluaran yang diperlukan untuk identitas sebagai Nyonya Mu akan ditanggungnya.
Kalau begitu, dia tidak akan segan-segan lagi.
"Selain pakaian, ada hal lain lagi?"
Pandangan Mu Yibeu menyapu ke sudut lain, "Buang juga barang-barang tidak berguna lainnya di kopermu. Semua kebutuhan rumah tangga sudah tersedia di sini. Jika ada yang kurang, buat daftar dan suruh Han Qi yang membelikan. Dia tahu barang apa yang seharusnya dibeli."
Sheng Youran mendengar nada perintahnya yang lebih cerewet daripada mantan supervisor-nya.
Banyak barang yang harus dibuang, justru membuatnya lebih praktis.
Setelah seluruh ruangan beres, dia mengetuk pintu ruang studi.
"Masuk."
Mu Yibei sedang duduk di kursi kulit hitam, pakaiannya entah sejak kapan sudah berganti menjadi baju rumah.
Nuansa abu-abu tua dengan kualitas premium, meski bergaya kasual, namun saat dikenakan padanya tetap memancarkan kesan kuat dan tegas.
"Sheng Youran berpikir dalam hati, mungkin dia bahkan bisa pergi ke perusahaan hanya dengan piyama untuk memberikan instruksi, cukup sebuah perintah saja agar bawahannya menyerbu ke medan perang."
"Ada perlu?" Pria di kursi kulit itu telah menaruh pekerjaannya, tubuhnya sedikit bersandar ke belakang, menatap tajam ketidakhadirannya dengan ekspresi bermain-main.
"Um." Dia cepat-cepat menyadarkan diri, "Aku sudah merapikan semuanya. Semua yang tidak ingin kau lihat, yang bisa menurunkan level tempat ini, sudah kutangani semuanya."
Ungkapan "menurunkan level" tentu bukan kata-kata asli Mu Yibei, tapi Sheng Youran merasa itu maksudnya.
Dia mengangkat alisnya, terus menatapnya.
Sorot mata itu membuatnya merasa seperti telah bicara omong kosong, mengganggunya dengan hal sepele hanya membuang-buang waktunya.
"Maksudku, semua pekerjaan sudah selesai. Jadi sekarang waktuku bebas kan? Kalau begitu..."
Daripada tinggal di sini menghadapi pria cerewet ini, lebih baik dia pergi ke tempat Ke'er untuk bersantai.
Mu Yibeu melirik jam sebelum dia selesai bicara, "Pergi masaklah."
"Apa... apa?" Sheng Youran tertegun.
Menyuruhku memasak?
"Sekarang jam makan malam. Jangan bilang kau tidak bisa masak?" Sorot matanya menyipit, kilau dingin berputar-putar.
"Bisa, tapi takut tidak sesuai seleramu." Dia tersenyum kecut, mencari alasan tepat, "Aku hanya bisa masakan rumahan biasa, kurang cocok untuk nafsumu."
Suara tenangnya menyusul, "Tidak apa. Terus latihan sampai sesuai seleraku."
