Bab 31 Malam Pertama Pernikahan

　　　　Bab 31　Malam Pertama Pernikahan 　　　　Sheng Youran：“……” 　　　　“Aku bisa memberimu waktu untuk beradaptasi. Memasak untuk suami, bukankah itu kewajiban normal?” Pena mewah berputar di antara jari-jarinya yang panjang, Mu Yibei bertanya balik dengan santai. 　　　　“Jika tidak masalah, pergilah sekarang.” Mu Yibei melihat ekspresi bingung di wajahnya, mengangkat pandangan sambil berkata datar, “Ngomong-ngomong, tadi kamu seperti ingin mengatakan sesuatu?” 　　　　Saat dia mulai bicara tentang “jika”, dia sudah tahu apa yang akan diucapkannya selanjutnya. 　　　　Perempuan ini sudah merencanakan kabur sejak di mobil, gerakannya sekarang begitu gesit, pasti belum menyerah. 　　　　Sheng Youran menarik napas dalam-dalam, “Tidak ada, sebenarnya tadi aku juga ingin menanyakan apakah mau makan malam bersama. Kalau begitu aku akan memasak dulu, kamu lanjutkan pekerjaanmu.” 　　　　Mu Yibei melihat sedikit kekesalan di balik senyuman paksanya, mengalihkan pandangan kembali ke laptop. 　　　　Tak beberapa menit kemudian, telepon dari sekretarisnya berdering. 　　　　“Direktur Mu, acara makan malam yang Bapak janjikan, perlu kami mengirim mobil?” 　　　　Di waktu pribadi dia sering memilih menyetir sendiri, tapi jika ada kemungkinan minum arak di acara makan, sopir biasanya yang mengantar, sekretaris perlu memastikan. 　　　　Mu Yibei mengerutkan alisnya, memang ada janji makan malam yang sudah diingatkan sekretaris siang tadi. 　　　　Setelah acara ini, masih ada pertemuan pribadi lainnya. 　　　　Tapi suasana hatinya sekarang tidak mendukung, tidak ingin menghadiri keduanya. 　　　　“Tolak semua.” Dia berdiri dari kursi kulit, singkat padat, “Malam ini sibuk.” 　　　　Sekretaris itu tampak bingung, "Direktur Mu, ini sudah disepakati sebelumnya, Tuan Xue juga telah mengonfirmasi secara kepada kami. Anda seharusnya ada waktu malam ini. Jika sekarang berubah..." 　　　　Mu Yibeu tak menghiraukan, nada suaranya semakin berat. "Tidak mengerti perkataanku? Apakah jadwalku harus kularporkan kepadamu?" 　　　　Sekretaris kali ini tak berani membantah lagi, "Baik, saya akan menghubungi Tuan Xue kembali." 　　　　Sekretaris yang baru saja menutup telepon itu pusing tujuh keliling. Masalah yang sudah dikonfirmasi tiba-tiba berubah. Suasana hati Direktur Mu hari ini benar-benar tak terprediksi. 　　　　Mu Yibeu tak lagi fokus pada dokumen. Ia melangkah keluar dari ruang studi, matanya secara refleks mencari perempuan yang disuruhnya memasak tadi. 　　　　Apartemen ini tidak terlalu besar. Dengan cepat ia memeriksa seluruh rumah, dan menyadari dia sama sekali tidak ada di sini! 　　　　Raut wajahnya langsung membeku seperti es. 　　　　Apakah Sheng Youran nekat kabur dengan taktik "eksekusi dulu baru melapor"? 　　　　"Dudududu..." 　　　　Mu Yibeu dengan wajah muram masih mencengkeram erat ponsel di telinganya. 　　　　Semua acara makan malamnya sudah dibatalkan. Bagaimana mungkin ia membiarkannya kabur begitu saja? 　　　　Ringtone merdu terdengar dari ruang tamu. Sambil tetap memegang ponsel, ia berjalan menuju sumber suara. 　　　　Ponsel putih di atas meja kopi bergetar terputus-putus mengikuti bunyi telepon. 　　　　Ia tidak segera mematikan telepon. Mendekati meja kopi, diambilnya ponsel yang terus berdering itu. 　　　　Di layar terpampang sederet nomor tak dikenal, tanpa penyimpanan nama. 　　　　Ini membuktikan sampai detik ini, dia bahkan belum menyimpan nomor ponselnya. 　　　　Tatapan Mu Yibeu turun perlahan, tiba-tiba sorot matanya menyala, amarahnya melonjak drastis. 　　　　“Tidak menyimpan nomor saja sudah parah, mengapa nomor ini masih ada di ponselnya dan ditandai sebagai kategori spam?” 　　　　* 　　　　Begitu masuk, Sheng Youran langsung merasakan suasana tidak biasa, bahkan gerakan membuka pintu pun jadi lebih pelan. 　　　　“Sudah selesaikah pekerjaanmu?” Ia melangkah masuk, menatap pria di sofa yang sedang mengawasinya, tiba-tiba merasakan tekanan seperti badai akan datang. 　　　　Mu Yibei memang memiliki bakat memiliki aura yang kuat, setiap gerak-geriknya, bahkan mungkin hanya sorot mata, bisa membuat orang tanpa sadar mulai introspeksi apakah telah berbuat salah. 　　　　“Ada masalah apa?” Dengan satu tangan memegang kantong belanjaan, satunya lagi membawa hidangan penutup dan sampanye, sorot mata yang penuh kebingungan menatap pria yang sedang mendekatinya. 　　　　Apakah ia salah membeli barang? 　　　　Bagaimanapun juga, ini adalah makan malam pertama setelah pernikahan, tidak ingin terkesan asal-asalan. 　　　　Lagipula uang untuk belanja pun tidak diambil dari kartu kredit yang diberikan Mu Yibei. 　　　　Pernikahan sudah dibiayainya, maka untuk makan malam pertama pernikahan ini, biarlah ia yang mentraktir! 　　　　“Kau baru saja pergi ke supermarket?” Mu Yibei berhenti di hadapannya, mata melirik barang di tangan perempuan itu. 　　　　Raut wajah yang awalnya muram bakal hujan, baru mulai cerah setelah melihat barang di tangannya. 　　　　“Iya, kulkas dan lemari penyimpanan di rumahmu kosong,” Sheng Youran mengangguk menjelaskan, “Aku hanya beli sembarangan, tidak tahu apakah kamu supa. Aku beli masakan Barat, tidak apa kan?” 　　　　“Terserah.” Ia asal mengarang alasan, “Jangan beralasan ke supermarket untuk bermalas-malasan, sekarang masaklah.” 　　　　Sheng Youran dalam hati memutar mata, orang ini benar-benar moody. 　　　　Dia bukan babysitter! 　　　　Melihatnya menuju dapur, Mu Yibeu segera menelepon Han Qi, "Besok kamu datang ke apartemen, sebelum datang beli beberapa barang... yang biasa dipakai untuk masak, beli apa saja, isi lemari dan kulkas setiap hari... Lakukan apa yang kusuruh tanpa banyak tanya." 　　　　Setelah berkata demikian, dia menutup telepon, pandangannya kembali mengarah ke dapur. 　　　　Sheng Youran mengenakan apron kecil, sibuk bekerja di dapur. 　　　　Desain dapur terbuka ala Eropa memungkinkannya mengamati gerak-geriknya dari kejauhan. 　　　　Matanya fokus mengikuti langkah-langkah membakar steak dengan teliti. 　　　　Meski jarang masak hidangan Barat, tapi skill memasaknya sudah ahli, seharusnya tidak masalah. 　　　　Tak lama, steak matang sempurna, ditata di piring. Hasilnya flawless! 　　　　Saat membawa piring menuju ruang makan, tiba-tiba dia menyadari Mu Yibeu sudah berdiri di sana entah sejak kapan. 　　　　Tubuh tinggi tegapnya bersandar di meja makan, tangan menyilang di dada, menatap ke arahnya dengan ekspresi datar. Tidak tahu sudah berapa lama mengintip. 　　　　Sheng Youran tertegun sejenak, lalu cepat kembali tenang, "Tunggu sebentar lagi, hampir selesai." 　　　　Orang sibuk seperti dia malah buang-buang waktu menunggu di sini. Lapar banget sampai segini? 　　　　Dalam hati, dia menduga mungkin aroma masakannya yang menarik perhatian si bos. 　　　　“Sheng Youran dengan santai merapikan meja makan, menata steak, salad, hidangan penutup, dan lainnya secara rapi di atas meja.” 　　　　“Meja makan berwarna cokelat teh dengan nampan makanan elegan, perak berkilauan di bawah cahaya lampu temaram.” 　　　　“Dia menoleh dan melihat Mu Yibe sedang memerhatikan botol sampanye di atas meja dengan sorot mata yang tak terdefinisikan.” 　　　　“Kamu... tidak suka ini?” 　　　　“Mendengar suaranya, Mu Yibe tiba-tiba mengangkat kepala. Sorot matanya tajam bagai pisau.” 　　　　“Sheng Youran menunjuk botol sampanye itu melanjutkan, ‘Ini kubeli di supermarket, pilihan kelas menengah. Aku baru saja kehilangan pekerjaan, gaji saya juga tidak banyak. Bagiku ini sudah sangat mahal.’” 　　　　“Mengapa tidak pakai kartu yang kuberikan?” Prianya meletakkan botol itu sambil alis tampannya terangkat. 　　　　“Anggur kelas seperti ini bahkan jarang ia lihat sehari-hari, apalagi meminumnya.” 　　　　“Terutama karena dia sangat pemilih tentang minuman. Semua undangan selalu menyediakan anggur premium khusus jika mengetahui kemungkinan kedatangannya.” 　　　　“Kali ini tidak perlu.” Sheng Youran berkata santai, “Kali ini, aku yang mentraktirmu!” 　　　　“Dia mentraktirnya?” 　　　　“Ekspresi Mu Yibe mengandung nuansa ironis.” “Bab 32 Membelenggu di Dadanya” 　　　　“Bab 32　Membelenggu di Dadanya” 　　　　“Bagaimanapun, kita sudah menikah sekarang. Masih banyak waktu untuk saling mengenal. Sesekali mentraktirmu juga tidak masalah kan?” 　　　　“Pria itu langsung duduk dengan ekspresi datar, tanpa memberi komentar atas perkataannya.” 　　　　“Masih tertegun?” Ia menengadah tak segan-segan berkata, “Tuang arak!” 　　　　“Baik, segera.” 　　　　Melihatnya benar-benar tak keberatan dengan arak itu, Sheng Youran segera berpaling mencari cawan di lemari minuman. 　　　　Mu Yibei duduk dengan kaki bersilangan, mengamati persiapannya yang teliti, akhirnya pandangannya kembali tertuju pada siluet punggungnya yang sedang mencari sesuatu. 　　　　Setidaknya belum terlalu parah, otaknya masih mengingat mereka sudah menikah. 　　　　Cawan anggur berada di lemari atas, Sheng Youran harus berjinjit untuk membuka pintu lemari, namun sepertinya tinggi badannya agak riskan saat ingin mengambil cawan. 　　　　Pandangan Mu Yibei perlahan turun, lengan yang terulurnya mengangkat kaos sehingga memperlihatkan lingkaran pinggang putih berkilauan di bagian bawah baju. 　　　　Bibir tipisnya terkunci rapat, sorot mata tiba-tiba bergejolak. 　　　　Pinggang ramping putih itu tiba-tiba membangkitkan ingatan tertentu dalam benaknya. 　　　　Ia tiba-tiba berdiri. 　　　　Jari Sheng Youran sudah menyentuh dasar cawan, hatinya kesal, mengapa si seseorang tak mau membantu. 　　　　Bagi pria itu mungkin hanya perlu mengulurkan tangan, tapi bagi dirinya harus bersusah payah. 　　　　Pinggangnya tiba-tiba terasa hangat, tubuh kokoh tiba-tiba menempel di punggungnya. 　　　　Refleks kaget, Sheng Youran menjerit sambil melepaskan cawan yang hampir jatuh. 　　　　Sebuah telapak besar tiba-tiba menyambar, menggenggam tangannya bersama cawan yang hampir terjatuh. 　　　　“Tak bisa mencapaimya buat apa maksa diri.” Suara berat bernada maskulin bergumam pelan di belakang telinganya. 　　　　Mu Yibei mengambil cawan anggur itu dengan stabil, terdiam sambil melirik ke arah wanita yang masih berdiri ketakutan di tempatnya, "Masih berdiri di situ buat apa?" 　　　　Sheng Youran yang detak jantungnya belum tenang, menatapnya dengan pandangan kompleks. 　　　　Barusan dia benar-benar kaget, sempat mengira... 　　　　"Apa yang ada di otakmu?" Suara datarnya tak terdengar beremosi, seperti bercanda tapi juga serius bertanya. 　　　　"Tidak apa, aku sempat mengira cawan itu akan jatuh, jadi agak panik." Sheng Youran menjelaskan sambil menutupi semburat hangat di wajahnya. 　　　　Dia menarik napas dalam-dalam, lalu menerima cawan anggur dari tangannya. 　　　　Ternyata dia terlalu berandai-andai tadi. 　　　　Meski pria ini dengan niat buruk menghapus klausul "kewajiban sehari-hari suami-istri" dari kontrak, tapi mungkin dia juga tak tertarik padanya. 　　　　Pertemuan pertama mereka adalah kecelakaan, kedua juga kecelakaan, seharusnya tak akan ada yang ketiga. 　　　　Karena cinta sejatinya jelas-jelas adalah pria! 　　　　Mengingat pria yang seenaknya muncul di kantornya waktu itu, Sheng Youran merasa aneh di hati. 　　　　Dipikir-pikir, pernikahan mereka ini memang seperti pengorbanan baginya. 　　　　Setelah menuang sampanye, dia mengangkat cawan dengan serius, "Mu Yibei, aku tahu pernikahan kita masing-masing punya keterpaksaan. Tapi tenang, aku pasti akan berusaha menjadi Nyonya Mu yang baik. Xie Haojun sudah lewat, aku paham rasanya dikhianati. Jadi meski ini hanya kontrak, aku takkan pernah mengkhianatimu!" 　　　　Ucapannya penuh sumpah. 　　　　"Kontrak rahasia semacam ini, beserta alasan pernikahannya, pasti tidak akan dia bocorkan!" 　　　　Mu Yibei dengan ekspresi datar menggoyang-goyangkan cawan anggurnya. 　　　　Mengenai keterpaksaan yang disebut sebagai ketidakberdayaan, menurutnya masih bisa ditoleransi. 　　　　Dirinya sebenarnya tidak sampai begitu terdesak. 　　　　"Selamat bekerja sama!" Sheng Youran tersenyum berbinar, mengetukkan cawan anggurnya pelan. 　　　　Setelah menghabiskan minuman, dia mengangkat kepala dan melihat tatapannya masih gelap tertuju pada dirinya, sementara sampanye di tangannya belum disentuh. 　　　　"Kenapa tidak diminum?" 　　　　Mu Yibeu menyingsingkan bibir dengan dingin, sama sekali tidak merasakan sukacita dari ucapan kerja sama tersebut. 　　　　Setelah makan malam, Sheng Youran kembali mengetuk pintu ruang studinya. 　　　　"Ruang makan dan dapur sudah kurapikan, kalau tidak ada hal lain..." Dia tidak masuk, hanya berdiri di ambang pintu. 　　　　Pria yang sedang bekerja di meja bahkan tidak mengangkat kepala. "Siapkan air mandi." 　　　　Sheng Youran kembali tertegun. 　　　　Air mandi dia, harus disiapkan olehku? 　　　　Mu Yibei yang tidak mendapat respons mengangkat pandangannya. "Ada masalah?" 　　　　Dia mengatupkan bibir, menarik napas dalam-dalam. "Tidak ada masalah, segera kusiapkan." 　　　　Sheng Youran menutup pintu sambil mengepal tangannya. 　　　　Baru sekarang aku mengerti alasan tinggal serumah, rupanya aku cuma babu gratis! 　　　　Masuk ke kamar mandi, dia duduk di tepi kolam sambil mendengar gemericik air. Kabut hangat menyebar seiring naiknya permukaan air. 　　　　Pagi tadi juga menggunakan kamar mandi ini, jadi tidak terlalu asing. 　　　　Bak mandi built-in seperti kolam pemandian air panas kecil, berendam di dalamnya sangat nyaman. 　　　　Uap panas membuatnya rileks, otaknya berpikir perlahan, kamar yang akan dia tinggali nanti, entah apakah bak mandinya senyaman ini. 　　　　Selain kamar utama dan ruang studi Mu Yibei, ada dua kamar lagi, nanti mau tinggal di mana ya... 　　　　"Swoosh!" Pintu kamar mandi terbuka dengan tegas. 　　　　Mu Yibei masuk dan melihatnya duduk di tepi bak mandi, tangan mungilnya yang putih menggerakkan air dengan lembut, seperti sedang bermain air karena bosan. 　　　　Kulitnya sangat putih, terutama di bawah lampu seperti memancarkan cahaya mutiara. 　　　　Benar-benar "kulit sehalus susu kental", tanpa cacat sedikitpun. 　　　　Dia bahkan bisa mengingat kembali sensasi licin itu. 　　　　"Kau masuk? Airnya sudah cukup." Sheng Youran segera berdiri, melihat kancing kemejanya sudah terbuka separuh, tak berani berlama-lama "Silakan mandi..." 　　　　Belum sempat lari keluar kamar mandi, lengannya tiba-tiba ditarik dengan kekuatan besar. 　　　　Saat sadar, punggung Sheng Youran sudah menempel ke dinding kamar mandi, tubuh tinggi Mu Yibei mendekat mengimpit. 　　　　"Lari dari apa?" Suara datar tanpa emisi menggema dari atas kepalanya. 　　　　Tubuhnya terjebak sempurna dalam dekapan Mu Yibei, sorot mata tajamnya seperti sedang menyelidiki sesuatu yang terpancar padanya. 　　　　"Mu Yibei!" Dia meronta-rona, menemukan usaha ini sia-sia, apakah tubuhnya tembok baja? 　　　　“Jangan teriak terlalu awal, simpan tenaga untuk nanti.” 　　　　Mu Yibei dengan gesit merentangkan lengan menyelamatkannya, langsung menuju tepian kolam mandi. 　　　　Sejak pertama masuk tadi, dia sudah merasakan gejolak panas dalam tubuh yang menggelora. 　　　　Perempuan ini... 　　　　Masih sama seperti pertemuan pertama, mudah sekali membangkitkan naluri primitifnya. 　　　　“Mu Yibei, kamu... kamu mau apa...” Sheng Youran benar-benar panik, lonceng peringatan di hatinya berdentang keras. 　　　　Ini sama sekali tak dia duga, apalagi nada bicaranya begitu wajar seolah mereka punya kesepakatan tertentu. 　　　　Tapi, DIA TIDAK PERNAH! 　　　　“Tentu saja mandi.” Bahunya yang bidang dengan satu lengan sudah cukup mengunci gerakannya. 　　　　Tangan satunya dengan santai terus membuka kancing kemeja. 　　　　Aroma wangi tubuhnya terus menerpa hidung, desah napas gugupnya semakin memperparah keadaan. 　　　　“Kalau begitu kenapa memegangiku? Aku... Aku peringatkan, jangan buka baju!” 　　　　Sheng Youran belum pernah mengalami situasi seperti ini. 　　　　Dua kali dia “dilahap habis-habisan” dalam keadaan tak sadar, entah mabuk atau terkena obat, tak pernah sekalipun dalam kondisi sadar berdekatan dengan pria, bahkan Xie Haojun pun tidak. 　　　　Mu Yibei berhenti mendengar suaranya. 　　　　“Bisa saja aku tidak membuka.” Dia menariknya ke depan hingga menempel rapat, suara serak berdesir tawa, “Kamu yang membukakan untukku?”