Bab 35 Pria yang Kelaparan Selama Lebih Dua Puluh Tahun Sulit Dikenyangkan
Memaksa Mu Dashao yang awalnya menolak janji temu, berlari kembali di malam hari dengan aura dendam tak terpuaskan di wajahnya yang membuatnya tak tega melihatnya.
"Waah!" Sedotan Aikeer sudah tergigit gepeng, tangannya menggenggam lengan baju Sheng Youran, gumamnya tak jelas sambil berbisik, "Lihat itu, cowok ganteng itu tersenyum ke kita ya?"
"Kebetulan sekali." Qiao Shaojing yang tak segan-segan langsung mendekat dan duduk, "Masih ingat aku?"
Sheng Youran baru bisa memaksakan senyum kecut setelah lama terdiam.
Padahal dialah yang resmi menikah dengan Mu Yibei, tapi mengapa rasanya seperti selingkuhan yang dikunjungi permaisuri?
"Jangan-jangan sudah lupa?" Qiao Shaojing yang memperhatikan ekspresi rumitnya memberi petunjuk, "Yibei, masih ingat?"
Aikeer terkejut, "Kamu temannya Mu Yibei?"
Sheng Youran ingin menghentikannya, tapi terlambat. Ia buru-buru berkata setelah Qiao Shaojing mengangguk, "Ingat. Kebetulan sekali bisa bertemu di sini."
Ini kompleks perumahan mewah, mana mungkin bisa bertemu secara kebetulan.
Walaupun di kawasan bisminum kopi, mustahil ada kebetulan seperti ini.
"Aku tinggal di sini." Qiao Shaojing tersenyum tipis sambil melepas kacamata hitamnya, menjelaskan.
Dayang kecil ini benar-benar aneh, raut wajahnya penuh kecurigaan akan motif keberadaannya di sini.
"Apakah dia benar-benar ketakutan oleh Yi Bei, sehingga merasa tidak nyaman melihat semua orang yang terkait dengannya?"
"Cowok ganteng, ternyata kamu tinggal di sini! Aku juga!" Ai Ke'er segera mengulurkan tangan, dengan semangat berkata, "Aku tinggal di gedung tepi danau, baru pindah kemarin."
Qiao Shaojing dengan temperamen baik menjabat tangannya, sambil bergumam, "Aku tinggal di lantai atasmu."
"Bagaimana kamu tahu di lantai berapa aku tinggal? Apa kita pernah bertemu?" Ai Ke'er langsung bertanya dengan blak-blakan.
Qiao Shaojing hanya tersenyum tanpa menjawab. Itu rumah miliknya, tentu saja dia tahu.
Setelah membantu menyelidiki kasus pengusiran dua gadis ini oleh pemilik kos, dia menyiapkan salah satu propertinya untuk mereka tinggali sebagai bentuk perhatian.
Semua fasilitas berbayar di kompleks perumahan sudah dia bayar lunas.
Tapi dia tak menyangka Mu Yi Bei langsung memboyong istri barunya ke sini, padahal tempat ini belum pernah dikunjungi sang istri sehari pun.
"Pernah, mungkin kamu tidak menyadarinya." Jawabnya santai sambil tersenyum.
Ai Ke'er heran, pria sekarismatik ini mungkin tidak diperhatikannya?
Sheng Youran tidak seekstrim Ai Ke'er, di dalam hati justru merasa semakin aneh.
Dia tahu rumah "keuntungan gratis" ini pasti ulah Mu Yi Bei, tapi tak menyangka lokasinya tepat di bawah pria ini...
"Katanya kalian tidak berencana mengadakan pernikahan? Sayang sekali." Qiao Shaojing menyempatkan diri mengamatinya penuh rasa ingin tahu.
Kalau di depan Mu Yi Bei, dia pasti tak akan senang melihat istrinya dipandangi orang lain.
"Orang itu sejak kecil sudah punya keinginan kontrol yang sangat kuat, bahkan dia sendiri pun tidak berani."
"Tidak perlu ada pernikahan. Semuanya dibuat sederhana, ini hanya formalitas." Sheng Youran berhati-hati memilih kata.
Proses pernikahan mereka hanyalah formalitas, mana mungkin perlu resepsi.
"Raut wajahmu kurang baik, apa kamu tidak enak badan?" Qiao Shaojing memperhatikan wajah pucatnya yang lesu.
Baru sadar pertanyaannya terlalu lancang setelah melihat rasa malu dan kekikukan di wajahnya.
Sudah jelas, Mu Yibei baru pulang subuh kemarin, mungkin dia tidak istirahat larut malam.
Laki-laki yang sudah lapar lebih dari 20 tahun, tidak mudah untuk dikenyangkan.
Ponselnya bergetar, sepertinya tidak ada waktu untuk mengobrol lebih lama.
Sebelum pergi, Qiao Shaojing berhenti sejenak, "Nona Sheng tenang saja, kami tidak akan mengadakan pertemuan sampai larut lagi. Meski kadang, akan kami pastikan Yibei pulang lebih awal. Kejadian kemarin tidak akan terulang."
"Sebenarnya tidak apa-apa, kalian bisa bertemu sampai..." Sheng Youran melihat pria yang buru-buru pergi sambil melambaikan tangan, menghela napas dalam.
Ternyata Mu Yibei pergi tiba-tiba semalam karena dia.
Ai Ke'er tidak tahu gejolak dalam hatinya, penasaran bertanya, "Suamimu keluar semalam? Kenapa di hari pertama pernikahan sudah pergi dengan teman-teman nakal? Katanya pertemuan antar pria mudah terjerumus ke tempat-tempat yang tidak pantas."
"Bukan begitu..." Sheng Youran menyangga dagu dengan satu tangan, tangan lain menekan perut yang tak nyaman, bersyukur haidnya datang kemarin. "Soalnya ini pernikahan kontrak. Ngomong-ngomong, Ke'er ada ide nggak? Aku nggak mau melakukan apapun dengannya, tapi haid cuma lima hari sebulan."
Pikirannya melayang ke kemungkinan dia sudah melakukan sesuatu dengan pria itu kemarin, perasaan jijik itu tak tertahankan. Tapi pernikahan ini harus dijalaninya.
Kenapa nggak bisa jadi istri gay yang tenang-tenang saja?
"Takut kena penyakit? Suruh pakai kondom!" Ai Ke'er langsung memberi solusi praktis.
Lagian hubungan intim mereka sudah terjadi sebelumnya.
"Tetap nggak boleh."
Setelah usulnya ditolak, Ai Ke'er berpikir sejenak lalu matanya berbinar. "Tenang, aku ada cara! Tapi ini cuma sementara. Selama suamimu tertarik, kamu nggak bisa hindari selamanya. Jangan malu-malu, nanti juga harus nurut sama dia."
Badan Sheng Youran kurang enak, dia tidur di rumah Ai Ke'er.
Saat bangun, dilihatnya beberapa panggilan tak terjawab di ponsel yang disenyapkan.
Di layar tertulis - Suami!
Dari mana datangnya tulisan "Suami" ini?
Dia pasti tidak menyimpan nomornya, apalagi memberi nama kontak seperti itu.
"Youran, ekspresi 'makan tinja' itu kenapa sih?"
Ai Ke'er masuk kamar, tanpa segan-segan naik ke ranjang dan mendekatkan wajah ke ponselnya.
“Suamimu menelepon tapi kamu tidak angkat?” Dia menepuk bahu Sheng Youran, “Jangan terlalu defensif. Mungkin dia benar-benar menjaga diri, kita saja yang overthinking. Nggak semua pria keluar rumah pasti cari pijat plus-plus kok.”
“Aku tidak mau ganti baju lagi, langsung pergi saja.” Sheng Youran mematikan layar ponsel lalu berdiri.
Waktu sudah larut, dia buru-buru pergi tanpa sempat membalas telepon.
Kebetulan jam tersebut rawan macet, jarak antara Perumahan Qingshui ke Kediaman Keluarga Ye juga cukup jauh.
Ketika tiba di rumah keluarga Ye, waktu makan malam rutin mereka sudah terlambat setengah jam.
“Maaf Paman, tadi macet di jalan.” Begitu masuk pintu dia langsung meminta maaf.
Ruang makan sudah dikosongkan, makan malam keluarga mereka telah selesai.
Ye Peiying berkata, “Youran sudah makan? Istri paman lambungnya sensitif jadi kami tidak menunggu. Biar paman suruh dapur masakkan sesuatu untukmu?”
“Tidak perlu Paman, saya sudah makan.” Sebenarnya dia memang bukan datang untuk makan.
Li Hui yang duduk di sofa mewah berkata dengan nada dingin, “Siapa yang nggak tahu jam segini pasti macet? Sengaja makan dulu baru datang, nggak ada kabar sebelumnya. Kamu sengaja bikin aku nungguin ya?”
Masalah Huang Xin sudah lama membuat Li Hui geram.
Kalau bukan karena kemunculan mendadak Qiao Shaojing waktu itu, dia takkan membiarkan si cakar kecil yang nakal ini menyinggung orang lalu menghilang dua hari.
“Sudah, jangan banyak bicara.” Ye Peiying paham betul sifat dasar istrinya.
Ye Yunfei turun dari tangga, awalnya ingin mengejeknya, tapi langsung menyadari gaun panjang model terbaru AM yang dikenakannya.
