Bab 44 Pemeriksaan Tubuhnya Secara Langsung
Nada dingin dan tergesa itu menciptakan tekanan mendadak, membuatnya hampir lupa dirinya telanjang, "Apa maksudmu? Aku tidak paham."
Efek obat mulai muncul?
"……Tapi kondisi kekurangan oksigennya masih belum pulih sepenuhnya."
"Mungkin ini akibat hipoglikemia karena seharian tidak makan, setiap kali tiba-tiba berdiri matanya langsung berkunang-kunang."
"Mu Yibei tidak tahu apakah dia punya riwayat alergi, awalnya ingin menyuruhnya melihat sendiri di cermin."
"Tapi begitu ditaruh, tubuhnya langsung limbung mau jatuh, sama sekali tidak bisa bertahan."
"Refleksnya langsung memeluk erat wanita itu, meski baju sendiri basah kuyup membuatnya kesal."
"Ruam di tubuhnya, ditambah wajah pucat dan pingsannya."
"Bahkan Mu Yibei tak punya waktu untuk berpikir lebih lama, langsung mengangkat tubuhnya ke pelukan dan membawanya ke kamar."
"Serangan kunang-kunang Sheng Youran mulai mereda."
"Dia terbaring di balik selimut, air di tubuhnya sudah dikeringkan dengan handuk yang tergeletak di samping."
"Meski begitu, seprai dan selimut tetap basah oleh air yang terbawa dari kamar mandi."
"......Segera panggil tabib! Lehernya penuh ruam... Sama seperti sebelumnya, pastikan tabib wanitanya, yang kemarin itu......"
"Dia memandang lelaki di tepi ranjang yang sedang menelepon dengan aura mengintimidasi."
"Sejak dibawa keluar, dia sengaja diam seribu bahasa agar tidak ketahuan."
"Mu Yibei menutup telepon, mendekat lagi dan langsung membuka selimut yang menyelimutinya."
"Jangan..."
"Matanya menatapnya, kekerasan dalam suara tadi sudah melunak. 'Aku mau lihat seberapa parah ruamnya.'"
“Aku sendiri……” Sheng Youran belum selesai bicara, selimut langsung disingkapkan.
Dia menyilangkan tangan menutupi payudara, gigitan giginya terlihat sangat kencang.
Apa dia dokter?
Apa dia dokter?!！
Ngapain diliatin, dia juga gak ngerti!
"Untung area-nya tidak terlalu luas." Mu Yibei menghela napas lega.
Bajingan!
Sheng Youran bergumam dalam hati.
Siapa yang tahu isi hatinya, sepertinya lain kali area leher saja belum cukup.
Obat dari sepupu perempuan Aikeer ini tidak menimbulkan rasa sakit atau gatal, sama sekali tidak terasa. Menurutnya ruam ini akan menghilang dalam 2-3 hari tanpa efek samping.
"Aku hanya memeriksa kondisi tubuhmu." Melihat kewaspadaannya seperti menghadapi musuh berat, Mu Yibeu dengan kasar menyelimutkannya kembali, "Lagipula nutupin juga percuma, tak ada satu bagian pun di tubuhmu yang belum kulihat."
Wajah Sheng Youran memerah, akhirnya mengatupkan bibir mengeluarkan dua kata: "Bajing...an."
Alis tampannya menaik, "Kamu belum pernah jadi bajingan?"
Ingatannya melayang pada dua kejadian sebelumnya, gagap tak bisa membalas, semakin membuatnya geram.
Kok malah seolah-olah dia yang dapat keuntungan gratis.
"Pernah mengalami kondisi seperti ini sebelumnya?" Tatapan Mu Yibei tertuju pada area mirip campak di lehernya, alisnya kembali berkerut.
"Tidak..." Sheng Youran sendiri hanya bisa melihat bagian kecil di bawah tulang selangka, belum sempat bercermin.
Kenapa Mu Yibei tidak mau pergi?
“Dia mengerutkan alisnya, memandang aneh ke arah pria yang duduk di tepi ranjang.”
“Apa dia tidak merasa penampilanku sekarang tidak pantas dilihat?”
“Tidak takut tertular?”
Waktu berjalan sangat lambat, seolah berabad-abad berlalu sebelum suara ketukan pintu terdengar.
“Astaga, kenapa bisa separah ini.” Tabib wanita yang sama seperti sebelumnya terkejut melihat lehernya.
“Saya memanggilmu untuk memeriksanya, bukan memberi komentar!” ujarnya dingin dari samping.
Tabib segera menyembunyikan keterkejutannya dan bersikap profesional.
Setelah mengamati sejenak, dia ragu-ragu membuka selimut untuk melihat jangkauan ruam.
Ingat pelajaran terakhir, perlakuan Kakak Mu terhadap Nona ini berlebihan. Meski berprofesi tabib wanita, sikapnya diperlakukan layaknya pria.
“Hingga sedikit di bawah tulang selangka, tidak ada di tempat lain.” Mu Yibei langsung berbicara melihat keraguannya, “Sudah kuperiksa semuanya.”
Tabib membersihkan tenggorokannya, “Baik.”
Ternyata memang harus dia yang memeriksa sendiri.
Untung tidak melakukan kesalahan politik.
Dia mengobservasi ruam-ruam itu dan menanyakan gejala lain.
“Yakin tidak pernah ada alergi sebelumnya? Apa ada mengonsumsi atau kontak dengan sesuatu akhir-akhir ini?”
Sheng Youran menggelengkan kepala, “Sama seperti biasanya.”
“Coba gunakan obat ini dulu. Jika dalam dua hari tidak ada efek samping, lakukan pemeriksaan lanjutan.” Tabib berdiri sambil berkata, “Cepat temukan alergennya.”
Karena gejala sudah dijelaskan via telepon sebelumnya, dia langsung membawa obat alergi.
Melihat Mu Yibei keluar kamar untuk menerima telepon, dokter sedikit lebih rileks dan langsung menjelaskan secara detail cara penggunaan obat kepada Sheng Youran.
Di akhir penjelasan, dokter berbisik pelan, "Nona Sheng, Tuan Mu sangat memperhatikanmu."
Sheng Youran menerima botol obat, "Anda salah paham."
Dokter tersenyum padanya, "Bagaimana bisa salah paham? Mungkin kamu tidak ingat aku, tapi aku pernah melihatmu saat kamu diracuni terakhir kali."
Wajahnya langsung kaku - saat diracuni itu, ternyata ada orang lain yang melihat...
"Apakah kamu merasa Tuan Mu belum cukup baik padamu?" Dokter itu mulai mengulur gosip kecil.
Di dalam hati Sheng Youran mengumpat 'pantas mati', harus pura-pura mesra, bagaimana bisa bilang orang lain ini salah paham.
"Selama beberapa tahun aku bekerja untuk keluarga Mu, aku pernah beberapa kali berurusan dengan Tuan Mu. Aku belum pernah melihatnya memperhatikan gadis lain seperti ini."
Dia segera mengangguk, "Hm, aku tahu suamiku sangat baik padaku."
"Sudah selesai bicara?" Suara Mu Yibeu tiba-tiba menancap di antara percakapan.
Cahaya keemasan samar membuat wajah tampannya terlihat lebih lembut.
"Sudah." Dokter langsung berdiri, "Catatan perhatian sudah kusampaikan pada nyonya muda, termasuk frekuensi pemakaian obat harian..."
"Ulangi." Suara dingin Mu Yibeu memotong.
"Ha?"
"Barusan aku tidak dengar."
Dokter segera mengulangi penjelasannya dengan lebih detail.
"Sudah, kamu pergi dulu. Urusan lain belakangan, kalau dia ada masalah akan kupanggil kamu segera." Dia berjalan ke pinggir ranjang, mengambil cairan obat dari tangan dokter.
“Dokter segera menjamin,”Kakak Mu tenang, saya akan segera menginap di hotel terdekat dari sini. Kalau begitu saya permisi dulu, Nyonya Muda ini kartu nama saya, kapan pun ada masalah, telepon saya. Sampai jumpa.”
Pintu kamar ditutup, Mu Yibei membawa botol obat mendekat, sekali lagi membuka selimutnya.
“Dokter sudah pergi, saya bisa melakukannya sendiri...”
Dia sama sekali tidak menghiraukan perlawanannya, menekan wanita bandel ini dan mulai mengoleskan obat.
Sheng Youran menutup matanya rapat-rapat, sama sekali tidak bisa rileks.
Lengan turun sedikit lagi, posisi itu tepat di payudaranya...
Meskipun ukuran cup-nya pernah diremehkannya, tapi itu tetap payudara.
Suara “Braak” bergema.
Mu Yibeu meletakkan botol obat di laci kepala tempat tidur, tiba-tiba berdiri.
Wajahnya tegang, melempar ucapan,”Sisanya kerjakan sendiri.”
Tangan yang menyentuh kulitnya yang halus seperti mutiara itu sama sekali tidak bisa tenang.
