Bab 45 Ketagihan Menciumnya
Wanita seperti ini, masih bisa menggoda dirinya.
Dorongan dalam tubuhnya tak berkurang sama sekali, jika tetap di sini, dia akan gila.
Sheng Youran membuka mata, hanya melihat siluet itu melesat keluar kamar, seolah tak sabar, atau tak tahan.
Dia cepat-cepat turun ranjang, mengenakan baju dan bercermin.
“Sial...”
Hampir saja dia mengumpat kasar.
Pantas saja tadi dokter melihatnya seperti melihat hantu.
"Tak heran Mu Yibeu berhenti mengoleskan obat di tengah jalan dan pergi."
Gantinya dirinya sendiri pun tidak tahan melihat.
Bintik-bintik merah yang berkelompok rapat itu membuat bulu kuduk merinding.
Apalagi karena kulitnya yang putih bersih, kontrasnya justru semakin mencolok dan mengerikan.
Dampak visualnya benar-benar luar biasa kuat.
Bagaimana Mu Yibei bisa menatapnya begitu lama? Sungguh patut diacungi jempol!
Sheng Youran duduk kembali di ranjang, langsung menelepon Ai Ke'er.
"Suamimu sendiri yang mengoleskan obat?" Ai Ke'er salah fokus, "Aku kasihan padanya, kalau dia tahu kamu sengaja..."
Sheng Youran mengerutkan alis, "Jangan ngomongin itu. Obat yang diresepkan sepupumu sudah kuberikan padamu. Tanya apakah ada masalah, kalau bertentangan atau ada efek samping, aku berhenti pakai."
"Oke... Dia bilang aman." Suara notifikasi qq Ai Ke'er terdengar, "Katanya obat ini kalem, tidak ada efek samping, malah mempercepat regenerasi. Tenang, kalau dia bilang aman ya beneran. Biarkan saja Mu Yibei yang ngobatin."
"Ke'er, kamu di pihak siapa sih?!"
Menikahi suami yang diduga gay, tapi bisa membuat semua orang mengira dia adalah Nyonya Mu yang bahagia - termasuk sahabatnya yang tahu ini cuma kontrak.
"Tentu di pihakmu! Makanya demi kebahagiaanmu, setelah penolakan awal di hatimu, cobalah rukun dengan suamimu, transisi perlahan ke kehidupan harmonis Prak! Prak! Prak!"
Sheng Youran hampir tidak tahan, "Tapi tahukah kamu dia adalah seorang..."
Pintu kamar terdorong terbuka.
Ucapan yang baru saja dia mulai ditelan paksa.
"Apa...apa kau tahu, itu reaksi alergi yang terlihat mengerikan..." Dia langsung mengubah ucapan, "Aku tidak mau bicara denganmu, tadi aku sendiri sampai mual. Sudah, jangan temui aku belakangan ini!"
Setelah mematikan telepon, melihat pria yang masuk, dia buru-buru membuka pembicaraan seperti mencuri beling, "Aku telfon Ke'er, dia sangat perhatian dengan kondisiku."
Mu Yi Bei melirik lehernya, "Obatnya sudah dioles?"
"Hm!" Dia mengangguk.
Bibir tipisnya terkunci rapat membentuk garis tajam, ketidaksenangan di wajahnya semakin jelas.
"Sheng Youran, berani-beraninya menipuku di hadapanku!" Langkahnya mendekat, meraih pergelangan tangannya, menariknya kasar, "Kau pikir aku tidak bisa melihat apakah kau sudah mengoles obat atau belum?"
Area yang sudah diobati meninggalkan bekas samar yang langsung bisa dikenali matanya.
"Aku hanya..." Sheng Youran terseret tak stabil hingga menabrak tubuhnya.
Kepalanya langsung membentur dadanya yang keras, teksturnya bagus, tapi...
"Duduk!" Perintah dingin itu diikuti gerakan tanpa kelembutan, "Sheng Youran, coba kau bohongi aku sekali lagi!"
Pipinya memerah, saat itu seolah mendengar detak jantung kuatnya yang berdebar.
Akhirnya, Mu Yibei dengan tidak sabar menyodorkan botol obat ke tangannya, "Bantu dokter mencari alergen akhir-akhir ini, aku tidak ingin melihat hal seperti ini terjadi lagi."
"Tidak perlu berlebihan, mungkin hanya sesuatu yang tidak diinginkan." Dia jelas tidak ingin melakukan pemeriksaan menyeluruh.
"Aku tidak suka tubuh istriku menjadi seperti ini." Katanya perlahan sambil menatap semburat merah di wajahnya, nada bicaranya sedikit melembut, "Temukan alergennya!"
Sheng Youran hanya bisa mengangguk.
Malam itu, dia tidur nyenyak di tengah ranjang besar sambil mengangkat ponsel dan meregangkan badan.
"Ke'er, aku akhirnya berhasil. Sekarang seluruh ranjang ini milikku."
Ai Ke'er berkata dengan penuh simpati, "Kasihan Tuan Mu, apakah hari ini harus tidur di sofa mewah?"
Sheng Youran juga tidak tahu apakah dia memilih tidur di sofa atau langsung pergi dari sini.
Sudah hampir pukul dua belas, dan dia tidak melihat tanda-tanda dia akan masuk, mungkin sudah pergi.
Saat hendak melanjutkan bicara, dia mendengar suara pintu kamar tiba-tiba terbuka.
Mu Yibei mengenakan jubah sutra hitam dengan tali pinggang terikat sembarangan di pinggang, potongan V dalam yang menggoda membentang dari dada hingga perut.
Kulit sawo matang yang kencang ditambah postur tubuh sempurna, membuat Sheng Youran sesaat lupa apa yang sedang dilakukannya.
Pria yang masuk itu meliriknya dengan wajah datar, saat melihat matanya terpaku, sorot matanya seolah mengkilat penuh arti.
Dia sangat puas melihat ekspresi... terpesona sampai lupa diri seperti ini.
“Tali pinggang jubah tidurnya dia lepas dengan gerakan santai, lalu dibuang ke samping.”
Begitu pandangannya menyentuh raga yang kekar dan sempurna itu, dia seperti kelinci ketakutan, langsung menutup mata.
“Halo? You Ran kenapa diam saja?” Di ujung telepon, suara Ai Ke'er yang heran berteriak, “Halo halo, sinyalnya buruk ya?”
Sheng Youran dengan tegas memutuskan panggilan, setelah samar melihat dia masih mengenakan celana pendek, baru berani membuka mata dan menginterogasi, “Kau mau apa?!”
Mu Yibei mengangkat sisi selimut, lalu naik ke ranjang, “Kau tanya aku mau apa?”
Dia segera membungkus bajunya sampai rapat-rapat, bahkan ditarik sampai ke dagu.
Mu Yibei memperhatikan gerakan anehnya, kemudian tersadar. Bibirnya menyungging senyum mengejek, sengaja menatap area dadanya, “Yang belum sampai C, buat apa ditutupi.”
Dengan menahan perasaan naik pitam, dia berkata, “Yang kututupi area alergi, takut mengganggu pemandanganmu. Lebih baik...”
Sambil bicara, tubuhnya merosot perlahan ke pinggir ranjang.
Kalau dia tidak mau tidur di sofa mewah, ya dia yang akan tidur di sana.
Belum sempat mendekati tepi ranjang, pergelangan tangannya tiba-tiba ditekankan ke kasur.
Pria yang kini menindihnya itu memandang dari atas, menekan tubuhnya dengan kuat.
“Lebih baik kau terus menutupi diri. Kalau aku tidak lihat, mungkin moodku bisa dialihkan ke hal lain.” Tatapannya pada Sheng Youran yang gugup itu tanpa sadar memicu keinginan untuk menggoda.
Wajahnya seketika terasa seperti terbakar api, merasa otaknya sampai mati listrik.
Entah kenapa, setelah mendengar ucapannya, gerakanku langsung cepat tanpa dipikir.
Dada yang tertutup rapat sengaja kubuka, seolah takut dia tidak melihat, "Lihat, dalam keadaan seperti ini, apa kamu masih punya suasana hati?"
Mu Yibei mengerutkan alisnya, berdecak dingin, lalu menarik kembali bajunya, "Kamu merasa bangga ya?"
Sheng Youran takut ketahuan, wibawanya langsung ciut, "Bukan..."
Tangan yang menekan bajunya menyentuh kelembutan yang membuatnya sesaat enggan melepas.
Pandangannya naik perlahan, bibir mungil yang selalu ingin digigitnya itu kebetulan sedang sedikit terbuka.
Sorot matanya langsung gelap, dia menciumnya...
Sheng Youran sampai otaknya blank, masa seperti ini juga mau dicium? Sehaus apa dia?
Next time harusnya aku oleskan di wajah ya?
Perlahan, bau obat samar dari tubuhnya menyusup ke hidungnya.
Mu Yibei menatapnya dengan pandangan membara, masih menggigit bibir mungilnya dengan niat jahat.
Kedinginan abadi di wajahnya entah sejak kapan sudah lenyap tak berbekas.
Sensasi menciumnya bisa bikin kecanduan, akalnya hampir ikut panik.
