Bab 72 Cincin Pertunangan yang Dipesan
Setelah meninggalkan Kediaman Mu, Mu Yibeu masuk ke kursi pengemudi. Sambil menyetir, dia mengeluarkan ponsel.
"Beri tahu Lin Chufan, kontrak yang dia bicarakan denganku kemarin tidak akan ditandatangani. Jika dia tidak tahu alasannya, suruh tanya ke adik perempuannya."
Sheng Youran baru mengerti mengapa dia begitu yakin Lin Xinchen akan datang minta maaf.
"Mu Yibeu, apakah ibumu tidak terlalu menyukaiku, makanya kita tidak tinggal di sini?"
Dia melempar ponsel ke samping, tidak langsung menjawab, "Lain kali menghadapi hal seperti ini, meskipun merasa harus datang, harus memberitahuku."
Sheng Youran memandang sisi wajahnya dengan ekspresi heran, sesaat tidak berkata-kata.
Mu Yibeu yang awalnya hanya menatap kaca depan, semakin berkerut alisnya karena tatapan itu.
Dia memiringkan kepala sedikit, melirik sekilas.
Melihat Sheng Youran sedang menatapnya tanpa berkedip, sorot mata jernih dan cerah seolah penuh senyuman, sekaligus bertanya dengan ragu, "Mu Yibeu, apa kamu tahu aku di sini, lalu sengaja datang?"
Dia memalingkan wajah kembali menatap jalan di depan.
“Terdiam sejenak, tak lama kemudian, suara rendah yang magnetis dan merdu terdengar penuh ancaman, "Kelihatannya kamu memang pantas dihajar."”
Sheng Youran tidak berani bertanya lebih lanjut, segera menatap ke luar jendela, namun senyum di wajahnya tak terasa semakin lebar.
Tak lama kemudian, mobil berhenti di depan sebuah toko perhiasan, yang merupakan toko perhiasan paling eksklusif di seluruh Kota Suci.
"Kita ke sini untuk apa?" Sheng Youran menoleh memandangnya, tak menyangka mereka benar-benar berhenti di sini.
Ia hanya meliriknya sebentar, lalu membuka pintu mobil dan turun.
"Tuan Mu, silakan masuk ke sini." Manajer toko sendiri yang menyambut, di aula mewah yang telah dikosongkan dari pengunjung sebelumnya, "Cincinnya sudah siap."
Cincin?!
Karena mereka tidak mengadakan pesta pernikahan, dan dia sendiri tidak pernah berkhayal tentang perjodohan ini, konsep cincin pernikahan bahkan tidak pernah terlintas di pikirannya.
Manajer toko dengan hati-hati mengeluarkan kotak hadiah dan membukanya perlahan.
"Nyonya Mu, ini adalah cincin yang khusus dipesan Tuan Mu dari pendiri merek kami, baru tiba dari Prancis dua hari lalu. Cincin ini..."
Suara manajer toko terdengar antusias, mengingat ini adalah desain eksklusif satu-satunya dari perusahaan induk.
Bahkan untuknya sekalipun, kesempatan melihat langsung barang ini sangat langka.
"Apa kau kupesan untuk mengoceh panjang lebar?" Mu Yibeu melayangkan pandangan tak senang ke arah manajer toko yang bersemangat itu.
Manajer toko langsung menutup mulutnya, khawatir Nyonya Mu tidak mengerti nilai barang ini.
Bagaimanapun, wanita mana pun pasti ingin tahu berapa banyak uang yang rela dikeluarkan suaminya untuk dirinya.
"Nyonya Mu, silakan Anda mencoba dulu. Jika ukuran tidak pas, kami akan menyesuaikan." Manajer toko tersenyum ramah.
Sheng Youran segera memasang cincin itu ke jarinya. Pas sekali.
Berlian merah muda langka yang diasah dengan presisi luar biasa. Bukan "telur merpati" yang menyilaukan mata pada pandangan pertama, namun desainnya jauh lebih unik daripada cincin biasa.
"Sangat cantik, juga pas." Ia menunduk melihat cincinnya.
Manajer toko bingung harus berkata apa. Hanya mendapat pujian "cantik" - jangan-jangan Nyonya Mu mengira berlian kecil berarti tidak mahal?
Mu Yibeu mengambil cincin lainnya dan langsung mengenakannya di jari manis.
Wajah tampannya tetap datar, tapi saat cincin menyentuh jarinya, ia melirik sekilas ke Sheng Youran.
Melihat senyum samar di wajahnya yang memandang cincin di tangannya dengan senang.
Tanpa sadar sudut mulutnya melengkung sedikit yang hampir tak terlihat.
Langsung menggenggam pergelangan tangannya dan menariknya keluar. "Sudah dipasang? Langsung pergi!!"
"Pelankan langkah..." Sheng Youran limbung, hampir terjatuh.
Terburu-buru seperti ini - apa dia sedang dikejar waktu?
Cincin ini pasti sangat mahal. Apa tidak bermasalah jika terus dipakainya?
Memikirkan saat nanti bercerai dan harus mengembalikan cincin ini, dalam hatinya ia memutuskan hanya akan memakainya di acara penting. Jika sampai hilang, ia takkan mampu mengganti.
Setelah masuk mobil, ia membuka ponselnya dan melirik layar.
"Ada foto selfie yang dikirim Mu Youbai ke dirinya sendiri, bilang lain kali mau perkenalkan dia ke mamanya."
Sekaligus melihat Ke'er berkata tidak tahu harus pakai baju apa ke pernikahan Mu Jingxue, ajak jalan-jalan kalau sempat.
"Ngomong-ngomong, kalau kamu sibuk, turunin aku di persimpangan mana saja." Sheng Youran meletakkan ponsel.
Alis Mu Yibeu berkerut perlahan, "Mau ke mana?"
"Bukannya kamu buru-buru?" Ia mengangkat kepala bingung, "Kalau buru-buru tak perlu antar aku pulang khusus."
Ia tersenyum sinis tipis, diam, mobil terus melaju.
Saat mobil berhenti di bawah apartemen, dia turun tapi melihat Mu Yibeu juga membuka pintu.
"Cepatan, aku buru waktu!" Mu Yibeu membanting pintu, meliriknya penuh arti, menekankan kata "buru", "waktu" dengan artikulasi jelas.
"Baik." Dia tak berlama-lama, langsung turun.
Dengan mental penuh tanya naik ke apartemen, baru di depan pintu gerbang dia tersadar mengapa Mu Yibeu buru-buru!
Binatang ini...
Punggungnya menempel di pintu, bibir tersegel rapat.
Kunci mobil jelas ada di tangannya, tapi enggan membuka.
Dicium sampai lemas, baru dilepas sedikit saja lutut langsung gemetar.
Kalau bukan karena lengan di pinggangnya, mungkin dia...
Menghadapi suami dengan skill ciuman level dewa ini, Sheng Youran selalu merasa tak sanggup menahan.
“Apa kamu tidak mau membuka pintu?!” Suara itu terdengar seperti rayuan, wajah Sheng Youran terasa panas membara.
“Kupikir kau lebih suka di luar pintu.” Bisiknya, napasnya menyentuh daun telinganya.
“Cepat buka pintu!” Desaknya gugup.
Pria itu mengaitkan bibirnya dengan sinis, saat pintu terbuka ia menyelamatkannya masuk lalu menciumnya kembali...
*
Di siang bolong ia kembali tergila-gila, satu-satunya kabar baik adalah janji wawancara kemarin yang berhasil ia perbaiki dengan membujuk HRD untuk memberi kesempatan lagi.
Alarm pagi berbunyi tepat waktu, akhirnya tidak dimatikan oleh Mu Yibeu.
Sebelum berangkat, ia merenung sejenak lalu melepas cincin dari jarinya.
Pewawancara adalah pria berusia empat puluhan yang sedang melihat data dirinya, “Sheng Youran?”
“Halo, saya Sheng Youran.”
Pewawancara mengangkat kepala, tatapannya yang menguji menyapu tubuhnya, perlahan memancarkan kilauan khusus di matanya.
Cantik, penampilan juga rapi, jauh lebih memukau daripada foto KTP.
Foto KTP itu seperti hantu, kalau bukan karena alasan tertentu, ia hampir melewatkannya.
Sheng Youran tidak tahu apa yang dipikirkan pewawancara, tetap melanjutkan deskripsi yang telah ia persiapkan.
Saat kuliah ia mengambil jurusan filsafat, namun bakat terbesarnya adalah bahasa dengan nilai bahasa asing yang selalu tertinggi.
Alasan masuk jurusan filsafat yang tidak terkait sama sekali ini adalah "berkah" dari ibu-anak Keluarga Ye yang sengaja menggagalkan keinginannya.
Akhirnya ia hanya bisa belajar mandiri di luar jam kuliah, mengambil mata kuliah terkait sebagai pilihan.
Tapi saat benar-benar mencari pekerjaan, tidak pernah lancar.
"Baik, kapan bisa mulai kerja?" Setelah mendengarkan, pewawancara tidak menanyakan satu pun pertanyaan terkait pekerjaan, artinya langsung lulus.
"Anda maksud, saya diterima? Langsung bisa mulai kerja?"
Pewawancara mengangguk, "Kami sedang kekurangan orang akhir-akhir ini, kamu boleh datang mencoba."
"Saya siap kapan saja."
Pewawancara tersenyum, "Baik, sekarang langsung urus prosedur penerimaan."
Saat Sheng Youran pergi, pewawancara menarik pandangannya dan menghubungi telepon, "Halo, orang yang kamu sebut sudah direkrut."
