Bab 97 Skandal Pernikahan yang Menghancurkan Reputasi
Bukan sekadar kompensasi, tapi kompensasi agar dia berhenti mengamuk.
Mana berani dia bertingkah dengan pria ini?
Melihatnya diam, kerutan di antara alis Mu Yibeu semakin dalam,“Cepat katakan!”
“Aku tidak punya syarat apa-apa untuk diajukan...”
Setelah dipikir-pikir, memang tidak ada permintaan khusus yang bisa diajukannya.
Atau lebih tepatnya, situasi abnormal yang dihadapinya dengan Mu Yibeu ini benar-benar membingungkannya, mustahil menemukan ide dalam waktu singkat.
“Tidak ada?” Mu Yibeu terdiam sejenak, seolah berusaha membaca sesuatu dari ekspresinya.
Tidak mengajukan syarat, apakah itu berarti dia marah atau tidak?
Memandang wajah polos di hadapannya yang menatapnya dengan pandangan tak mengerti.
Dia mengatupkan bibirnya, lalu mencoba menciumnya dengan hati-hati.
Sheng Youran secara naluriah mundur selangkah.
Sebelumnya di kamar mandi, setelah melemparkannya ke dalam tong, dia tiba-tiba menciumnya lagi, sama sekali tidak peduli dengan keinginannya.
Kali ini, secara naluriah dia agak menolak, juga takut dia akan memaksanya lagi.
Tapi yang mengejutkan, setelah dia menghindari ciuman itu, hanya suara datarnya yang terdengar, "Sudah, tidur."
Dia menarik napas lega, mendengar kalimat itu seperti mendapat pengampunan khusus, langsung menyelip ke dalam selimut dengan membelakanginya.
Sheng Youran merasakan debaran kencang di hatinya, tak mengerti mengapa dirinya gugup.
Bahkan setelah mundur secara naluriah, di dalam hatinya muncul sedikit penyesalan.
Saat ini hanya ingin menyembunyikan kepala dalam selimut, menjadi burung unta.
Tapi Mu Yibeu masih duduk di samping, dia hanya bisa membelakangi sambil memendam kepala, berpura-pura tak ada orang di sebelah.
Beberapa saat kemudian, bayangan kekalahan muncul di wajah tampan pria yang duduk di tepi ranjang.
……
Malam yang panjang, Mu Yibeu mematikan lampu tapi masih terjaga di ranjang.
Melihat si kecil tak tahu balas budi yang tidur nyenyak di sebelah, kegelisahannya semakin dalam.
Sebatang rokok terjepit di mulutnya, diisapnya perlahan.
Di kamar gelap gulita tengah malam, titik api kecil itu terus menyala-nyala.
Rokok belum habis, tatapannya pada siluet kecil dalam selimut kembali membangkitkan gejolak di tubuhnya.
Dengan geram dia mematikan puntung rokok di asbak, berbalik dan langsung menyelip ke dalam selimut sambil merangkulnya.
Suara dengusan halusnya yang terganggu di telinga langsung menusuk hatinya, seolah api membara tiba-tiba menyala.
"Jangan ganggu aku..." gumam Sheng Youran dengan suara parau.
"Baik-baik, kau sudah cukup tidur."
Setelah berpikir panjang, dia akhirnya menggunakan metode yang paling dikuasainya.
Menciumnya sampai setengah sadar, lalu menjalankan strategi atas kota.
……
"Bangun."
Sheng Youran yang masih linglung sama sekali tidak ingat berapa lama dia tidur.
Di lehernya, bibir yang terus menggoda itu mustahil dihindari.
Dia benar-benar kesal, kemarin malam juga begini, apa harus diulang lagi?
Matanya langsung terbuka lebar sambil berteriak kesal, "Biarin orang tidur nggak sih?!"
Begitu teriak langsung menyesal, berteriak padanya biasanya berakhir dengan hukuman.
Tapi, dia juga punya emosi bangun tidur.
Ngantuk banget, tadinya tidur karena kelelahan, baru sebentar ini.
Mu Yibeu memandang wajah kecil yang menggerutu di bawahnya, ekspresi penyesalan setelah berani membentaknya.
Dia mengaitkan bibirnya, langsung mengangkat selimut dan menggendongnya turun, "Tidak perlu buru-buru tidur, kita lihat pertunjukan bagus dulu. Nanti ketinggalan."
Sebenarnya dia ingin bilang, tidak ingin lihat apa-apa, hanya ingin tidur nyenyak.
Tapi pria ini jelas tidak memberi pilihan, langsung menggendongnya ke lemari pakaian, "Mau pakai yang mana?"
"Aku?" Dia mengucek mata, apa dia benar boleh memilih?
"Kalau tidak bisa memilih, aku yang pilihkan."
“Tidak tidak tidak.” Ia buru-buru menunjuk gaun berwarna merah muda muda, “Ini, ini.”
Bukan karena dia sangat menyukai yang ini, tapi perasaan bisa memutuskan sendiri ini jauh lebih baik daripada menerima perintah langsung darinya.
“Baik.” Mu Yibeu setuju dengan sigap, melepaskan genggamannya dari dada, lalu mengambil gaun tersebut.
“Itu... bisakah aku memakainya sendiri?” Ingatan akan kejadian tadi malam membuatnya khawatir ia akan mempermainkannya lagi.
Sungguh memalukan jika harus dibantu memakai baju.
Mu Yibeu menyerahkan gaun itu padanya tanpa komentar tambahan, “Ganti.”
Lebih baik dia memakai sendiri, kalau tidak, mungkin mereka berdua takkan bisa keluar kamar.
Sheng Youran mengganti pakaian dan menyantap sedikit sarapan yang diantar ke kamar.
Mu Yibeu melihat jam, “Pergi!!”
Dengan penuh tanda tanya dia mengikutinya, tak memahami maksud pertunjukan yang dimaksud.
Begitu melangkah keluar kamar, segalanya menjadi jelas.
Kamar di ujung koridor, kamar pengantin Mu Jingxue ini.
Saat ini sudah ramai dikerumuni sanak keluarga Mu dari lantai ini.
“Jingxue, aku benar-benar tidak tahu, aku... aku kemarin mabuk...”
“Prak!!”
Mu Jingxue menampar wajah Xie Haojun, wajahnya sendiri memerah dan pucat bergantian, “Kau... kau tak tahu malu!!”
“Tapi kau juga...” Xie Haojun menerima tamparan itu tanpa berani membalas.
Meski Mu Jingxue jelas-jelas tidur dengan orang lain, ia tak bisa berkomentar apa-apa.
"Entah kenapa, setelah kemarin minum terlalu banyak, dia sama sekali tidak ingat apa-apa."
Mereka punya kebiasaan: anak-anak dalam klan akan datang ke kamar pasangan pengantin baru di pagi hari untuk minta angpao.
Saat anak-anak yang meributkan kamar pengantin tiba-tiba menerobos masuk, di sisi ranjangnya terbaring perempuan lain.
Dalam keriuhan teriakan anak-anak, orang dewasa yang menonton juga keluar.
Dia buru-buru lari keluar ingin menjelaskan, tapi mendapati Mu Jingxue ternyata tidur di kamar sebelahnya. Model cowok yang kemarin minum arak dan bercanda dengannya lari keluar sambil memeluk pakaian.
Di malam pertama pernikahan, pengantin baru malah tidur dengan orang lain, kebetulan tertangkap basah.
Ayah Mu Jingxue langsung terkena serangan jantung dan sudah dibawa ke dokter.
Bukan hanya keluarga Mu yang melihat, bahkan beberapa tamu undangan juga tahu apa yang terjadi.
"Aku kenapa? Mau bilang apa?" Mu Jingxue dengan mata merah menunjuk perempuan di kamarnya, "Ini siapa?"
Saat Sheng Youran mengikuti Mu Yibeu mendekat, sepanjang jalan sudah mendengar banyak tuduhan dari faksi konservatif keluarga Mu.
Pernikahan Mu Jingxue dan Xie Haojun sendiri sudah dipaksa karena tekanan mereka. Hasilnya di hari pertama pernikahan malah membuat skandal besar, benar-benar menginjak batas para orang tua.
Tertangkap basah di depan umum sungguh memalukan.
Terutama setelah anak-anak yang mendapatkan kartu kamar itu berlari masuk dan berteriak bahwa di ranjang Bibi ada Paman yang tidak dikenal, semuanya sudah terlambat.
Dia benar-benar tidak tahu bagaimana bisa tidur dengan orang ini, padahal dia ingat jelas bahwa dia pulang ke kamar bersama Xie Haojun.
"Keluarga Mu tidak punya orang yang tak tahu malu seperti ini!"
"Kejadian terakhir itu sama sekali bukan kesalahpahaman, benar-benar melanggar norma susila!"
"Bagaimana cara mendidik putri? Memalukan keluarga Mu!"
Sheng Youran memandang kebingungan pada situasi di depan matanya, tiba-tiba menoleh.
Pria di sebelahnya dengan santai menyilangkan lengan, memandang keributan di sana dengan tatapan dingin.
Itu dia!
Matanya membulat saat melihat sorotan mata Mu Yibei yang sama sekali tidak berniat menyembunyikan sesuatu.
Bahkan Sheng Youran yang hanya datang sebagai penonton pun bisa melihat, setelah kejadian ini reputasi kedua orang itu pasti hancur.
Apalagi Xie Haojun, bahkan Mu Jingxue pun tidak mungkin bisa tinggal lagi di keluarga Mu.
