Bab 116 Alasan Memaksanya Minum Obat
"Tidak mungkin!"
Sheng Youran hampir-hampir ingin menutup telinganya.
Tidak mau dengar, pokoknya tidak mau dengar!
"Kebiasaan burukmu ini sepertinya tidak bisa diubah, kalau nanti aku tidak di sampingmu, setetes arak pun akan kubuat kamu menyesal."
Sambil mendengar teleponnya, dia bahkan tidak berani mengangkat kepala.
Uh, ini benar-benar memalukan.
Mu Yibeu masuk ke kamar, dia menelan beberapa manisan, buru-buru menyusul sambil teringat belum menanyakan obat untuk penyakit apa sebenarnya.
Kalau sakit dia juga punya hak tahu, setidaknya ini bukan flu skala kecil.
Membuka pintu kamar, melihatnya melepas jas dan masuk ke kamar mandi, terdengar suara buang air.
"Katakan saja langsung padaku, penyakit apa yang kuderita, aku pasti punya hak tahu juga kan." Sheng Youran berdiri di ambang pintu, sorot matanya penuh kesalehan menatapnya.
Semakin dia tidak mau bicara, semakin tidak tenang hatinya.
Selalu merasa jangan-jangan mengidap penyakit serius, sampai-sampai meninggalkan operasi dan mulai menggunakan ramuan tradisional Tiongkok.
"Dan dia mabuk sampai tak sadar di luar, hal sebesar ini, dia hanya memberitahuku dengan santai, karena kalau mabuk aku suka tidur dengan pria, jadi ke depannya dilarang minum arak."
Keluarga Mu sangat peduli reputasi, apalagi sedang ada kasus Mu Jingxue, membuat keluarga Mu jadi target utama paparazi di kalangan elite.
Kalau dia benar-benar mabuk sampai seperti hantu di luar, pasti akan jadi ancaman besar bagi reputasi keluarga Mu.
Menantu laki-laki baru saja skandal, kalau ada calon menantu mabuk dan berulah di luar, keluarga Mu ini wajahnya sudah tak bisa diselamatkan lagi.
"Seberapa parah, katakan langsung padaku!" Sheng Youran semakin terdesak saat menganalisis.
Mengangkat kepala melihat pria di kamar mandi mulai membuka kemeja, kancing sudah terbuka separuh tapi dia tak menyadari.
Baru sekarang merasa malu mati, berbalik ingin pergi, lebih baik tanya lagi setelah dia selesai mandi.
"Kemarilah." Suara Mu Yibei yang berat dan seksi bergema di antara suara air.
"Tidak perlu, nanti saja setelah kau keluar..."
"Tidak mau tahu lagi?" Nada suaranya seperti meninggi sedikit.
Sheng Youran mengerutkan alis, pertarungan batin berkecamuk di hati.
"Tadi kau bilang mau berbagi suka duka, ya?" Saat dia sedang bimbang, suara itu sudah ada di belakangnya.
Dia terkejut berbalik, jangan-jangan dia mau menemani minum ramuan tradisional Tiongkok?
Akal mengatakan ini mustahil terjadi, tapi di kedalaman hati, mengakui ada sedikit harapan yang menggelora.
Fokus utamanya tampak bukan untuk membuatnya merasakan obat itu, melainkan alasan di balik tindakannya.
"Kalau begitu, mari kita berbagi suka-duka bersama." Mu Yibei melepas kemejanya, sorot matanya menatap bibirnya.
Saat akhirnya memahami makna 'berbagi suka-duka' versinya, hati Sheng Youran sudah memaki pria itu berkali-kali.
Dia sudah tahu, pria itu takkan mungkin benar-benar meminum ramuan tradisional Tiongkok di hadapannya...
……
Saat digendong keluar dari kamar mandi, tubuhnya lemas tak berdaya.
Langsung meringkuk dalam selimut seperti kepompong.
Merasa kamar terlalu sunyi, meski mengantuk ia tak bisa tidur dan memutuskan untuk membalikkan badan.
Mu Yibei yang hanya mengenakan piyama tipis duduk di ranjang, laptop tergeletak di pangkuannya.
Wajah dingin dan serius menyimak konten di layar, jemarinya sesekali mengetik keyboard.
Dari sudut pandang Sheng Youran, profil sampingnya terlihat jelas.
Rambut hitamnya yang masih basah berkilau memantulkan cahaya, kontras dengan kulit perunggu yang memancarkan daya tarik luar biasa.
Di balik bulu mata lebat yang bikin iri perempuan, sorot mata tajamnya yang tertuju pada layar memancarkan aura pemimpin sejati - angkuh dan tegas sejak lahir.
Hidung jenjangnya semakin memperkuat kesan ketajaman yang terpancar dari seluruh sosoknya...
Sheng Youran terpana, bahkan lupa tujuan awalnya menoleh ke arahnya.
"Sebenarnya dia sangat suka melihatnya dalam keadaan serius dan tenang namun beraura kuat ini, jadi setiap kali berada di kantornya, dia selalu tak tahan untuk melirik beberapa kali."
Terutama saat mengamati fitur wajahnya dengan detail, setiap kali tak bisa tidak mengeluh tentang ketidakadilan Sang Pencipta yang memberinya segala kesempurnaan yang tepat.
Tiba-tiba, bibir tipis yang semula terkunci erat itu bergerak.
"Tidak capek?" tanyanya sambil mengetik keyboard, pandangan tetap tak bergeser, "Mungkin lebih baik kamu duduk di seberangku untuk menonton."
Sheng Youran: "……"
"Atau kamu bisa berbalik sendiri juga boleh."
Dia sama sekali tidak bisa menjawab sepatah kata pun.
Suaranya sudah sama sekali berbeda dari sebelumnya, berat dan tenang, seolah tanpa riak emosi, tapi pesona suara legendaris yang konon bisa membuat hamil itu masih tetap terasa.
Sheng Youran berpikir sejenak, lalu memutuskan untuk berbalik.
Posisi membelakanginya tapi tetap menoleh ini memang cukup melelahkan.
Mu Yibei mengulurkan tangan, mengambil cangkir kopi di sampingnya dan menyesapnya, baru kemudian terlihat rileks.
Memandangnya yang sedang memeluk selimut, hanya memperlihatkan wajah kecil sebesar telapak tangan yang putih bersih, dengan sorot mata jernih bagai kristal yang paling menarik perhatiannya.
Ia menyadari dirinya cukup menikmati perasaan sedang diamati olehnya.
Sejak kecil, dia selalu menjadi pusat perhatian, hingga sudah bosan menghadapi berbagai tatapan kagum dan hasrat yang membuatnya jengah.
"Dia yakin dirinya tidak suka diperhatikan oleh siapapun, tidak peduli seberapa dekat mereka."
Tapi kini dia merasakan perubahan dari dirinya, pertama kali merasa efek wajah ini sepadan dengan harganya.
"Sebenarnya aku masih ingin bertanya, apakah ada masalah dengan tubuhku?" ujarnya malas berbaring di dalam selimut.
Mu Yibei meliriknya, pandangan kembali ke laptop, "Tidak ada masalah, tapi kondisi tubuh agak lemah, perlu dipupuk."
"Hanya ini?" Dia menarik napas panjang, lalu berkata dengan nada negosiasi, "Kondisi tubuh lemah seperti ini tidak harus minum ramuan tradisional Tiongkok. Perlahan-lahan saja, paling tidak aku akan makan lebih banyak makanan bergizi, lebih banyak olahraga..."
Hanya tubuh yang lemah, tidak terlalu berpengaruh pada kehidupan sehari-hari.
Dia tidak ingin menderita seperti ini setiap hari.
"Memang sudah waktunya lebih banyak olahraga." Kalimat santai itu terus mengalir dari bibirnya.
Sheng Youran menggigit giginya, diam-diam bersiap untuk kembali tidur membelakanginya.
"Tidak boleh kurang sekali pun, Ibu Zhou akan merebus obat tepat waktu setiap hari, harus diminum."
Dia menutup mata dengan erat, otaknya tak bisa berhenti berpikir: memaksanya minum obat seperti ini mungkin karena merasa dirinya terlalu lemah sehingga tidak memuaskan setiap hari... Sangat menakutkan!
Hingga tengah malam, Sheng Youran yang sudah kelelahan akhirnya tertidur lelap.
Entah kapan dia berbalik badan, kembali menghadap ke arahnya, tidur dengan nyenyak.
Ponsel Mu Yibei bergetar, melihat nomor yang menelepon, turun dari ranjang dan berjalan ke balkom untuk menerima panggilan.
"Jika sudah pasti terkait Xiao Qian, untuk sementara jangan gegabah, selidiki dulu hubungannya dengan Keluarga Ye." Nada bicaranya sudah tidak sekalem tadi, berat penuh aura pembunuhan, "Selain itu, putra Keluarga Ye yang pulang dari luar negeri sepertinya punya banyak aktivitas di sana, tapi pihak Keluarga Ye belum tahu. Selidiki alasan dia pulang sekarang."
Di telepon terdengar suara yang tak jelas, Mu Yibei menyipitkan sorot matanya, "BOSS-nya Ai Ke'er? Dia melihat bosnya masuk ke Jinbi Huihuang?"
Qiao Shaojing penasaran, "Aku akan cari tahu siapa bosnya yang sampai membuatnya begitu memperhatikan."
Mu Yibei terdiam sekelirik, "Tak perlu diselidiki, itu Ye Yunting."
