Bab 119 Seketika Tersulut
“Oh, kau kenal Yi Bei?” Kakek Mu terkejut. Ia lama di luar negeri, jarang bertemu Mu Yibeu. Teman-temannya hanya Ye Mo dkk.
Su An'an menundukkan sorot mata, “Pernah kenal. Aku orang Sheng Yue, besar di sini.”
“Kakek tua Mu baru tersadar mengangguk,”Memang begitu, kalau begitu kita tunggu sebentar untuk bertemu bersama. Kedepannya kalian berdua tinggal di sini, tapi aku dengar Yibei pindah setelah menikah, apa anak muda sekarang suka berdua saja? Kalau tidak suka, beli rumah di perkotaan untuk tinggal sendiri juga bagus, dekat dengan Grup Mu.”
Su An’an terdiam sejenak saat mendengar Yibei pindah setelah menikah.
Mo Yuchen tetap tenang dan santai,”Tergantung keinginan An’an, aku bisa tinggal di mana saja.”
“Menurutku tinggal di sini saja.” Bibir Su An’an melengkung,”Tempat ini lebih sepi, dan tidak ada orang-orang yang berantakan masuk. Kalau tinggal di perkotaan, mungkin agak merepotkan.”
Kakek tua Mu terkekeh,”Benar juga, kalian para aktor perlu menjaga privasi, lebih baik di sini.”
Saat sedang berbicara, sosok seseorang melangkah masuk di depan pintu ruang studi.
Wajah dingin dan dalam itu memperlihatkan sinar mata penuh ejekan yang sulit dimengerti.
Su An’an menoleh, pupil matanya berkilat sepersekian detik saat melihat pria yang masuk.
Jarinya gemetar samar, segera diselipkan ke dalam saku baju.
Tapi saat melihat Mu Yibeu masuk tanpa sekilas pun memandangnya, hati kecilnya kembali tersayat sedih.
“Yibei sudah datang.” Raut wajah Kakek Mu yang semula ramah berubah serius. Beliau mengambil cangkir teh di meja, menyesap perlahan, lalu menunjuk dagu ke arah dua orang di sampingnya. “Ini Yuchen dan istrinya, Su An'an. Kudengar kau sebelumnya sudah kenal An'an, jadi tak perlu diperkenalkan lagi. Ngomong-ngomong, di mana istrimu? Katanya kau baru saja menikah, tapi tak pernah kau sebutkan sebelumnya.”
Mu Yibei tidak mengadakan pesta pernikahan. Baru setelah mengurus surat nikah, dia memberitahu sebagian jajaran tinggi dan pemegang saham Grup Mu.
Kakek Mu justru mengetahui pernikahan putranya itu dari orang lain.
Sebagai pewaris Grup Mu, tak adanya pesta pernikahan masih bisa dimaklumi. Tapi bahkan ayah kandungnya sendiri pun tidak diberi tahu.
Memikirkan hal itu, wajahnya bertambah dingin.
Senyum sinis melintas di wajah Mu Yibei. Tatapannya membeku pada Mo Yuchen. “Mo Yuchen, ya? Segala hal terkait Grup Mu akan diserahkan kepadamu oleh tim khusus. Grup Mu tidak memupuk pengangguran. Semoga kau bisa menyesuaikan diri.”
“Saya pasti bisa.” Merasakan permusuhan tajam itu, Mo Yuchen sama sekali tidak tersinggung. Dia tersenyum sambil mengulurkan tangan. “Sudah lama mendengar kinerja luar biasa Anda memimpin Grup Mu. Mari kita saling berbagi ilmu ke depannya.”
Mendengar ucapan Mu Yibei, Kakek Mu tampak tidak senang. “Yibei! Dia kakak laki-lakimu! Jaga tutur katamu!”
Mu Yibei menyeringai sinis. Memang pantas anak dari cinta pertamanya. Anak haram yang terus dipaksakan untuk diakui.
“Sudah bertemu, saya ada urusan harus pergi dulu.” Sorot matanya dingin namun tetap tersenyum, berkata pada Mo Yuchen, “Bersenang-senanglah.”
Su Anan diabaikan sepanjang proses, bahkan ketika Kakek tua Mu sengaja menyebut dirinya, tak sekalipun mendapat tatapan darinya.
Rahangnya mengeras karena terkunci.
“Ngomong-ngomong.” Langkah Mu Yibei tiba-tiba berhenti, menoleh ke Kakek tua Mu yang wajahnya membiru marah, “Pernikahan saya urusan saya sendiri, tak perlu melibatkan istri saya dalam hubungan keluarga berantakan ini. Tolong setiap orang di sini jangan mengganggunya.”
“Kau!” Kakek tua Mu langsung terprovokasi oleh sikap ini, sama sekali tidak menganggapnya sebagai ayah!
“Lihat, lihat!” Ia menaruh cangkir teh ke meja dengan denting keras, menunjuk ke pintu, “Apa sikapnya ini!”
Su Anan buru-buru berkata, “Ayah jangan marah, saya pikir dia memang benar-benar ada urusan.”
“Hmph!” Kakek tua Mu mendengus dingin, “Dari dulu dia tak pernah menghormatiku!”
Mo Yuchen melirik ke arah orang yang pergi, wajahnya agak masygul, “Hal seperti ini mungkin sulit diterimanya. Beri dia waktu, setelah proyek ini selesai, Anan dan saya tetap akan pergi, tidak akan tinggal lama di sini.”
“Apa yang sulit diterimanya? Yang jelas menderita adalahmu dan ibumu.” Kakek tua Mu menarik napas panjang, “Bertahun-tahun mengembara di luar negeri itu kamu.”
Su Anan memapah Kakek tua Mu kembali ke tempat duduk, pikirannya menerawang pada Mu Yibei tadi, perasaan tak tergambarkan di hatinya.
“Yibei, bagaimana?” Joe Shaojing di sisi tangga, “Su Anan benar-benar hebat, tiba-tiba jadi bibi istri pamanmu. Reaksi kalian saat bertemu seperti apa?”
Mu Yibeu meliriknya sebelum menuruni tangga, “Apa reaksi yang diperlukan? Apa hubungannya denganku?”
Joe Shaojing mengangkat alis, tiba-tiba tersenyum, “Tidak, tentu tidak ada hubungannya. Kau langsung pergi, tidak mengajak bibi istri paman untuk bertemu?”
“Tidak perlu bertemu.” Langkah Mu Yibeu tidak berhenti, “Aku datang sekali ini saja sudah cukup.”
Awalnya membawa Sheng Youran, bermaksud memainkan drama ini hingga tuntas.
Tapi sudahlah, sandiwara rekonsiliasi ayah-anak itu memang tak ada hubungannya dengannya.
Saat pertama masuk ruang studi, pemandangan harmonis itu justru terlihat seperti keluarga sejati.
Setidaknya, sikap dan sorot mata orang tua tadi terhadap dua orang itu belum pernah ia lihat sejak kecil.
Perlakuan dingin yang kontras seperti ini tak perlu dirasakan Sheng Youran juga.
……
Sheng Youran dibawa Mu Youbai untuk diperkenalkan pada orang tuanya.
Orang tua Mu Youbai tidak bekerja di Grup Mu, memiliki perusahaan independen sendiri.
Terlihat jelas kedua orang ini berkarakter baik dan sangat romantis, pantas Mu Youbai punya karakter sebaik ini.
“Yibeu datang.” Mu Ziheng yang sedang tertawa, mengangkat kepala melihat Mu Yibeu mendekat.
Wajah ceria Mu Youbai tiba-tiba menjadi muram.
Baru saja melihat ayah dan ibu menyukai wanita pilihannya, kenapa Paman Yi Bei muncul lagi.
Mu Yibei mengangguk, langsung menggenggam lengan Sheng Youran, "Kita pergi dulu."
"Sampai jumpa..." Sheng Youran belum selesai bicara sudah langsung dibawa pergi.
Mengira dia buru-buru masuk ke Kediaman Mu, sebelumnya dia pernah bilang ada acara keluarga malam ini untuk menemui kakak laki-lakinya.
Tapi sekarang malah menyeretnya ke garasi.
"Kita berangkat sekarang?"
Mu Yibei membuka pintu mobil, menatapnya, "Kamu tidak mau pergi?"
"Bukan begitu." Dia menggelengkan kepala, "Bukannya katamu mau menemui kakakmu?"
Ekspresinya berubah sedikit, "Tidak perlu. Ini tidak penting. Setelah beberapa waktu dia akan pergi dari sini, tidak ada hubungan dengan kita."
Mobil tiba-tiba melaju kencang, langsung keluar dari villa Kediaman Mu.
Sepanjang jalan Sheng Youran diam, sesekali melirik dia dengan hati-hati.
Ekspresi Mu Yibei terlihat biasa saja, tapi dia bisa merasakan ada sesuatu yang berbeda.
Mengingat nada sarkasme saat dia menyebut sang kakak, dan percakapan yang sempat didengarnya di taman, dia bisa menebak apa yang terjadi.
Tiba-tiba dia berkata, "Mu Yibei, aku mau ke suatu tempat."
