Bab 120 Segera Dikaruniai Putra
Mobil berhenti di area parkir dekat sebuah sekolah. Mu Yibei tidak langsung turun, memandangnya dengan curiga.
"Turun, cepat!" Sheng Youran terlihat antusias, sudah melepas sabuk pengaman dan membuka pintu.
Berbalik melihat Mu Yibei masih duduk di posisinya tanpa bergerak.
“Dia menyipitkan matanya, perlahan melepaskan tangan dari kemudi, menatapnya. ‘Kenapa harus dengar kata kamu?’”
“Awalnya ingin membawanya pulang, tapi setelah mendengar ucapan Sheng Youran, tanpa sadar mengemudikan mobil ke tempat yang dia sebut. Tidak tahu dia sedang buat apa.”
“Sheng Youran kali ini sangat antusias, membuka pintu kursi pengemudi. ‘Mu Dashao, cepat turunlah. Sudah sampai di sini, masa mau terus duduk di mobil?’”
“Dia menyapu pandangannya, mencabut kunci mobil, lalu turun.”
“Sheng Youran tersenyum tipis, langsung berkata saat keluar area parkir: ‘Di sebelah sana ada sekolah lamaku.’”
“Sudut mulut Mu Yibei berkedut halus. Bawa dia melihat tempat sekolahnya?”
“Dia tak banyak bicara, malah menuntun jalan ke arah berlawanan. Masuk ke sebuah gang sempit, ada toko hidangan penutup.”
“‘Bos, dua porsi mango mille crepe.’”
“Raut wajah Mu Yibeu semakin tak karuan. Dari jauh-jauh ke sini, ternyata cuma untuk memakan!”
“‘Youran, sudah bertahun-tahun tak jumpa.’ Sang bos jelas mengenalinya, tersenyum sambil menerima uang. Matanya melirik pria yang duduk di kursi, sisi wajah dinginnya tampak sempurna tak nyata di bawah lampu. ‘Ini pacarmu?’”
“Sheng Youran terbata-bata, hanya tersenyum.”
“Tapi saat bos menyerahkan dua porsi mango mille crepe, dia menjelaskan: ‘Itu... itu suamiku.’”
“Wah, sudah menikah!” Bos itu berekspresi terkejut lalu tersenyum, “Tak kusangka kau menikah begitu cepat, tapi pernikahanmu sangat bagus. Melihat genetik kalian berdua, anak-anak kalian nanti pasti tampan-cantik.”
Ia hanya tersenyum tipis, “Terima kasih!”
Saat kembali membawa hidangan penutup, senyuman di sudut mulutnya belum sempat dihilangkan. Ketika hendak duduk, tiba-tiba ia melihat sorot mata penuh makna dari pria di seberang yang sedang menatapnya.
Ia merasa agak canggung, jangan-jangan dia tidak suka disebut sebagai suaminya di depan orang asing?
“Aku... sebenarnya tadi...” Tiba-tiba ia gagap, ingin menjelaskan, “Aku hanya...”
Mu Yibei mengangkat bibir tipisnya sedikit, “Berlari sejauh ini hanya untuk membeli dua potong kue? Sheng Youran, kau benar-benar suka merepotkan.”
Apakah dia tidak mempermasalahkan ucapan tadi?
Sheng Youran menelan penjelasan yang belum selesai, lalu mendekatkan satu potong kue ke hadapan Mu Yibei, “Ini adalah toko yang sering kudatangi bersama Ke'er saat masih sekolah di sini. Tapi kampusku terlalu jauh dari sini, dan kemudian kesibukan pun menumpuk, hampir tak ada waktu untuk kembali. Aku tahu selera makanmu tinggi, dan mungkin kau tidak suka makanan manis. Kali ini aku yang traktir, sudilah beri harga diri. Setiap kali sedih, makan hidangan penutup selalu membuat suasana hatiku membaik.”
Mu Yibei ragu sejenak, jemarinya perlahan mengambil garpu. Mendengar kalimat terakhir, matanya menatap, “Suasana hatimu tidak baik?”
Bukankah ini karena mengira suasana hatinya yang tidak baik?!
Tentu saja ia tidak mengatakannya. Ia merasa pria ini takkan pernah mengaku sekalipun suasana hatinya sedang buruk.
"Hm, suasana hati tidak terlalu baik, jadi tiba-tiba aku sangat ingin datang ke sini untuk makan sesuatu."
Suara Mu Yibeu tiba-tiba menjadi berat, "Barusan itu Youbai yang terus mengganggumu dan ribut kan?"
"Bukan dia, bukan si Gendut itu." Sheng Youran teringat tatapan penuh kekecewaan dan keengganan si Gendut saat dia dibawa pergi, melihat ekspresi kesalnya yang lucu, "Sebenarnya... pagi tadi aku bukan pergi belanja. Aku mengunjungi orangtuaku di area pemakaman."
Mu Yibeu akhirnya terdiam sejenak.
"Hari ini adalah hari peringatan kematian orangtuaku. Aku bertemu teman lama di sana yang juga datang mengunjungi orangtuaku."
Mo Yuchen secara teknis adalah sepupunya, hubungan mereka seperti kakak-adik meski sebenarnya tidak ada hubungan darah.
Jadi, menyebutnya sebagai teman lama tidak sepenuhnya menipu Mu Yibeu.
Sejak lama dia tahu Mo Yuchen bukan anak kandung Bibi, tapi Bibi memilih meninggalkan Keluarga Sheng karena dirinya.
Bibi hanyalah anak angkat Keluarga Sheng. Karena Nyonya Sheng saat itu tidak bisa punya anak, kemudian secara takhayul melakukan perhitungan astrologi dan mengadopsi gadis ini.
Entah kebetulan atau tidak, tak lama kemudian Nyonya Sheng hamil dan melahirkan Ayahnya, serta paman dan bibinya yang lain.
Sejak Keluarga Sheng mulai berkembang pesat, anak angkat ini mulai mendapat perlakuan diskriminatif.
Posisinya yang awalnya sudah rendah di keluarga, ditambah keengganannya menikah dan memelihara anak orang lain, membuat Keluarga Sheng semakin tidak bisa mentolerirnya.
Kebencian Sheng Youran terhadap Keluarga Sheng bukan hanya karena orangtuanya, bukan hanya karena perlakuan dingin yang ia terima di Keluarga Sheng, tapi juga karena bibi ini.
Alis Mu Yibei berkerut saat mendengar hari peringatan kematian orangtuanya, "Baru memberitahuku sekarang?"
Raut wajahnya langsung menjadi dingin, hanya terdiam memandanginya.
Hari peringatan kematian orangtuanya, baginya, sama sekali tidak ada hubungannya dengan suaminya ini!
"Tadi pagi kamu bilang ada rapat..." gumamnya pelan.
Untung juga dia ada rapat, sehingga ia punya alasan ini.
Jika bukan karena dia sendiri tidak mau mengakui ketidaksenangannya, ia juga tidak perlu mengungkit hal ini.
Mu Yibei berhenti sejenak, tatapan tajamnya baru beralih dari wajahnya, "Hal seperti ini, lain kali beri tahu lebih awal. Rapat bukan urusan penting."
Sheng Youran tertegun memandanginya, apakah ini artinya dia mau menemaninya pergi?
Rapat ternyata tidak penting?
Sejenak tidak tahu apakah ucapannya jujur atau dusta, mungkin hanya sekadar penghiburan.
Awalnya mengira Mu Yibei akan menjijikkan hidangan penutup toko kecil ini, tapi ternyata dia menghabiskannya.
Sheng Youran mengatupkan bibir, penasaran menatapnya, "Apa menurutmu ini enak?"
Mu Yibei menahan rasa mual, alisnya sedikit berkerut, "Sangat tidak enak."
Bohong, masa dihabiskan?
"Yang kamu traktir, mana mungkin dibuang diberikan ke anjing!" Dengan santai dia mengeringkan mulut pakai tisu.
Sheng Youran langsung mengatupkan rahangnya: "..."
“Dibuang diberikan ke anjing...”
Saat hendak pergi, bos berkata dengan semangat, “Selamat datang kembali lain kali, Youran, semoga kalian segera dikaruniai putra!”
Ekspresi Sheng Youran agak canggung, melahirkan apa? Setiap hari dia sudah memakan obat.
“Terima kasih banyak.” Sebuah kalimat tiba-tiba melayang di telinganya.
Raut wajah Sheng Youran menjadi kaku, melirik ke arah Mu Yibei.
Terkadang benar-benar tidak terlihat, dia bisa memberi harga diri pada orang lain seperti ini.
Tidak ada yang perlu diucapkan terima kasih.
Kembali ke mobil, saat Mu Yibei mengeluarkan kunci mobil, dia bertanya datar, “Pemakaman sebelah mana?”
“Apa?” Sheng Youran tidak mengerti maksudnya.
“Kota Suci memiliki tiga area pemakaman, orang tuamu di sebelah mana?!”
Lama dia tidak berkata-kata, tertegun memandang wajah tampannya yang tersembunyi dalam bayangan malam.
Mu Yibei menghidupkan mesin mobil, pandangannya beralih menatap kebingungannya, “Besok hari Senin, waktu tidurmu yang sedang kau tunda-tunda ini...”
“Pemakaman...pemakaman timur.”
