Bab 124 Dia Punya Kebutuhan Lain
Sekretaris Chen yang sedang sibuk dengan pekerjaannya baru saja menerima telepon internal dari Tuan Mu. Saat meletakkan gagang telepon, dia mendengar suara sepatu hak tinggi dan mengangkat pandangan.
Yang muncul dari kantor adalah Su An'an.
Saat masuk, raut wajah Su An'an memancarkan kesombongan yang tak disadari.
Kini saat keluar, dia seperti dikembalikan ke keadaan saat tidak diizinkan masuk kantor.
Wajah cantik dan eloknya terlihat sedikit mengerikan karena emosi, sangat kontras dengan citra sinematiknya yang biasa. Seperti api yang dipendam lama di hati, kini menjadi tong mesiu yang mudah meledak hanya dengan satu percikan.
Saat melewati Sekretaris Chen, matanya sama sekali tidak melirik ke arah sini, sangat berbeda dengan ekspresi "kamu buta mata" yang terpampang jelas di wajahnya saat masuk tadi.
Seperti terong yang dipukul embun beku, nyaris layu tapi masih dipaksakan berdiri.
"Nona Su." Suara Sekretaris Chen terdengar riang.
Su An'an berhenti, kedua tangan dinginnya masuk ke saku baju, pandangan yang dilontarkannya masih penuh kesombongan.
Dia tak bisa bermuka masam di depan sekretaris, bukan hanya karena citra publik, tapi juga karena ini sekretaris Yibei.
"Tuan Mu baru saja berpesan: mulai sekarang kontrak yang Anda bawa tadi harap diserahkan oleh kurir khusus. Dokumen rahasia perusahaan semacam ini tidak boleh disentuh pihak luar. Tolong sampaikan juga ke Tuan Mo: hanya sekali ini, tidak ada toleransi lagi."
Su An'an memandang senyum polos Sekretaris Chen, hatinya tidak tahu rasanya apa lagi.
Dia tidak menjawab, juga tidak marah. Hanya melirik dingin sebelum bergegas meninggalkan kantor.
Susah payah dia bisa kembali berdiri di sini, muncul lagi di hadapannya.
Bukan untuk mendengar "itu tidak ada hubungannya denganku" saat memberitahu kabar terbarunya dan ketiadaan perasaan pada Mo Yuchen.
"Dia sebelumnya juga bersikap mengabaikan seperti ini, seolah urusan siapa pun tidak ada hubungannya dengannya."
Sifat ini tidak mengalami perubahan selama bertahun-tahun.
Tapi kali ini entah mengapa, Sheng Youran merasa Mu Yibei mungkin benar-benar tidak akan lagi mengurusinya.
Su An'an mulai merasa dirinya semakin tidak memahami pria itu, sama seperti keyakinannya bahwa dia orang yang menikah demi hak waris - tapi nyatanya dia tetap tiba-tiba menikah karena alasan hak waris.
Dia bergegas masuk ke lift.
Saat Sheng Youran keluar, tepat melihat Su An'an memasuki lift sebelah yang pintunya segera tertutup.
Mengapa Su An'an datang ke sini?
"Nona Sheng." Sekretaris Chen melihat Sheng Youran, terkejut.
Matanya refleks menyapu pandang ke area luar.
Perempuan yang baru saja mencari Tuan Mu baru saja pergi, entah apakah dia sempat melihatnya.
Berdasarkan pengalaman bertahun-tahun sebagai sekretaris, meski tahu ini adalah istri anak haram Grup Mu yang akan diumumkan - alias kakak ipar Tuan Mu - dia bisa merasakan dengan tajam bahwa perempuan ini pasti punya maksud tersembunyi terhadap Tuan Mu.
Perempuan di dunia hiburan sekarang benar-benar luar biasa.
Memakan isi mangkuk sambil mengincar isi panci, dua putra CEO senior sama-sama ingin direbutnya.
"Uh... Apakah Tuan Mu sedang sibuk?" Sheng Youran bertanya tiba-tiba saat tiba di lantai itu.
Entah bagaimana, dia memberi alasan pada diri sendiri: toh sudah dekat dengan lantai ini, tidak ada salahnya mampir sebentar.
Begitu benar-benar sampai di sini, dia sendiri tidak tahu mengapa harus datang.
Lalu dia mencari alasan yang sangat meyakinkan untuk dirinya sendiri——hatinya yang lembut ini, memikirkan permusuhan keluarga kaya yang digosipkan rekan kerja, mungkin anak haram yang membuat Mu Yibei murung, dia merasa dia sedang Bertarung Sendirian.
"Tidak sibuk." Sekretaris Chen melihat itu dia, mana berani bilang sibuk.
Tuan Mu bahkan sudah menemui Su An'an, mana mungkin sibuk.
Dia bisa menghalangi Su An'an, tapi kalau menghalangi Nyonya Mu, benar-benar bunuh diri.
"Nona Sheng tunggu sebentar, saya akan..."
Telepon ekstensi di samping Sekretaris Chen tiba-tiba berdering, "Mohon tunggu sebentar."
Setelah tersambung, Sekretaris Chen mendengar perintah BOSS di telepon, untuk pertama kali agak bingung.
Tanpa pikir panjang langsung bilang, "Tapi Tuan Mu, dokumen itu tidak perlu diterjemahkan, sudah ada versi siap pakai..."
Sekretaris Chen merasakan keheningan dingin dari ujung telepon, segera berhenti.
"Versi itu tidak bisa, saya ingin diterjemahkan ulang." Suara perintah tanpa ruang negosiasi.
Sekretaris Chen sadar sudah salah paham...
Kalau biasa, dia akan cepat mengerti maksud Tuan Mu.
Tapi karena melihat Nona Sheng sudah berdiri di hadapannya, sebentar lagi akan menemui Tuan Mu, jadi sesaat tidak bereaksi.
Dia kira Nona Sheng yang dipanggil Tuan Mu, ternyata bukan.
Sekretaris Chen membersihkan tenggorokan, "Tuan Mu, ada satu hal lagi, Nona Sheng bilang ingin menemui Anda... Jadi apakah perlu cari penerjemah lain, atau biarkan Nona Sheng..."
Suara di telepon cepat menjawab, "Tidak perlu, saya yang akan jelaskan langsung. Suruh dia masuk."
Telepon dimatikan.
Sekretaris Chen menarik napas lega, meletakkan telepon, "Nona Sheng, silakan masuk."
Sheng Youran mendengar sedikit percakapan Sekretaris Chen tadi, penasaran bertanya, "Apakah kalian sekarang butuh penerjemah?"
"Anda masuk saja dulu." Sekretaris Chen tersenyum tanpa menjawab. Pada dasarnya mereka tidak membutuhkan penerjemah.
Sebenarnya dalam tim asisten, sudah ada beberapa yang menguasai beberapa bahasa asing.
Dan sebagian besar kerja sama internasional, kontennya sudah dipersiapkan dalam berbagai bahasa.
Sheng Youran masuk ke kantor, langkahnya masih ragu-ragu.
Masih banyak pekerjaan yang belum diselesaikannya. Agar tidak lembur, dia harus cepat turun ke lantai bawah.
Tidak, divisi terjemahan mereka hampir menjadi departemen dengan lembur paling sedikit di Grup Mu, karena konten khusus yang perlu diserahkan ke divisi terjemahan tidak banyak.
"Jalanmu sangat lambat, apa kakimu lumpuh?"
Mu Yibei mengangkat pandangan, melemparkan pena di tangannya.
Melihatnya masih berlambat-lambat dan belum juga sampai di hadapannya, alisnya berkerut.
Sheng Youran hanya tidak ingin terlalu dekat dengannya. Dia berhenti pada jarak tertentu dari meja kerja, "Ada keperluan apa?"
Mu Yibei mengangkat alis. Suasana hati gelisah yang semula dirasakannya, memang membaik setelah melihatnya.
Tampaknya ke depan, setiap melihat proposal yang tidak memuaskan, hal pertama yang harus dilakukan bukanlah menghajar pembuat proposal sampai mereka meragukan hidupnya, tapi lebih dulu memulihkan suasana hatinya dengan menemui gadis ini.
“Bukan kamu yang cari aku?” Matanya menyipitkan sorot sinis, menatap wajah sebesar telapak tangan itu. Youran berdiri anggun di samping, bola matanya bergerak-gerak tapi tak sekalipun menatapnya, entah apa yang dipikirkan otak kecil itu.
“Hari ini kerjaanku tidak banyak, jadi agak santai. Soalnya sudah terima gajimu, aku cuma mau lihat apa yang kamu butuhkan. Barusan dengar kamu bilang sama sekretaris ada dokumen yang perlu diterjemahkan, aku bisa...”
Mu Yibei menatap wajah seriusnya, memotong, “Tidak ada dokumen terjemahan. Tapi ada kebutuhan lain.”
Sheng Youran tercekat, tertegun sejenak. Wajahnya memerah saat akhirnya menatap tajam sorot mata dalam itu, “Bajingan! Aku pergi!!”
“Aku butuh secangkir kopi...” Suara malas itu terus bergema.
Langkahnya terhenti, tinjannya terkepal kencang.
“Aku sudah membayarmu. Buatkan kopi.” Bibir Mu Yibei melengkung samar, pandangannya kembali ke layar laptop.
Sheng Youran menuju pantry, mencari kopi eksklusif sang Presiden Direktur Mu.
Setelah menarik napas dalam, dengan sengaja ia menuangkan banyak gula ke dalam gelas.
Air mendidih hampir 100 derajat menguapkan panas dalam.
Dengan sikap angkuh, ia membawa kopi itu kembali ke kantor Mu Yibei.
Kali ini, ada orang lain di dalam ruangan.
