Bab 149 Tidak Keberatan Membiarkan Orang Mengira Kita Terlibat
Sheng Youran ragu sejenak, lalu mengangguk sambil berkata dengan tenang, "Maaf harus bertemu dengan Anda dalam kondisi seperti ini. Hari ini benar-benar ada alasan khusus."
Dia tahu Mu Yibei selalu menghindari pertemuannya dengan orang tuanya.
Meski tidak tahu persis alasannya, mungkin karena dia memang bukan istri resmi yang dinikahi secara layak, jadi tidak perlu terlibat dalam keluarganya.
"Dirinya sendiri" tidak mempermasalahkan, apalagi sikap Nyonya Mu sebelumnya yang membuatnya merasa tidak diterima.
"Jika bukan karena Mu Yibei, ibu Mu sebelumnya pasti akan bersikeras memaksanya meminta maaf pada Lin Xinchen."
Seolah-olah di mata ibu Mu, dirinya sama sekali bukan calon menantu, hanya semacam alat.
Ayah Mu Yibei sebagian besar waktu tidak berada di dalam negeri, satu-satunya kali mendengar tentangnya adalah saat Mo Yuchen diakui oleh keluarga Mu.
Awalnya dia mengira akan pergi ke rumah Mu untuk menemui ayahnya dan kakak lelaki yang belum pernah dia jumpai itu.
Pada akhirnya tidak tahu apa yang terjadi, dia langsung membawanya meninggalkan kursi dan tidak pernah kembali lagi.
Sekarang melihat sorot mata ayahnya yang mengamatinya, dia seolah mulai mengerti mengapa dia perlu menghindari pertemuan dengan orang tua Mu.
Tampaknya pernikahan ini hanyalah sikap keras kepala Mu Yibei semata.
"Jika Anda bersedia mendengarkan penjelasan saya, saya bisa menjelaskan semuanya secara menyeluruh. Saya tahu sekarang terlihat ada kesalahpahaman besar, tapi sama sekali bukan fakta sebenarnya. Mu Yibei juga bukan tipe orang seperti yang Anda katakan, untuk Grup Mu dia benar-benar telah mencurahkan seluruh upaya..."
Mu Tianhe menyeringai dingin, "Mencurahkan upaya untuk merebut kekuasaan!"
Meskipun yang dia bicarakan adalah Mu Yibei, Sheng Youran tetap terluka oleh nada bicara mengabaikan itu.
Mengapa dia bisa berpikir seperti itu tentang putranya sendiri.
"Jika Anda berkata seperti ini, pasti akan sangat menyakiti hatinya bila dia mendengar. Saya adalah istrinya, saya sangat paham apa yang dia lakukan setiap hari."
Pembelaannya belum selesai, Mu Tianhe sudah tak sabar mendengarkan. Sorot mata berliku-likunya menatapnya dengan penuh ejekan, "Sepertinya kau sangat mengenalnya? Lalu tahukah kau bagaimana hak warisnya bisa didapat? Jika dia tidak menikah, mustahil mendapat hak waris secepat ini! Nona Sheng, dia putraku, aku lebih paham darimu. Menikahimu adalah cara untuk mendapatkan hak waris. Sekarang kau mengaku sebagai istrinya dan bilang aku salah? Hemat saja tenagamu! Keberadaanmu di sisinya sudah membuktikan niatnya. Aku takkan mengakui kau sebagai calon menantuku!"
Sheng Youran merasa hatinya terguncang hebat.
Ini bukan pertama kali dia mendapat petunjuk seperti ini, Mu Jingxue juga pernah mengatakannya.
Tapi dihadapkan langsung dengan tuduhan telanjang, perasaan itu jauh lebih menyakitkan dibandingkan bisikan dalam hati bahwa pernikahan mereka hanyalah kontrak.
Dengan cepat, dia tersenyum tipis dan menatap pria paruh baya itu. "Pengakuan Anda tak penting. Dia pria dewasa, alasan menikah dan waktunya adalah kebebasan dirinya. Soal hak waris keluarga Mu, setidaknya di mata saya dan semua orang, dialah kandidat utama. Masalah hari ini sama sekali tidak ada hubungannya dengannya, ini kesalahan saya."
Mu Tianhe tertawa dingin karena marah, "Keluarga Mu sangat menjunjung aturan keluarga, kau tahu?"
Sekretaris Chen panik sebentar, "Silakan tenang dulu, ini benar-benar kesalahpahaman. Baju Nyonya Mu bermasalah, seharusnya saya yang membelikan, cuma tadi sedang tidak sempat, mungkin lebih baik..."
Mu Tianhe menyampingkan pandang, "Tentang ucapan tadi, apa yang pantas didengar dan tidak, kamu harus paham."
Sekretaris Chen menunduk, "Saya tahu."
"Kalau begitu kamu keluar dulu, ini urusan keluarga Mu. Kerjakan tugasmu sesuai tempat."
Sekretaris Chen mengerutkan alis, tak bisa membantah, akhirnya pergi.
Pintu kantor baru saja terbuka, Mo Yuchen masuk dari luar.
"Ada apa?" Melihat Sheng Youran, dia mengerutkan alis dan bergegas mendekat.
Mendengar suara Mo Yuchen, raut wajah Mu Tianhe sedikit melunak, "Yuchen, ini bukan urusanmu. Yibei terlalu keterlaluan, lihat kekacauan seperti apa ini. Tempat seperti apa ini? Ini perusahaan, kantor! Memalukan jika dilihat orang!"
Sheng Youran menekan bibirnya, jelas melihat perbedaan halus dalam sikap Mu Tianhe saat menyebut Mu Yibei dan berbicara dengan Mo Yuchen.
Kontras ini bahkan terasa sangat kuat bagi orang luar seperti dirinya.
Di matanya, Mu Yibei hanyalah orang yang mati-matian berebut warisan, sedangkan Mo Yuchen adalah putranya.
"Ini kesalahpahaman," Mo Yuchen melirik Sheng Youran, "Siang tadi saya masih bertemu Youran di rumah sakit, bukan seperti yang Bapak kira."
"Kamu bertemu dia di rumah sakit siang tadi?" Baru sekarang Mu Tianhe mengangkat kepalanya.
“Bukankah An'an mengalami kecelakaan saat memotret iklan dan menggantung di kawat kemarin?” Mo Yuchen tersenyum, “Asisten An'an tidak sengaja menumpahkan cangkir saat menuangkan teh untuknya, sehingga membasuh tubuhnya. Tangannya masih merah.”
Mu Tianhe mengerutkan kening, memandangnya berkata, “Itu alasan dia berada di sini? Masalah seperti ini, tidak tahu harus menyelesaikannya di rumah?”
“Youran juga karyawan Grup Mu, sepertinya tidak berniat mengambil cuti sore ini.” Mo Yuchen melanjutkan, “Hampir tidak ada yang tahu di perusahaan bahwa dia adalah istri Yibei, dia juga tidak mendapat hak istimewa dalam pekerjaannya.”
Wajah Mu Tianhe masih terlihat tidak senang, namun nadanya sedikit membaik, “Karena tidak ada yang tahu di perusahaan, kalian dan Yibei harus lebih berhati-hati ke depan. Aku tidak ingin mendengar desas-desus. Pilih menjadi Nyonya Mu yang baik di rumah, atau jangan membuat orang mengira ada hubungan tidak jelas dengan Yibei di perusahaan.”
Sheng Youran melihat ekspresi Mo Yuchen yang memberi isyarat agar dia tidak banyak bicara saat ini.
Dia menekan bibirnya, lalu tidak berbicara.
Sudah terlihat sejak tadi bahwa Pak Tua Mu ini sangat tidak menyukai orang yang membantahnya.
Udara di kantor tiba-tiba terasa mencekam.
Siluet tinggi tegap berjalan cepat memasuki gerbang.
Mu Yibei dengan wajah dingin berjalan mantap ke arah sini.
“Dia perlu berhati-hati?” Dia menyeringai dingin, mendekati Sheng Youran, “Menurutku dia tidak perlu berhati-hati apapun di sini. Jika bukan karena keengganannya sendiri, aku sama sekali tidak keberatan orang mengira kita memiliki hubungan tidak jelas.”
“Mu Tianhe langsung tidak suka mendengar nada bicaranya,” “Kamu tidak takut gunjingan?”
Mu Yibei dengan ekspresi sinis, melirik Mo Yuchen lalu menatap Mu Tianhe, “Ayah, apakah Ayah pernah takut gunjingan?”
Entah marah atau kesal, Mu Tianhe melototinya dengan tajam, suaranya berat, “Yuchen, kita bicara di bawah.”
“Kakak.” Panggilan Mu Yibei kali ini penuh sarkasme, menyeringai dingin, “Jika istrimu tidak bisa mengontrol asistennya, aku tidak keberatan membantunya memberi pelajaran.”
Setelah keduanya pergi, Sheng Youran melihat wajah Mu Yibei yang pucat, tangannya tanpa sadar menggenggam ujung kemejanya.
Wajahnya agak pucat, rambut poni di dahinya masih sedikit basah menempel di pipi karena baru mandi.
“Barusan maaf,” dia menggigit bibirnya, “Aku kira Sekretaris Chen yang mengantarkan baju, atau kamu pulang. Membuat Ayahmu salah paham.”
Sama sekali tidak terpikir olehnya bahwa ayahnya akan tiba-tiba muncul di kantornya.
Mu Yibei menoleh, sorot matanya tajam menatapnya, “Mengapa tidak mengatakan yang sebenarnya?”
Sheng Youran mengangkat pandangan heran.
“Tanganmu, mengapa tidak bilang ini ulah orang lain?” Tekanan kata-katanya semakin kuat.
“Dia tidak sengaja,” dia berusaha menjelaskan, “Hanya masalah kecil, tidak perlu dibesar-besarkan.”
Sorot mata Mu Yibei yang gelap menatapnya, mendekat beberapa langkah, “Siang tadi kamu bersama Mo Yuchen? Kalian berdua di rumah sakit?”
