Bab 151 Menuruti Dorongan Hati
Orang tuanya telah meninggal, diusir keluarga sendiri, dipelihara di rumah paman selama bertahun-tahun dengan tatapan dingin, hampir dijual ke pria tua untuk menjadi istri kedua.
Di antara mereka, sulit ditentukan siapa yang lebih patut dikasihani.
“Kemarilah.” Mu Yibeu bersuara, wajahnya terlihat lebih tajam dalam bayangan malam.
Sheng Youran hanya menggelengkan kepala sambil menguap, “Besok harus kerja, sibuk.”
Wajahnya berubah masam, tangannya tiba-tiba meraih.
Perempuan yang hendak menolak itu langsung terhuyung ke dalam pelukannya.
Aroma tembakau samar masih melekat, wajahnya terpaksa menempel di dada pria itu, lengan kokohnya membelenggu hingga tak bisa bergerak.
“Jangan bergerak...”
“Duduk seperti ini tidak nyaman!”
Posisi ini sama sekali tidak memungkinkannya duduk dengan benar.
Mu Yibeu mengendurkan pegangan, menariknya ke samping, “Kalau begitu duduklah yang manis.”
Sheng Youran dibaringkannya di sofa mewah, kembali dipeluk dalam dekapan dadanya.
Wajahnya terkubur di lengan sang pria, pandangan sampingnya menangkap panorama malam bertabur cahaya bintang di luar jendela.
Indah, namun semua ini hanya bisa menjadi latar belakang dirinya.
Ia mendongakkan kepala, memandangi wajahnya dengan tatapan penuh keheranan.
Bagaimana mungkin seorang pria terlahir secantik ini? Bahkan setelah berhari-hari menatap wajah ini, tak setitik pun kejenuhan muncul dalam dirinya.
Mengesampingkan segala hal lain, dari segi kecantikan fisik semata, ia merasa mungkin takkan pernah menemukan pasangan pernikahan yang lebih baik seumur hidupnya.
Sayangnya, pernikahan bukanlah sesuatu yang bisa dipertahankan hanya dengan secarik wajah.
Hal secantik apapun, belum tentu akan menjadi miliknya.
"Apakah karena orang tuamu seperti itu... sehingga kau selalu menghindariku bertemu mereka?"
Mu Yibeu menyipitkan sorot matanya, tetap memandang jauh ke luar jendela, "Apa pernah kukatakan alasannya seperti itu?"
"Lalu karena apa?"
"Bukan urusanmu."
Jawaban keras bagai cambuk itu memadamkan sama sekali keinginan kecilnya untuk mendekat.
Menyadari diamnya wanita dalam dekapan, tanpa disengaja Mu Yibeu mengerutkan alis.
Dorongan untuk merokok muncul, namun saat matanya menangkap sisi wajahnya yang pucat, keinginan itu pun dipaksakan untuk ditindih.
“Orang tua saya sudah lama berpisah, pernikahan politik, tidak ada perasaan.” Ucapnya dengan dingin dan datar, “Ibu saya sudah menyerah untuk memperebutkan hati seorang pria, hanya fokus memastikan saya sebagai putra bisa segera mendapatkan hak waris Grup Mu. Kakek tidak suka cara Ayah mengelola perusahaan, sejak kecil memanjakan saya, menetapkan begitu mencapai usia saya bisa langsung mendapatkan hak eksekusi Grup Mu.”
Sheng Youran tertegun, apakah ini penjelasan tentang dirinya?
Setelah mencapai usia langsung mendapatkan hak eksekusi Grup Mu, tapi jelas hak eksekusi hanya bisa dipegang satu orang.
Jika dia mendapatkannya, berarti Ayahnya kehilangan kontrol atas Grup Mu.
“Pernikahan orang tua saya adalah rekayasa Kakek. Sejak menikahi Ibu, Ayah tidak pernah punya perasaan. Termasuk saya, hanya untuk menyelesaikan misi keluarga Mu. Ibu kandung Mo Yuchenlah wanita yang dicintainya, dalam hatinya mungkin tidak pernah menganggap saya sebagai putranya.”
Ucapannya sangat tenang, nada mengejek yang sarkastik itu samar.
“Pernikahan kita juga permintaan kakekmu?”
Mu Yibei menunduk, memandang wanita yang bertanya.
Sorot matanya mengandung makna dalam, perlahan berucap, “Kakek selalu tahu saya bukan tipe yang patuh menikah. Sebelum meninggal, dia mewajibkan saya harus menikah dulu sebelum sepenuhnya memimpin Grup Mu, agar saya tidak buang waktu untuk hal ini.”
Sheng Youran berbisik pelan, “Tapi bukankah dia tidak belajar pelajaran dari orang tuamu? Pernikahan tanpa perasaan bagaimana mungkin bisa bertahan lama?”
Pandangan dalamnya menetap padanya.
Dia cepat-cepat berkata, “Tapi tentu saja, hal seperti ini berbeda pada tiap orang. Bukan berarti semua orang pasti seperti itu...”
Semakin dia berusaha menjelaskan, semakin terlihat raut wajahnya yang agak muram.
Akhirnya Sheng Youran memilih menutup mulutnya, wajah tetap bersandar di lengan pria itu, dalam keadaan setengah sadar tanpa memikirkan apapun.
Saat berada di antara tidur dan sadar, dia mendengar suara di dekat telinganya, “Seperti apa Mo Yuchen itu?”
Dia membuka mata, melihat Mu Yibei sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda ingin tidur.
“Dia... Aku tidak tahu apa yang ingin kau ketahui. Tapi yang kukenali, Mo Yuchen adalah orang yang sangat baik, selalu merawatku. Dia luar biasa dalam segala hal, bisa membuat orang-orang di sekitarnya menyukainya dan tunduk padanya. Aku ingat waktu kecil, meski usianya saat itu juga belum besar, tapi Bibi tidak pernah menganggapnya sebagai anak kecil, sangat menghargai maksudnya...”
Sheng Youran belum selesai bicara, sudah merasakan pandangannya yang membuatnya tidak nyaman lagi.
Pandangan dingin yang melankolis menatapnya, bibir tipisnya tiba-tiba membuka, “Setiap orang di sekitarnya sangat menyukainya?”
“Ya, karena dia orang baik, selalu meyakinkan dengan kebajikan...”
“Bagaimana denganmu?” Potongnya.
“Aku tentu saja...”
Wajah pria itu langsung menjadi muram.
Sheng Youran terdiam sejenak, melihatnya masih menunggu jawabannya.
“Aku juga menyukainya.” Perempuan itu berkata dengan tenang di tengah tekanan, “Dia adalah sepupuku, apa aku harus membencinya?”
Mu Yibei tidak bicara, memandanginya dengan ekspresi ambigu.
“Sejak kecil aku sudah menganggapnya sebagai kakak. Kau tidak tahu, perasaan ini sangat menyenangkan. Sebesar apapun masalah, selalu ada kakak yang melindungi. Makanya waktu kecil aku sangat nakal, meski bukan seorang kakak perempuan, tapi aku tidak takut pada siapa pun. Belakangan baru kusadari, dia ternyata bukan putra kandung Bibi.” Sheng Youran melanjutkan, “Tapi itu tidak masalah, di mataku dia tetap kakakku.”
Mu Yibei memalingkan pandangan, lengannya yang agak kaku masih erat memeluk tubuhnya di dada.
Suaranya terdengar sarkas, “Waktu kau di-bully di Keluarga Ye, tidak kulihat dia membelamu.”
Sheng Youran terdiam sejenak, “Sebelum orang tuaku meninggal, dia sudah pergi ke luar negeri bersama Bibi. Saat mereka kembali untuk menghadiri pemakaman, waktu itu Paman yang membantu. Paman langsung berniat menempatkanku di rumah mereka, tapi aku tidak punya rencana ke luar negeri. Jadi setelah pemakaman, dia pun pergi dengan tenang bersama Bibi.”
“Lalu?”
Dikiranya penjelasan ini sudah cukup, tak disangka pria itu bertanya lagi.
Setelah mengerutkan kening sejenak, barulah dia berbicara lagi dengan suara yang mulai dingin, "Orang dari pihak ayahku datang mencari. Nenek mengetahui keberadaanku, menganggap aku masih keturunan darah mereka, mana mungkin dibiarkan terlantar. Jadi aku dibawa kembali dari rumah paman. Tapi tak lama kemudian, Nenek sakit parah dan terus tak sadarkan diri. Saat itulah aku diusir lagi. Paman membawaku kembali ke Keluarga Ye. Aku juga tak ingin memberitahu Mo Yuchen tentang semua ini."
Data mengenai Sheng Youran sebelumnya tidak banyak dia ketahui.
Baru setelah menemukan hubungannya dengan Mo Yuchen, dia menyuruh orang menyelidiki lagi.
Ternyata dia adalah cucu perempuan Keluarga Sheng.
Penuturannya ini pada dasarnya sesuai dengan hasil penyelidikannya.
"Kemudian, baru-baru ini kejadian lagi." Suara Sheng Youran kembali cerah, "Baru-baru ini hari peringatan kematian orang tuaku. Saat aku ziarah ke makam, tak sengaja bertemu Mo Yuchen. Baru kusadari ternyata dia sudah menikah, ternyata dia..."
Kalimatnya terpotong ketika pria yang terus memandang bibirnya yang bergerak-gerak itu menuruti impuls di hatinya, tiba-tiba menciumnya.
Semua kata selanjutnya lenyap ditelan ciuman yang penuh gairah ini.
Tubuh Mu Yibei tiba-tiba berputar, menindihnya di bawah...
"Jangan di sini..." Suara Sheng Youran gemetar halus, sangat paham apa yang ingin dilakukannya.
Dia terus-menerus mencium tulang selangkanya, suaranya serak namun seksi, "Di sini, sekarang juga!"
"Tapi..."
Bibirnya yang baru saja terbuka kembali ditaklukkan ciumannya, terus-menerus melukis bentuk bibirnya.
Hingga akhirnya dia benar-benar tak bisa berkata-kata...
