Bab 162 Situasi Menuntut Penjelasan
Wajah Mu Yibeu seolah bisa mengeruk lapisan brengsek es, "Sheng Ziyan memberimu..."
Sheng Ziyan memberikan kartu kamar padanya, pasti telah melakukan transaksi tertentu dengannya.
Dia tentu tahu reaksinya yang tak tersamarkan kemarin akan disalahpahami Sheng Ziyan.
Memang seperti itu maksudnya sejak awal.
Sekalipun untuk sementara wanita ini pura-pura tidak mengenal dirinya, tak diragukan lagi ini adalah wanita miliknya.
Jadi meskipun mereka sampai di kamar yang sama malam itu, orang lain tak akan terlalu terkejut.
Tapi dia, meski telah diperingatkan lewat sorot mataku yang lama, termasuk SMS perintahku yang kukirim langsung, tetap tak bergeming.
Pantas saja butuh setengah jam baginya untuk muncul.
Rupanya wanita ini sama sekali bukan hadir karena diriku.
Melainkan karena permintaan Sheng Ziyan, barulah dia datang.
"Apa yang kau janjikan padanya?" Sorot mata dingin Mu Yibeu menyipit, nada mengejek, jemari mencengkeram dagunya, "Rela 'dijamah'? Tidur semalam sebagai transaksi, atau berkali-kali?"
Sheng Youran melihat ekspresinya tak biasa, "Bukan... Benar, aku memang berjanji padanya, tapi..."
Dia menyeringai dingin, bibir tipisnya menempel di daun telinganya, "Memuaskanku, baru kubiarkan kau temui nenekmu, begitu?"
Sheng Youran menggigit bibir, napasnya tidak teratur, dengan susah payah mengeluarkan kata-kata, "Ya... Tapi meskipun aku setuju dengannya, itu hanya karena memanfaatkan ketidaktahuannya tentang hubungan kita..."
Hubungan mereka.
Mu Yibei tiba-tiba melepaskan pegangan, sorot matanya dingin dan tak berperasaan, "Keluar."
"Mu Yibei..."
"Jika kemarin malam maksudmu datang untuk rela 'dijamah', aku, tidak, puas! Caramu seperti ini terlalu sederhana. Apa, mau main-main dengan transaksi macam ini? Usahamu masih jauh dari cukup. Tidak semudah itu."
Perasaan seperti duri di tenggorokan membuatnya tak bisa bicara.
Dari pandangannya terhadap ekspresinya, tak ada ruang negosiasi sama sekali.
Sheng Youran mengambil jaketnya, buru-buru keluar dari villa.
Suara "Braak".
Bunyi vas bunga di villa yang dihancurkan.
……
Mu Yibei sedang di puncak kemarahan, dia tahu percuma berbicara.
Seperti kemarin, hanya bisa menunggu sampai kemarahannya reda, baru dia bisa menjelaskan.
Sifat moody-nya selalu sulit dipahaminya.
Meski sudah bersama cukup lama, tetap tak merasa benar-benar mengenalnya.
Dirinya sendiri juga perlu tenang, merenungkan cara menjelaskan yang lebih bisa diterimanya.
Metode yang dianggapnya sekadar tambahan, mungkin sangat sensitif baginya.
Jika dia tidak suka...
Pikiran Sheng Youran berantakan tak karuan.
"Youran, pagi."
Di taman luar villa, Sheng Ziyan dengan pakaian kasual segar, wajahnya tersenyum dengan butiran keringat, tampaknya baru selesai lari pagi.
Dia berhenti di depan Sheng Youran, mengamatinya sekilas.
Terlihat jelas, pandangannya masih dipenuhi rasa antipati.
Tapi itu tidak masalah.
Yang penting, dia bisa melihat dari mana gadis ini baru saja keluar.
Itu adalah kamar Mu Yibei.
Awalnya kemarin dia dengar Mu Yibei keluar malam hari, sempat khawatir apakah Dayang Sheng Youran yang tidak tahu diri ini mulai bersikap sok suci lagi.
Perlawanan secukupnya dari wanita dalam situasi seperti itu bisa jadi bumbu romantis, tapi jika berlebihan justru akan mengesalkan.
Tapi setelah dia pulang, tidak terjadi apa-apa.
Kini gadis itu keluar dari villa Mu Yibei dengan wajah lelah, dan... bekas ambigu di lehernya.
Setidaknya semua yang seharusnya terjadi tadi malam sudah terlaksana.
Sheng Ziyan terkekeh, dia memang bukan tipe yang suka memaksa.
Terutama Sheng Youran, bisa sampai sejauh ini saja sudah membuatnya terkejut.
Jika terlalu banyak bicara, bisa-bisa dia malah tersinggung.
"Mobil sudah menunggu, bilang pada sopir untuk ke rumah sakit." Sheng Ziyan tersenyum tanpa menyinggung hal kemarin malam sama sekali, "Nenek tidur cepat dan bangun pagi, sekarang waktu yang tepat untuk menemuinya."
Sheng Youran meliriknya dingin sebelum segera pergi dari situ.
Sayangnya, Mu Yibei sama sekali tidak puas dengan kejadian semalam.
Dia bergegas keluar hotel dan naik mobil keluarga Sheng.
"Kakak, bagaimana hasilnya?"
Sheng Yaxin yang bangun pagi dengan pakaian elegan, matanya tertuju pada villa Mu Yibei.
“Seharusnya berjalan lancar。” Sheng Ziyan tersenyum.
Pada wajah Sheng Yaxin terlihat kilasan ketidakpuasan.
Meski sangat memandang rendah hal semacam ini, namun ketidaktertarikan Mu Yibeu padanya yang nyaris tak ditunjukkan sama sekali, sementara perlakuan khususnya pada Sheng Youran membuatnya sangat tidak senang.
Tiba-tiba terpikir, dirinya dan Sheng Youran pada dasarnya berbeda.
Dia hanyalah alat yang diantarkan ke ranjang besar Mu Yibeu.
Sedangkan identitas dirinya sendiri, sama sekali bukan orang yang pantas melakukan hal semacam ini.
Dengan status seperti dirinya, hanya pantas bersatu secara terhormat.
Mengenai pria yang mungkin tertarik pada wanita lain, dia tidak ambil pusing.
Satu-satunya perasaan di masa muda telah hancur total.
Kini dia tak lagi membutuhkan hal tak berwujud semacam itu, yang penting hanyalah identitas pria ini dan statusnya di masa depan.
“Kenapa kalian bisa seperti ini!” Suara manja yang kesal terdengar.
Seorang gadis cantik luar biasa berjalan cepat dengan wajah marah.
Usianya tak terlalu tua, terlihat sudah berdandan namun agak norak.
Fitur wajahnya sangat menawan, tapi sikapnya yang agak kasar dan tak masuk akal menurunkan levelnya.
“Meiyi?” Sheng Ziyan mengerutkan dahi dengan ekspresi sakit kepala.
Sheng Zirong yang berjalan bersama mengangkat tangan dari kejauhan, “Aku tidak bilang, aku juga tidak tahu bagaimana Meiyi bisa tahu.”
Sheng Meiyi adalah adik kembar Sheng Zirong, mencolok secara fisik namun berkarakter manja dan kecerdasan emosional rendah, menurut kakek tidak pantas berada di podium.
Sheng Ziyan sengaja tidak memberitahukan hal ini padanya.
“Di jamuan malam kemarin, hanya Sheng Yaxin seorang dari para perempuan yang hadir.”
“Selain sedikit keegoisan khawatir adik kandungnya tersaingi, juga karena mengkhawatirkan Sheng Meiyi akan membuat masalah.”
“Bangsawan berparas sempurna yang bodoh ini sulit dikontrol, hanya mengandalkan wajah tampan.”
“Dia hanyalah pilihan terburuk.”
“Bagaimana jika Mu Yibei tertarik pada Sheng Meiyi, tapi situasi malah dirusak olehnya? Kerugian akan lebih besar daripada keuntungan.”
“Kenapa kamu datang?” Sheng Ziyan menghapus senyumnya.
“Kakak bertanya kenapa aku datang? Apakah Kakak masih menganggapku sebagai adik? Aku juga cucu perempuan Keluarga Sheng, tapi kalian menghadiri jamuan malam bahkan menginap di hotel pemandian air panas tanpa memberitahuku!” Sheng Meiyi menggelegak amarahnya, “Dan kudengar si Dayang brengsek Sheng Youran sudah kembali, benar tidak?”
Sheng Zirong mengangkat bahu tak berdaya, “Nah, yang ini memang aku yang bocorkan.”
Sheng Ziyan melirik dingin ke arah Sheng Zirong.
Belum sempat berkata apa-apa, tiba-tiba melihat Mu Yibei keluar dari villa.
Raut wajahnya suram, menyapu mereka dengan tatapan dingin.
Aura kuatnya tidak perlu dijelaskan.
Pandangan Sheng Meiyi langsung terkunci padanya.
Sheng Ziyan segera menangkap situasi yang tidak beres.
“Tuan Mu...”
Mu Yibei menyipitkan mata dinginnya, “Siapa yang memberikan kartu kamar kemarin?”
Keringat dingin mengucur di pelipis Sheng Ziyan, situasi interogasi ini jelas-jelas mengancam.
