Bab 163 Di Antara Mereka
Di sisi lain, Sheng Youran tiba di rumah sakit.
Dia mengirim SMS kepada Mo Yuchen, mengetahui pria itu masih berada di Kota Kang.
Saat masuk ke ruang rawat inap, tiba-tiba terdengar suara Bibi kecil, "Ibu, tolong makan sedikit."
"Barusan aku sudah makan, Yuening. Kenapa kamu selalu menyuruhku makan?"
"Ibu salah ingat, tadi Ibu belum makan."
"Aku jelas-jelas sudah makan tadi..."
Mendengar suara Bibi kecil dan Nenek, mata Sheng Youran mulai berkaca-kaca sebelum sempat masuk.
Sudah sangat lama, sangat lama tidak bertemu mereka.
Inilah satu-satunya orang di Keluarga Sheng yang masih dia rindukan.
Sheng Youran mengusap air mata di sudut matanya, lalu masuk ke ruangan.
"Maaf, kamu... Youran?" Sheng Yuening membelalakkan matanya tak percaya setelah melihat wajah pendatang, "Youran, benar-benar Youran."
Nenek Sheng di ranjang pasien membuka kelopak matanya dengan susah payah, "Youran datang? Cepat ke sini biar Nenek lihat."
"Nenek, Bibi kecil."
Mata Sheng Yuening memerah, bingung mencari kata-kata saat melihatnya.
Hanya menyaksikan sang nenek menggenggam tangan gadis itu, tersenyum bahagia.
"Youran, cucu perempuanku yang manis... Kok Nenek merasa sudah lama tidak bertemu ya?"
"Nenek..."
Sheng Youran tak tahan lagi, mendekat dan memeluk Nenek Sheng sambil menangis.
Bukan sekadar 'lama'.
Tujuh tahun tak bertemu nenek.
Di antara tiga orang dalam ruangan itu, emosi Sheng Youran dan Sheng Yuening yang duduk di samping sama-sama bergejolak dengan mata berkaca-kaca.
Hanya nenek yang ingatannya mulai menurun tidak tahu apa-apa, dengan riang menariknya bertanya kesana kemari.
Dengan susah payah, akhirnya berhasil menyuapi makan siang nenek.
Nenek mulai tidur siang.
"Youran, kenapa kamu datang? Bagaimana kabarmu selama ini?" Sheng Yuening menggenggam lengannya, "Benar-benar sudah dewasa. Bibi lama tidak bertemu kamu."
Sheng Youran mengeringkan air mata, tersenyum berkata, "Aku juga sangat merindukan Bibi kecil. Bibi, kenapa tidak mengunjungiku di Kota Suci? Kakak Yuchen baru-baru ini ada di sana."
Sheng Yuening terdiam sejenak mendengar pertanyaan ini, raut wajahnya agak tidak biasa, seolah bingung bagaimana menjawab.
Tapi segera, Sheng Youran menjawab sendiri, "Pasti karena Nenek sudah sadar, harus merawat Nenek."
Keluarga Sheng memiliki begitu banyak anggota, meskipun ayahnya sudah tiada, masih ada beberapa paman dan om.
Tapi sekarang Nenek di rumah sakit, hanya bibi non-kandung ini yang merawat.
Mungkin Bibi kecil khawatir jika dia pergi, tidak ada yang merawat Nyonya tua dengan baik.
Sheng Yuening mendengar perkataan Sheng Youran, berbisik, "Nenekmu memang butuh perawatan. Kamu bertemu Yuchen? Bagaimana kabarnya akhir-akhir ini?"
"Dia baik-baik saja. Bibi belum bertemu dia akhir-akhir ini? Hari pertama dia kembali, kami sudah bertemu. Tepat di hari peringatan kematian orang tuaku. Saat aku ziarah ke makam, bertemu Kakak Yuchen yang juga sedang ziarah."
Raut wajah Sheng Yuening menunjukkan keikhlasan tulus, tapi juga mengangguk dipenuhi rasa kehilangan.
“Yang ikut juga ada istri Kakak Yuchen. Bibi, kakak ipar sangat cantik.”
Sheng Yuening hanya tersenyum paksa, lalu menggandeng tangannya sambil berkata, “Ah, Bibi tidak di sana, tidak tahu bagaimana keadaanmu selama ini. Aku lihat di koran, kondisi keluarga pamamu sekarang juga tidak baik, tidak tahu apakah mereka merawatmu dengan baik. Karena kamu satu tempat dengan Yuchen, kalau ada masalah, mintalah bantuannya, jangan sungkan.”
“Aku tahu, Bibi.” Memikirkan urusan Keluarga Ye, dia tidak ingin membuat Bibi khawatir, jadi tidak menyinggungnya, “Kakak Yuchen masih seperti dulu, sangat memperhatikanku. Lagipula, sekarang aku hidup baik-baik saja, Bibi. Sebenarnya aku juga sudah menikah...”
Perkataan Sheng Youran belum selesai, tiba-tiba terdengar langkah kaki berat dan tergesa-gesa dari luar pintu.
Sheng Yuening mengerutkan alis, menariknya lalu berdiri, “Itu Sheng Ziyan.”
“Bibi, dia mencari aku.”
“Tidak, Youran, biar Bibi yang bicara dengannya...”
Wajah Sheng Ziyan memancarkan amarah tertahan. Berdiri di pintu ruang rawat inap sambil melihat Sheng Youran, ia menahan emosi, “Youran, keluar sebentar, ada yang perlu kubicarakan.”
“Ziyan, Youran hanya datang menjenguk kita...”
“Bibi Yuening.” Sheng Ziyan tersenyum, namun nada bicaranya mengandung peringatan halus, “Aku hanya perlu bicara dengan Youran. Anda tidak perlu khawatir. Dia juga bukan anak kecil, bukankah begitu?”
Sheng Youran melepaskan tangan Sheng Yuening yang menggenggam erat dirinya, "Bibi kecil jangan khawatir, kalau bukan karena persetujuannya, aku tak mungkin bisa masuk. Kami memang ada urusan. Hari ini datang menjenguk nenek, sudah sangat senang bisa bertemu bibi kecil di sini, lain kali akan datang lagi."
Sheng Yuening memandangnya dengan penuh kekhawatiran, "Tapi..."
Ia mengangguk, sorot mata tegas mengisyaratkan dirinya tidak bermasalah.
Berdiri, mengikuti Sheng Ziyan keluar dari ruang rawat inap, langsung berjalan menyusuri koridor ke luar.
"Sheng Youran, apa sebenarnya yang sudah kau lakukan?" suara Sheng Ziyan berat, bagi pria ini, ini sudah merupakan isyarat bahaya tingkat tinggi.
"Apa yang kulakukan? Yaitu semua yang kau suruh. Yang harus sudah selesai, hanya saja..." Sheng Youran berkata datar.
"Sekarang Mu Yibei sedang emosi buruk, kalau bukan karena Yaxin yang membujuknya, aku tak tahu sampai sejauh apa kau akan menghancurkan semuanya."
Yaxin yang membujuk?
Sheng Youran mengatupkan bibirnya rapat-rapat.
"Aku tak peduli kesalahan apa yang kau buat, sekarang, segera ikut aku untuk minta maaf pada Tuan Mu." Sheng Ziyan memerintah.
"Kau yakin dia ingin melihatku sekarang?"
Bahkan orang seperti Sheng Ziyan yang biasa menjaga penampilan, dalam situasi ini tak bisa menahan amarah karena sikap Sheng Youran.
Diberi pelajaran sedikit, langsung menjadi semakin lancang.
Jangan-jangan, Sheng Youran sengaja membuat kekacauan?
Mempertimbangkan permusuhan antar generasi mereka, kemungkinan dia melakukan ini memang tidak bisa dipungkiri.
Hanya saja, ia agak tidak percaya apakah Sheng Youran rela membayar efek samping sebesar itu hanya untuk mengganggunya?
Ia menarik napas panjang, berusaha menenangkan diri, "Youran, membuat Tuan Mu marah juga tidak menguntungkanmu. Ikuti aku sekarang, apapun caramu, tenangkan amarahnya."
Sheng Youran menundukkan sorot mata, "Baik, aku ikut."
Sheng Ziyan membawa dengan wajah dingin ke lapangan golf di pinggiran Kota.
Dari kejauhan, siluet tegap pria di hamparan rumput hijau itu memancarkan aura kuat meski terpisah jarak.
Tatkala melihat Sheng Yaxin berdiri di sebelahnya, raut wajahnya langsung muram.
Tak hanya Sheng Yaxin, di sana juga ada Sheng Meiyi, Sheng Zirong...
Semua orang yang dibencinya berkumpul di sini.
Mengapa yang harus menjelaskan dan merendahkan diri selalu dirinya?
Selain kontrak dan kewajiban yang harus ditunaikan, benarkah tidak ada apapun lagi di antara mereka?
Dengan pandangan dinginnya memandang ke arah sana, meski hanya melihat punggungnya tanpa ekspresi, pemandangan itu tetap menusuk seperti duri.
Haruskah begitu akrab dengan anggota Keluarga Sheng?
Haruskah segini keras kepala?
"Ikuti aku, tapi jaga jarak. Jika emosi Tuan Mu sudah membaik, jangan muncul. Jika masih... Pokoknya kau harus mengatasinya. Jika Tuan Mu tidak senang, kau juga akan kena imbas. Aku takkan menolongmu."
“Setelah mendengar suara Sheng Ziyan yang berbisik, dia sudah bergegas pergi.”
Sheng Youran menyimpan kedua tangan di saku, langkahnya tidak terlalu cepat maupun lambat mengikuti.
Tak lama kemudian, dia melihat Mu Yibeu menoleh setelah mendengar suara Sheng Ziyan.
Di wajah tampan yang dingin itu, pandangan langsung terfokus padanya.
