BAB 172 Suami, Terima Kasih
Mu Yibei menarik kembali pandangannya, mengikat tali pinggang, lalu keluar dari kamar sambil mengeluarkan ponselnya.
Menyambungkan telepon asisten, "Keluarga Sheng bilang apa?"
Bahkan Sheng Ziyan pun tidak memiliki kontak langsung Mu Yibei, hanya bisa menghubunginya melalui asisten.
"Orang tua Sheng Zirong masih sangat emosional, terutama soal operasi tadi malam... Sheng Ziyan sementara menahan, ingin mengundang Anda dan nyonya muda makan malam untuk membahas hal ini. Dia berjanji akan membuat nyonya muda puas."
Senyum sinis mengembang di bibir Mu Yibei, tampak sangat tidak menyukai usulan ini, "Tidak perlu. Bawa kontrak dengan Sheng Ziyan kemarin ke restoran untuk saya tinjau ulang."
Setelah menutup telepon, ia mengenakan jas dan memberi tahu Sheng Youran sebelum berangkat lebih dulu ke restoran.
Sheng Youran berganti pakaian, sebelum keluar melihat banyak panggilan tak terjawab di ponsel.
Selain Yan Yan, ada beberapa nomor ponsel asing.
Sambil berjalan keluar, dia menelepon balik Yan Yan.
"Youran akhirnya kamu aktif lagi," nada Yan Yan terdengar gusar, "Ada apa? Kamu tidak absen juga tidak datang kerja. Beberapa orang menduga kamu takut datang atau ada urusan lain."
Sheng Youran menutup pintu villa, "Kenapa harus takut?"
"Ya karena semua rumor itu! Apalagi di akhir pekan makin menjadi-jadi. Kamu tidak lihat grup chat WeChat?"
Memikirkan hal-hal ini membuatnya sakit kepala, "Aku di Kota Kang, dua hari ini sibuk. Nanti aku akan mengajukan cuti, tidak bisa datang selama dua hari."
Grup chat WeChat perusahaan selalu dipenuhi pesan tak terhitung, dia sama sekali tidak sempat membacanya, sejak lama memilih untuk terus-terusan memblokir.
"Kota Kang..." Yan Yan tiba-tiba tampak serba salah, "Kenapa kamu di Kota Kang?"
"Nenekku di rumah sakit, ada masalah apa?"
Yan Yan langsung tidak bisa menahan luapan ceritanya, "Kamu ingat waktu ada wartawan yang membuntuti Putra Mahkota Keluarga Ye, lalu kalian berdua ketahuan difoto? Saat itu hari Jumat, tapi kemudian, ada yang menyebarkan rumor kalau Asisten Han itu suamimu... bahkan bilang kamu mendekati Tuan Mu dengan memanfaatkan Asisten Han. Kali ini Tuan Mu sedang urusan kerja di Kota Kang, kamu langsung menyusul ke sana. Alhasil hari ini kamu tidak masuk kerja, mereka bilang mungkin kamu malu ke perusahaan karena perselingkuhan ketahuan, atau lebih memilih tidak masuk perusahaan demi Tuan Mu."
Sheng Youran berhenti sejenak, tidak langsung menjawab, "Aku paham, terima kasih sudah memberitahuku."
"Sudahlah, cepatlah ambil cuti. Kalau nenekmu sakit, rawatlah orang tua dengan baik di rumah sakit. Urusan pekerjaan akhir-akhir ini tidak terlalu banyak, akan kubantu kerjakan."
Setelah telepon ditutup, dia segera mengajukan cuti.
Baru saja hendak pergi ke restoran, dia melihat Sheng Meiyi yang berjalan tergesa-gesa mendekat.
Pakaian Sheng Meiyi masih sama dengan kemarin, terlihat jelas semalaman tidak tidur.
"Sheng Youran." Wanita itu menghadang di depannya, bola mata yang sejak awal sudah besar kini melotot seperti bohlam, menatap Sheng Youran tanpa berkedip, "Apa maksudmu ini?"
Sheng Youran mengabaikan pandangannya dengan dingin, berusaha melewatinya untuk masuk.
"Terhadap Sheng Meiyi tak ada yang bisa dia katakan, sejak dulu hingga sekarang, dia dan kakak brengsek-nya selalu yang paling menjatuhkan dirinya."
"Dulu saat hidup bergantung pada keluarga Sheng, selain sebisa mungkin menghindari dan waspada terhadap mereka, tak ada cara lain."
"Begitu masalah jadi ribut, meskipun mereka yang memulai, yang akhirnya dimaki tetap dirinya sendiri."
"Bahkan dia tak boleh memberi mereka sorot mata yang kurang baik sekalipun, atau Sheng Meiyi akan terus mengganggu."
"Sheng Youran berani mengabaikanku!" Sheng Meiyi terpancing, refleks pertamanya ingin memaki.
"Ini reaksi kebiasaannya, merasa Sheng Youran adalah orang yang bisa dia tindas dan hinakan sesuka hati."
"Bagaimana mungkin dia memandang diriku dengan tatapan meremehkan seperti itu?"
"Sheng Meiyi, minggir." suara Sheng Youran berat, "Aku tak punya waktu untuk omong kosongmu."
"Sheng Meiyi geram, tapi kata 'itU' yang sudah di ujung lidah tak bisa dia ucapkan."
"Jika Sheng Ziyan mendengar, pasti akan memberinya pelajaran..."
"Siapa sangka Sheng Youran sekarang adalah Nyonya Muda keluarga Mu."
"Hingga kini dia masih tak paham, bagaimana mungkin segalanya bisa begini, bagaimana Sheng Youran bisa punya hubungan seperti itu dengan Mu Yibei."
"Kini kakaknya tak sadarkan diri di rumah sakit, operasi kemarin tidak hanya gagal, tapi juga terinfeksi."
"Orangtua mereka ingin sekali membunuhnya, tapi Sheng Ziyan menghalangi."
"Semua karena identitasnya sekarang."
"Bahkan setelah Kakak mengalami kerugian sebesar ini, kamu masih tidak puas?" Sheng Ziyan sekarang berusaha mati-matian untuk meredakan amarahnya.
Tapi bagaimana dengan amarah keluarga mereka?
"Sheng Youran, apa sebenarnya yang kamu inginkan?" Sheng Meiyi memandangnya dengan penuh ketidakpuasan, menahan kata-kata yang sebenarnya ingin diucapkan, "Kamu menghabisi Kakakku, orangtuaku hanya punya satu putra... Kami belum menuntutmu atas hal ini, tapi kamu malah bersikap seolah semua orang berhutang padamu? Apa kamu masih ingin mengambil nyawa Kakakku?"
"Kakakmu? Dia pantas mendapatkannya." Nada bicara Sheng Youran dingin, bahkan tak ingin berbicara lebih banyak dengan Sheng Meiyi.
Sheng Meiyi dan kakaknya sama-sama bertindak tanpa mempertimbangkan konsekuensi, dan juga tidak punya otak.
Orang seperti ini sangat sulit dihadapi, lebih baik dirinya sendiri yang menderita belakangan daripada harus membuatmu ikut tidak nyaman.
Jadi percuma berbicara dengan mereka, tidak ada logika yang bisa dipahami.
Dia kembali menghindar dari Sheng Meiyi yang masih berdiri menghalanginya.
"Jangan pergi!" Sheng Meiyi menarik lengannya, "Apa hakmu mengatakan Kakakku pantas mendapat ini? Pasti kamu yang menggoda duluan, kalau tidak dia tidak mungkin melakukan ini!"
Suara "Prak!" bergema.
Sheng Youran langsung menampar wajah Sheng Meiyi.
Sheng Meiyi memegangi wajahnya yang merah, memandangnya dengan tak percaya. Dia berani memukulnya.
"Coba ulangi omong kosongmu sekali lagi."
"Kamu..." Tangannya masih memegangi sisi wajah yang perih, tapi saat melihat sorot mata Sheng Youran, dirinya sendiri tak berani membalas.
Sheng Meiyi gemas ingin menangis, si bajingan ini dulu tidak berani melawan, sekarang malah berani memukul dirinya sendiri.
Hatinya sangat tidak seimbang, tapi dia harus tetap waspada.
Menyadari ini bukan lagi Sheng Youran yang dulu yang bisa ditindas semena-mena.
Sejak kecil Sheng Meiyi memang dimanja, meski Sheng Ziyan berulang kali menegaskan, tamparan ini tetap membuatnya hampir meledak marah.
Melihat punggung Sheng Youran hendak mengejar, belum dua langkah sudah dihalangi pelayan.
"Maaf Nona Sheng, mohon Anda meninggalkan tempat ini." Pelayan itu dengan canggung menghalanginya.
Sheng Meiyi ingin melampiaskan amuk, hotel ini milik keluarganya, dipermalukan di depan umum oleh Sheng Youran sudah memalukan, masa pelayan mau mengusirnya?
Langsung dia menampar wajah pelayan itu, "Kau ini apa berani mengusirku? Tahukah kau siapa aku?"
Pelayan tentu tidak berani melawan, tapi tertegun oleh tamparan itu, hati dipenuhi dendam pada Sheng Meiyi.
"Maaf Nona Sheng, tuan itu mengatakan Anda mengganggu istrinya, mohon segera pergi." Pelayan justru lebih tegas dari sebelumnya.
"Ini milik keluargaku! Kau nurut perkataan tuan itu? Mau dipecat?" Hidung Sheng Meiyi nyaris melengkung marah.
Berani sekali bicara seperti ini.
Sebenarnya dia juga tidak ingin masuk saat Mu Yibei ada di sini.
Tapi pergi sendiri berbeda rasanya dengan diusir orang.
“Manajer sudah menanyakan pada Mr. Sheng melalui telepon, Mr. Sheng bilang, tidak mengizinkan Nona Sheng masuk.” Setelah pelayan selesai bicara, segera memanggil satpam.
Bagaimanapun hanya perkataan Mr. Sheng yang berlaku.
“Apa yang kalian lakukan? Apa maksudnya ini?”
“Maaf Nona Sheng, Anda tidak hanya harus meninggalkan restoran tapi juga hotel. Mr. Sheng bilang, melarang Anda muncul di hotel.”
Sheng Meiyi diusir di depan umum.
Banyak tamu sedang makan di restoran, beberapa yang mengenalinya berbisik-bisik.
“Bukankah itu Sheng Meiyi? Ternyata ada hari dimana dia diusir dari hotel miliknya sendiri.”
“Baru saja ditampar juga.”
“Mungkin menggoda suami orang, makanya ditampar. Lagipula setelah dipukul tidak berani melawan, orang yang memukulnya punya wibawa, langsung memukul tanpa ragu.”
“Benar, pasti dia merasa bersalah.”
Sheng Meiyi mendengarnya sampai hampir gila, akhirnya dibawa pergi paksa oleh satpam.
……
Mu Yibei duduk di tempat duduk dekat jendela, kaki panjangnya bersilang, santai menyilangkan kaki dengan gaya erlang, akhirnya menarik kembali pandangan.
Di atas meja tersaji sarapan mewah, di samping tangannya ada kontrak.
Melihat Sheng Youran duduk di seberang, dia membuang kontrak itu ke samping, kontrak bernilai ratusan juta seperti kertas bekas.
“Kau yang menyuruh mengusirnya?” Sheng Youran duduk, mendengar suara dari luar, menoleh melihat.
Mu Yibei tidak langsung menjawab, “Makan dulu.”
"Dia menolehkan kepala, perut juga sudah lama lapar. Setelah makan sejenak, dia menyadari pria di seberang hampir tidak menyentuh makanannya, hanya tatapannya yang tertuju pada dirinya."
"Dia meletakkan garpu, di hati terlintas kejadian dua malam lalu saat dia disuruh menyuapinya. Dilemanya, jangan-jangan ini maksud yang sama lagi?"
"Sambil bertanya hal yang tidak berhubungan, 'Kapan kita pulang?'"
"'Tentu harus diselesaikan dulu baru pulang.'"
"'Bagaimana caranya?' Sheng Youran tiba-tiba penasaran, menopang dagu dengan tangan sambil menatapnya, 'Tapi kalau masalah ini jadi ribut, bukankah itu tidak baik?'"
"Dia menyandar di kursi, mengangkat alis, 'Siapa yang berani membuat ribut?'"
"Masuk akal. Sheng Ziyan begitu takut padanya, bahkan demi kontrak pun tidak berani membuatnya tidak puas."
"Bagaimanapun, istri sendiri hampir diperkosa - ini bukan masalah sepele."
"Sheng Ziyan yang memahami hal ini, meski dia sudah menusuk area vital Sheng Zirong dengan pisau, mereka tetap lebih memikirkan cara meminta maaf daripada mengkhawatirkan masa depan Sheng Zirong yang mungkin tidak bisa 'berkarya' lagi."
"Sheng Youran tersenyum getir tanpa daya."
"Andai bukan karena Mu Yibei, sekalipun Sheng Zirong berhasil melakukan kejahatan itu dan dia yang menghabisinya, mungkin Keluarga Sheng tidak akan membiarkannya lepas."
"'Memikirkan apa?' Suara di seberang meja meninggi."
"Dia mengangkat kepala menatapnya, sorot matanya berkilau, 'Terima kasih.'"
"Mu Yibei tidak bereaksi terhadap ucapan terima kasih itu, memalingkan pandangan dengan dingin lalu mengambil kopi di meja."
“Suami, terima kasih.” Dia mengatupkan bibir, matanya masih menatap wajah tampan tanpa cacat 360 derajat miliknya, “Kalau tidak, mereka pasti tidak akan membiarkanku pergi.”
Ia meneguk kopi, tangan yang memegang cawan anggur berhenti sejenak.
Pandangan sampingnya menyapu senyuman palsu yang menumpuk di wajahnya.
“Apa lagi hal keterlaluan yang pernah dia lakukan sebelumnya?” Ia menaruh cangkir kopi sambil bertanya.
“Waktu itu masih kecil, aku tidak lama tinggal di Keluarga Sheng. Sebagian besar waktu dihabiskan sekolah, berbeda sekolah dengannya.” Sheng Youran menggelengkan kepala saat mengingat banyaknya kenangan buruk, “Untungnya tidak ada hal besar.”
Mu Yibeu mengerutkan titik antara alis, sorot matanya memancarkan kilau dingin.
