Bab 174: Paman, Kumohon Lepaskan Dia
Di dalam mobil.
Sopir mengemudi dengan stabil, pura-pura tak mendengar kejadian di kursi belakang. Matanya tak berani melirik sedikitpun.
Sheng Youran yang hampir menghabiskan dua es krim sendiri kini menyesali keputusannya.
Ngapain juga dia beliin es krim untuk Mu Yibei? Masak berharap pria itu mau memakannya?
“Dia sebenarnya tidak sepenuhnya tidak makan.”
Hanya saja……
Baru ketika dia sedang diawasi olehnya menyantap dua es krim hampir habis, dia mendengar ucapannya tadi, “Enak? Aku coba.”
Lalu dia diciumnya cukup lama……
Sheng Youran menatap ke luar jendela, wajahnya masih terasa hangat. Rasa sejuk dari es krim pun tak mampu meredakan panas ini.
Mobil tiba di pinggiran Kota Kangcheng. Jalan setapak yang semakin familiar membuatnya sadar kediaman Keluarga Sheng sudah semakin dekat.
“Benarkah tadi itu kakekku?” Dia menoleh, nada bicaranya penuh keraguan.
Dulu semua kekuasaan di Keluarga Sheng sepenuhnya digenggam kakeknya. Posisinya di keluarga itu bagai kaisar di zaman kuno.
Katanya, setelah kakek terkena stroke dan lumpuh dua tahun terakhir, bisnis keluarga baru perlahan diserahkan ke anak-anaknya.
Orang selevel kakek, bagaimana mungkin merendahkan diri mengundang mereka ke Keluarga Sheng?
“Kalau tidak mau pergi, tidak usah.” Pria yang sedang menutup mata untuk memulihkan tenaga di sampingnya menggerakkan bibir tipisnya.
Dia diam, lalu setelah berpikir berkata, “Tidak perlu segitunya.”
Urusan di Kangcheng harus cepat diselesaikan agar bisa segera pulang.
Karena Mu Yibei sudah setuju, tidak perlu lagi menghindari Keluarga Sheng.
Mobil tiba di gerbang kediaman Sheng.
Para pelayan sudah menunggu di pintu.
“Tuan Mu, Nona Youran, silakan masuk.”
Mu Yibei melirik pelayan itu dengan ekspresi datar. Saat itu Sheng Ziyan sendiri yang keluar, langsung berkata, “Ini Nyonya Mu. Jangan panggil Nona Youran lagi.”
Pelayan itu buru-buru meminta maaf.
Sheng Youran tidak punya rasa suka terhadap adegan yang disengaja seperti ini.
Dulu saat dia masih di Keluarga Sheng, tidak ada yang memanggilnya Nona Youran, buat apa sekarang pura-pura sebagai pelayan yang gagal mengganti sebutan.
Begitu masuk ke rumah Sheng, Sheng Youran mendengar suara yang direndahkan Bibi Ketiga sedang meminta sesuatu, "Ayah, bagaimana bisa begini..."
Mendengar suara di pintu, orang-orang di ruang tamu langsung menoleh ke arah mereka.
Sheng Ziyan segera memperkenalkan satu per satu.
Mulai dari Kakek tua, generasi pamannya, sampai Sheng Meiyi dan Sheng Yaxin.
Sheng Youran melirik sekilas langsung tahu, kecuali Sheng Zirong, hampir semua ada di sini.
"Youran, cepat menyapa Kakek." Sheng Ziyan tersenyum, seolah tidak pernah terjadi hal yang tidak menyenangkan.
Orang tua di kursi roda memperhatikan mereka dengan cermat.
Sheng Youran bisa melihat betapa Kakek selama beberapa tahun terakhir disiksa oleh penyakit, kondisi jiwanya jauh lebih buruk dari dulu.
Di samping Kakek ada Paman Ketiga dan Bibi Ketiga, ekspresi mereka sama sekali tidak bisa menyembunyikan kebencian.
Meskipun putra merekalah yang berbuat salah duluan.
"Halo." Sheng Youran berkata datar.
"Hm, Ayah lihat sendiri kan? Menurutku cucu perempuan ini sama sekali tidak menghormati Anda."
"Bibi Ketiga." Sheng Ziyan mengerutkan alis, mengingatkan mereka untuk lebih hati-hati.
Kakek Sheng mengangkat tangan, melirik mereka, lalu mengalihkan pandangan dari Sheng Youran ke Mu Yibei dan berhenti, "Mari ke ruang studi untuk berbicara, bagaimana?"
Mu Yibeu menepuk-nepuk punggung Sheng Youran dengan lembut, memberi isyarat agar dia menunggu di sini.
Pelayan mendorong Kakek Sheng ke ruang studi.
Begitu mereka pergi, Nyonya Sheng Ketiga langsung berdiri dengan kasar, menunjuk dengan marah ke arah Sheng Youran seolah ingin merobeknya kapan saja, "Jangan kira aku tak berani berbuat sesuatu padamu hanya karena kau dapat dukungan!"
Di wajah Sheng Meiyi masih terlihat kemerahan sisa tamparan Sheng Youran pagi tadi.
Mendengar ibunya berbicara, dia pun tak tahan, "Ibu, cepat atau lambat Mu Yibeu pasti akan membuangnya. Lihat saja nanti dia bisa andalkan siapa."
Sheng Youran memandang sekeliling anggota keluarga ini, lalu duduk santai di sofa mewah.
"Cukup, Bibi." Sheng Ziyan turun tangan, "Zirong sudah terlepas dari bahaya nyawa, dalam hal ini Zirong juga bersalah."
Wanita paruh baya itu jelas sama sekali tidak menyerap perkataan sebelumnya, begitu melihat wanita yang menghancurkan masa depan putranya, amarahnya langsung memuncak.
"Terus kenapa? Apa yang Zirong lakukan padanya?" Suara wanita paruh baya itu melengking, sorot matanya penuh kebencian, "Sheng Ziyan kau juga tak perlu berbicara tanpa nurani hanya untuk keuntunganmu. Kau kira dengan membela mereka, perempuan ini akan berterima kasih? Huh, dia pasti membenci keluarga Sheng. Sekalipun kau berbaik hati, dia hanya akan menganggapmu bodoh. Ini semua rencana balas dendamnya!"
Pria di sebelah wanita paruh baya itu raut wajahnya semakin gelap.
Hanya karena ada beberapa ketakutan, tidak nyaman untuk banyak bicara, akhirnya melototi Sheng Ziyan yang membuka mulut.
Awalnya hal ini tidak mengganggu Kakek tua Sheng, semuanya karena Sheng Ziyan yang tiba-tiba mengungkapkan semuanya.
Mungkin juga tidak ada kata-kata baik tentang Zirong.
"Dayang itu, kau sudah tidak bisa bicara?" Wanita paruh baya itu menyeringai di tengah sorot mata penonton yang ingin tahu, "Kalau berani, suruh Mu Yibeu terus memanjakanmu! Lihat saja apa yang bisa kau lakukan tanpa dia nanti."
Sheng Youran perlahan memutar kepala, menyapu pandangan dingin ke wanita paruh baya yang marah itu, "Baik, Bibi ketiga, aku akan menunggu."
Mu Yibeu belum keluar, ayah Sheng Zirong menerima telepon.
"Apa? Katakan!"
Semakin lama pihak seberang berbicara, wajahnya semakin pucat.
Wanita paruh baya itu panik dalam hati, "A-ada apa? Jangan-jangan rumah sakit ada masalah lagi? Kalau begitu aku juga tidak mau hidup..."
Setelah mendengar, Sheng Quanhua langsung menutup telepon, menggigit gigi menatap Sheng Youran, "Ini juga ulahmu? Apa yang kau inginkan untuk berhenti?"
"Quanhua, sebenarnya ada masalah apa?" Suara wanita paruh baya itu melemah, terlihat jelas situasinya genting.
"Surat panggilan pengadilan..." Tangannya menggenggam erat telepon, "Kasus lama Zirong dibuka kembali, dia dituntut. Jika kalah dalam gugatan ini... setelah keluar dari rumah sakit harus masuk penjara..."
Segera ada yang berkomentar di dalam ruangan, "Terakhir kali aman, digugat lagi belum tentu bermasalah."
“Shouquan Hua” tangannya gemetar, “Kali ini tak ada yang bisa membantu. Semua kasus sebelumnya dibongkar, dan kali ini tak ada yang berani menolong kita... Sheng Youran, apa yang harus kulakukan agar kau berhenti? Paman... paman mohon padamu.”
“Kau, kau benar-benar memohon padanya?” Wanita paruh baya itu tak bisa menerima hal ini.
Sheng Meiyi melihat ayahnya merendahkan diri, semakin tak mengerti, “Ayah, jangan memohon padanya!”
“Kalian berdua diam! Zirong kali ini akan dihukum seumur hidup.” Air mata menggenang di wajah Sheng Quanhua yang sudah berkeriput, “Youran, paman hanya punya satu putra ini. Dia sudah seperti ini. Semua permintaanmu paman penuhi, akan kusuruh dia meminta maaf, bersujud untukmu.”
Sheng Ziyan merenung, Mu Yibei sudah datang, dikira ingin berdamai, siapa sangka tiba-tiba...
Tapi jika hanya Sheng Zirong, dia sama sekali tak keberatan mengirimnya ke penjara.
Dia menengadah, melihat Mu Yibei dan kakek sudah keluar dari ruang studi.
Segitu cepat?
