Bab 175 Dia Ingin Muntah
“Ayah, ayah...” Sheng Quanhua berseru gemetar.
Awalnya masih ingin menuntut keadilan untuk putranya, sekalipun itu Mu Yibei, masa dia mau ikut campur urusan keluarga mereka?
Tak mudah mengancam keluarga Sheng, apalagi ayah dengan temperamen kerasnya, takkan membiarkan anak muda begitu angkuh.
Tapi tak disangka, dia menggunakan cara ini, membongkar catatan hitam Sheng Zirong.
"Catatan hitam Sheng Zirong tidak hanya satu. Mu Yibei bahkan tidak perlu melakukan apa-apa, cukup membuka kembali kasus-kasus lamanya."
"Dulu Sheng Zirong bisa terus lolos dari hukuman hanya karena jaringan hubungan Keluarga Sheng yang kuat dengan banyak uang sogokan."
"Tapi ini urusan kotor yang tak bisa diungkap. Sekarang dengan campur tangan Mu Yibei, mustahil melakukan korupsi dan mengabaikan hukum."
Kakek tua Sheng duduk di kursi roda, sorot matanya dingin menyapu tubuhnya.
"Ayah, Zirong ini cucu Anda! Cucu kandung! Jangan biarkan dia masuk penjara! Meski bersalah, dia sudah dihukum dan takkan berani lagi!" Sheng Quanhua mulai merasakan kegagalan saat berbicara.
Dari sorot mata kakek, jelas terlihat dirinya tak punya hak bicara dalam hal ini.
Apa yang dibicarakan Mu Yibei dengan kakek hingga pria tua itu tak terkejut, malah seperti sudah menerima kenyataan?
Kakek yang paling menjunjung tinggi reputasi Keluarga Sheng, mana mungkin mengizinkan cucunya masuk penjara?
Bukankah ini akan mempermalukan keluarga besar Sheng?
"Putra hasil didikanmu yang hebat." Suara kakek Sheng di kursi roda mengeras seperti baja, "Pantas dapat hari seperti ini! Sudah tahu konsekuensinya, mengapa tetap nekat?"
"Ayah? Apa maksudmu?" Suara Sheng Quanhua gemetar.
Istri dan putrinya ikut membela di sampingnya.
Tapi Kakek Sheng sama sekali tak berniat menghiraukan.
"Youran." Mu Yibei menoleh padanya, "Kita pulang."
Suara Kakek Sheng terdengar sedikit berubah, sorot matanya yang menatap Sheng Youran juga terlihat lebih kompleks, "Tidak... mau duduk lagi sebentar? Malam ini tinggal di rumah untuk makan malam yuk?"
Kalimat ini membuat hampir semua orang yang mendengarnya terkejut.
Nada bicara kakek jelas-jelas menunjukkan sikap mengalah, padahal karakternya sangat keras kepala, bagaimana mungkin dia bisa mengalah hanya karena Mu Yibei?
"Tidak perlu." Sheng Youran melirik Mu Yibei, lalu berkata pada Kakek Sheng, "Terima kasih."
"Kalau... kalau begitu baiklah." Ada sedikit kekecewaan di mata Kakek Sheng.
Sheng Meiyi masih belum rela, "Kakek..."
"Diam kau!" Wajah Kakek Sheng tiba-tiba muram, menatap tajam ke arah keluarga mereka, "Keluar semua! Aku tidak ingin melihat kalian di kompleks ini. Anak lelaki tidak berguna itu, uruslah diri kalian sendiri!"
……
Kunjungan ke keluarga Sheng ini berlangsung sangat cepat, jauh lebih cepat dari perkiraannya.
"Apa yang kau bicarakan dengan Kakek di ruang studi?" Sheng Youran langsung bertanya begitu masuk mobil.
"Biasa saja, hal sepele." Ekspresi Mu Yibei yang tampan tidak menunjukkan emosi apapun. Setelah masuk mobil, dia menyuruh sopir menuju bandara sambil melihat jam, "Bukannya ingin pulang? Kau pulang dulu. Aku masih ada urusan di sini."
Setelah jeda sebentar, tanpa menunggu Sheng Youran bicara, dia mengangkat alis, "Kalau mau terus ikut aku juga boleh, malam ini kosong."
"...Aku pulang saja."
Mu Yibei menyipitkan matanya yang dalam, dengan cepat menyambar pinggulnya dan mendorongnya ke kursi.
Jari-jari panjangnya dengan lembut mencengkeram dagunya, bibir tipisnya bergerak mengeluarkan suara serak, "Kau yakin?"
"Aku ya..."
“Ucapan itu terpaksa ditelan kembali.”
Sheng Youran hampir tidak bisa bernapas setelah lama dicium.
Belakang kepalanya ditekan kuat oleh telapak tangan besarnya, tidak ada ruang untuk mundur...
Mobil tanpa disadari sudah tiba di bandara.
Dia mendengar desahan halus di telinga, bibir hangatnya menempel di cuping telinganya, terasa membakar.
"Turun." Setelah lama, dua kata itu akhirnya keluar.
Sheng Youran langsung membuka pintu mobil tanpa ragu, kakinya hampir lunglai saat turun.
Brengsek... Sopir pasti melihat semuanya...
Mu Yibei melihat sosoknya menjauh sedikit, lalu menoleh kembali. Melihat mobilnya belum bergerak, Sheng Youran melambaikan tangan sebelum masuk bandara.
"Tuan Mu, sekarang mau ke mana?"
Mu Yibei menarik kembali pandangannya, raut wajahnya kembali dingin.
"Bukankah Xia Lin sudah memesan tempat? Ke restoran itu."
Sopir segera menghubungi asisten Xia Lin untuk mendapatkan lokasi restoran.
Dia mengeluarkan kontrak dengan Sheng Ziyan lagi, senyum sinis mengembang di bibirnya.
Sheng Youran segera mendapatkan boarding pass dan melewati pemeriksaan keamanan.
Mengetahui Sheng Zirong akan menghadapi hukuman penjara, hatinya merasa lega.
Untuk brengsek ini, tidak peduli siapa yang membujuk, dia tidak akan melunak.
Bukan hanya untuk dirinya sendiri, tapi juga untuk semua kejahatan yang pernah dilakukannya - inilah takdir yang seharusnya dia terima sejak lama.
Kakek selalu sangat menjunjung tinggi reputasi Keluarga Sheng. Kemungkinan besar kelonggaran ini ada hubungan erat dengan tekanan dari Mu Yibei.
Kasus Sheng Zirong dibuka kembali, memaksanya masuk penjara, hal ini tentu memalukan keluarga Sheng.
Namun jika dipaksakan, informasi yang dikuasai Mu Yibei cukup untuk membuat Sheng Zirong menghancurkan reputasi Keluarga Sheng bersamanya.
Memikirkan ini, dia menghela napas perlahan.
Kepulangannya yang cepat juga karena desas-desus tak jelas itu.
Jika tidak segera muncul, gosip tentang Mu Yibei akan semakin menjadi-jadi bila dia kembali bekerja setelah Mu Yibei tiba.
Sheng Youran duduk di lounge kelas utama area tunggu sambil membalik majalah, baru beranjak setelah melihat antrian di pintu boarding mulai terbentuk.
Saat hendak masuk pesawat, tiba-tiba dia merasa mual dan ingin muntah.
Langsung berbalik menuju toilet dengan langkah cepat.
Begitu tiba di toilet, dia mulai muntah kering, baru keluar dengan lemah setelah beberapa saat, lalu membasuh wajahnya.
Melihat bayangannya di cermin, wajahnya tampak pucat dan lesu.
Kondisi fisiknya memang tidak terlalu prima sejak dulu, kenapa baru dua hari di Kota Kang langsung tidak cocok dengan lingkungan?
Lebih baik lanjutkan minum ramuan tradisional Tiongkok dari Hua Bao, dia tak ingin terus-terusan merasa tidak enak badan.
Keluar dari toilet, masih tersisa rasa tidak nyaman setelah muntah.
Begitu masuk pesawat, langsung duduk dan menutup mata untuk memulihkan tenaga.
Menjelang pesawat lepas landas, sosok tinggi kurus masuk dan duduk di sebelahnya.
Sheng Youran membuka matanya, ingin meminta segelas air panas kepada pramugari. Saat menoleh, dia terkejut melihat pria di sebelahnya membuka mata lebar-lebar, "Ye Yunting?"
"Kau." Ye Yunting yang baru saja mengencangkan sabuk pengaman, meliriknya dengan sorotan mata yang datar dan terkejut, "Kenapa di sini?"
"Ini Kota Kang." Jawabnya samar-samar.
Justru dia, kenapa bisa muncul di sini.
Ekspresi Ye Yunting tetap tenang, "Aku tahu ini Kota Kang. Jadi, kenapa kau di sini?"
Kota Kang, Keluarga Sheng...
Tempat yang sudah lama mengusirnya.
Sheng Youran tersenyum kaku, "Nenek sudah bangun, aku datang menjenguk. Sekarang pulang. Kau?"
"Bahas urusan." Jawaban Ye Yunting singkat.
Sheng Youran juga tak ingin bertanya lebih lanjut. Begitu pesawat lepas landas, dia memanggil pramugari untuk minta segelas air panas.
Namun beberapa saat setelah lepas landas, rasa mual itu masih belum hilang.
