Bab 216 Transaksi Ayah Mu
Saat turun, di meja makan selain Mu Yibeu, ada Su An'an.
Tapi Su An'an agak jauh jaraknya darinya, mereka juga tak berbicara.
Hanya keheningan ini, saat ini terlihat di mata Sheng Youran justru seperti menutupi sesuatu.
Rasa emosi yang tadi muncul di hati, seketika disiram gagal oleh Su An'an.
“Kemari.” Mu Yibeu meletakkan cawan anggur, mengangkat kepala melihatnya.
Sarapan sudah siap, di tempat duduk sebelahnya.
Sepertinya lebih banyak dari biasanya, lebih mewah.
Dia hanya melirik, tak mempedulikan, saat duduk, otak masih membayangi penampilan Su An'an yang bajunya tidak rapi keluar dari ruang studi kemarin.
Mengangkat kepala melihat Su An'an, wajah Su An'an tak menunjukkan emosi.
Tidak ada provokasi, tidak ada kesengajaan, hanya meliriknya dengan tatapan datar, lalu menundukkan kepala tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Sheng Youran meletakkan kedua tangannya di atas kaki, mencengkeram pakaiannya sendiri dengan erat.
Sepanjang malam kemarin kejadian ini terus berulang dalam mimpinya, hampir semalaman dihantui mimpi buruk.
Tiba-tiba ia teringat cerita Yan Yan tentang bagaimana kakaknya mengetahui perselingkuhan suaminya, yaitu dari penurunan frekuensi hubungan intim yang drastis.
Orang yang terbiasa makan daging setiap hari tiba-tiba menjadi vegetarian, pasti ada sesuatu yang disembunyikan...
Sheng Youran memaksa dirinya untuk tidak memikirkan hal-hal ini, mengangkat tangannya dan menggenggam peralatan makan dengan kencang.
Setiap suapan terasa hambar, sama sekali tidak ada nafsu makan.
"Tak ada selera?" Mu Yibei menoleh, memperhatikan raut wajahnya yang tampak gelisah.
"Tidak apa-apa." Ia menggelengkan kepala, memaksakan diri untuk terus makan.
Mu Yibei melihat sari kehidupan di sudut mulutnya, mengambil tisu dan mengusapkannya.
Dengan refleks ia menyentak mundur, hampir seperti refleks menghindari sentuhannya.
"Aku bisa sendiri." Sheng Youran mengambil tisu dan mengusap wajahnya sendiri.
Mu Yibei menatap tajam perubahan emosi di wajahnya, lalu melirik Su An'an yang tetap diam menyantap sarapan.
"Aku sudah kenyang, duluan ke atas." Su An'an tak pernah mengangkat kepala, setelah selesai makan ia mengeringkan mulutnya dengan anggun lalu berdiri.
"Ada masalah apa?" tanyanya, "Karena dia?"
Sheng Youran teringat perkataan Su An'an, menggeleng, "Bukan apa-apa."
Tidak mungkin dia sengaja berakting seperti ini.
“Kalau sudah selesai makan, pergilah ke perusahaan lebih awal.”
Mu Yibei mengerutkan alis dalam-dalam, apakah perempuan hamil selalu memiliki emosi yang berubah-ubah seperti ini?
"Baik, aku akan pulang cepat setelah urusan selesai." Katanya datar sambil berdiri dan mencium pinggir wajahnya.
Dia sengaja menciumnya.
Benar saja, saat bersentuhan dengan wajahnya, jika bukan karena tangannya sendiri menekan kepala perempuan itu, dia pasti akan menghindar lagi.
Sheng Youran tahu reaksinya berlebihan, ingin menjelaskan tapi sebelum sempat berbicara, dia melihat pria itu yang tak tampak keberatan sudah meninggalkan meja makan.
Dia menarik napas dalam-dalam.
Keberadaan Su An'an terus-menerus mengingatkannya pada hal-hal tertentu.
Bahkan tanpa bicara sekalipun, hanya dengan duduk di sana, perempuan itu sudah seperti menyatakan sesuatu.
Kemarin di depan pintu ruang studinya, dia mendengar beberapa kalimat teleponnya tentang Tuan Mu senior yang ternyata sama persis dengan yang diceritakan Su An'an padanya.
"Ada apa, Nyonya Muda?"
Pelayan yang sudah gugup melihatnya tak berselera makan, khawatir sarapannya tidak memuaskan.
Tiba-tiba dia muntah kering.
"Ti-Tidak apa..." Kibas tangannya cepat-cepat, lalu bergegas menuju toilet lantai satu.
Biasanya gejala kehamilannya tidak terlalu terlihat, muntah kering pun jarang terjadi.
Untunglah Mu Yibei sudah pergi.
Saat kembali, dia semakin tak ingin menyentuh sarapannya.
Ibu Zhou menatapnya penuh pertimbangan, "Nyonya Muda, apakah sarapannya masih dipertahankan?"
"Sudah, ambil saja. Aku benar-benar tak berselera."
"Ibu Zhou tidak tahu memikirkan apa, wajahnya tersenyum ringan, segera menyuruh pelayan membawa sarapan ke bawah, 'Kalau begitu saya siapkan sesuatu yang membuka selera, nanti akan dikirim ke kamar Anda.'"
Sheng Youran dengan setengah hati berkata sembarangan, "Saya baik-baik saja."
"Harus, harus. Anda sama sekali tidak makan sedikit pun tadi. Saya suruh orang siapkan saja, nanti Anda bisa pilih mana yang ingin dimakan." Ibu Zhou tersenyum sumringang, nada bicaranya kalem, "Ngomong-ngomong, bagaimana kalau kita panggil dokter untuk memeriksa?"
"Dokter?"
Ibu Zhou tersenyum penuh arti, berbisik pelan, "Nyonya Muda Kedua, tidak perlu malu. Dulu ketika Nyonya mengandung Kakak Kedua, juga sering..."
"Tidak, bukan begitu." Raut wajah Sheng Youran memucat, buru-buru menyangkal, "Saya tidak hamil."
Dia ketakutan bukan main.
"Saya juga tidak bilang Anda pasti hamil sekarang, tapi tadi..." Ibu Zhou tertawa, "Lebih baik dokter datang memeriksa. Menurut saya, delapan puluh persen ini kehamilan. Nyonya Muda Kedua, ini kabar gembira."
Sheng Youran menenangkan diri, menggelengkan kepala, "Saya hanya mengalami masalah lambung akhir-akhir ini. Bukankah saya terus minum obat? Kondisi tubuh saya memang seperti ini. Ibu Zhou, saya benar-benar tidak hamil, menstruasi saya baru saja selesai, mana mungkin secepat ini?"
Peringatannya membuat Ibu Zhou teringat, beberapa hari lalu Kakak Kedua masih memerintahkan untuk menyiapkan makanan yang cocok selama masa menstruasinya.
“Tante Zhou, aku akan istirahat dulu di atas.” Sheng Youran berkata pada Ibu Zhou yang terlihat kecewa, “Aku tahu kehamilan adalah hal baik, pasti ada kesempatan lagi nanti, jangan buru-buru. Tapi kali ini benar-benar bukan, Anda jangan sampai memberitahu, kalau kesalahpahaman seperti ini sampai membuat keributan... sangat memalukan.”
Ibu Zhou segera mengangguk, “Ini saya tahu, Nyonya Muda Kedua tenang saja. Nenek tua seperti saya tidak akan banyak bicara, saya hanya berharap begitu.”
Kehamilan dalam keluarga besar seperti ini adalah urutan pertama, jika kabar hamilnya salah tersiar, memang tidak baik untuk reputasi Nyonya Muda Kedua.
Baru setelah itu Sheng Youran menarik napas lega, naik ke lantai atas.
Di koridor, Su An'an masih berdiri tidak pergi.
Melihatnya naik, langkahnya mendekat perlahan.
“Sudah diputuskan bagaimana?”
Dari kancing baju yang sengaja dibuka sedikit oleh Su An'an, tersembunyi beberapa bekas ambigu.
Sheng Youran hanya melirik sekilas, mengalihkan pandangan, bahkan satu kata pun malas menanggapi dia.
Su An'an melihat punggungnya, tersenyum tipis.
Bukan benar-benar ingin mengejar jawaban secepat ini, hanya saja, dia ingin memperlihatkan bekas yang tak sengaja terlihat itu padanya.
……
Setelah mengundurkan diri, hari-harinya dihabiskan terkurung di kamar berhari-hari, tidak ingin bertemu Su An'an.
Tiba-tiba pintu kamarnya diketuk.
Dikira pelayan, dia menyahut.
Saat pintu terbuka, yang berdiri di luar justru Tuan Mu senior dengan raut wajah berwibawa itu.
“Ayah...” Sheng Youran membuka percakapan dengan sopan.
Mu Tianhe sebelumnya sudah menyulitkannya di perusahaan, dia tahu saat Mu Yibei tidak ada, pria ini semakin sulit diajak bicara.
“Hm, ada waktu? Ada sesuatu yang perlu kita bicarakan.” Mu Tianhe meliriknya sekilas.
Sopan, menjaga jarak, tapi juga tidak terlihat ketakutan oleh wibawanya.
“Baik.”
Masuk ke ruang studi besar, Mu Tianhe duduk di kursi rotan.
Sheng Youran berdiri tegak di hadapannya tanpa rasa rendah diri, menunggu sang tua berbicara.
Sejak kembali ke Kota Suci, Tuan Mu senior jarang berada di villa di siang hari.
Tiba-tiba ada waktu hari ini, mungkin karena akhirnya selesai menangani urusan perceraian ini.
Sheng Youran mengerutkan kening halus. Saat keluar tadi, ia perhatikan hampir semua pelayan di villa sudah menghilang.
Entah apa yang akan dibicarakan, mulai muncul penyesalan karena bertahan di sini.
“Jangan tegang.” Suara Mu Tianhe membawa bekas waktu yang melekat pada usianya, dan sikap mengabaikan yang khas, “Aku ingin ber-transaksi denganmu.”
