Bab 221 Kesenangan Pasangan Suami Istri
Wajah Direktur Lu dan Mu Tianhe berubah sangat buruk dalam sekejap.
Bagaimana bisa begini...
Bagaimana mungkin jadi seperti ini...
Mu Tianhe menoleh tajam ke Mo Yuchen, tak percaya dengan semua ini dan ingin mendapatkan penjelasan.
Tapi ia menemukan alis Mo Yuchen juga berkerut kencang, pembuluh darah di tangan yang mengepal terlihat jelas.
Perjanjian Pranikah ini didapatkan oleh Mo Yuchen dan Su An'an selama di Kota Suci.
Awalnya meninggalkan mereka berdua di sini memang untuk urusan ini.
Hanya sejenak, Mu Tianhe menarik kembali tatapannya.
Terlalu ceroboh, hampir saja orang lain melihat kejanggalan.
Ini juga bukan sepenuhnya kesalahan mereka, Mu Yibei terlalu licik hingga sengaja memberi mereka kontrak palsu.
Bahkan dirinya sendiri tidak mengenali bahwa perjanjian ini palsu, apalagi mereka.
Saat itu hanya memastikan tanda tangan Mu Yibei asli, sedangkan tanda tangan Sheng Youran juga sudah diverifikasi seharusnya tidak masalah.
Huh, yang paling tak terduga...
Raut wajah Mu Tianhe memucat, akhirnya mengalihkan pandangan ke Sheng Youran.
Perempuan ini bersekongkol dengan Mu Yibei!
Mereka pasti berkolusi untuk memainkan sandiwara!
Tuan Lu tak bisa berkata-kata, di bawah sorotan banyak mata, baru teringat bahwa dirinya hanya pembawa acara yang di mata orang lain tak terkait dengan hal ini.
Akhirnya tersenyum pahit dengan raut wajah buruk, "Ternyata begini keadaannya... Sepertinya ini semua hanya kesalahpahaman."
Mu Yibei menyungging senyum tipis, "Paman Lu, bagaimana bisa salah paham? Saya ingin bertanya, dari mana kalian mendapatkan perjanjian ini?"
Tuan Lu macet, setelah berpikir panjang, ia menatap Mu Tianhe.
Mu Tianhe, setelah melewati momen itu, sudah tenang kembali.
"Maafkan saya semua." Suara yang agak parau terdengar, "Kontrak ini sebenarnya saya yang kirim. Secara tidak sengaja ditemukan di rumah, saat marah, saya menganggap sikap Yibei terhadap pernikahan sangat mengecewakan. Tapi sebagai ayah, saya ingin tahu—meski tanda tangan dan sidik jari semuanya milikmu, kenapa bisa ada kontrak seperti ini?"
Sebenarnya, alasan diadakannya rapat hari ini sudah diketahui sebagian besar orang yang hadir.
Jadi Mu Tianhe terjebak, membawa kontrak tidak sah yang jelas-jelas jebakan yang dipasang Mu Yibei untuknya.
Masih berani dia menanyakan hal itu langsung, benar-benar tak tahu malu...
Tapi menghadapi pertanyaan ini, Mu Yibei tentu tidak mungkin jujur bahwa kontrak ini sengaja dibuat sebagai umpan.
Semua tahu hubungan mereka berdua tidak harmonis, tapi di depan orang luar, mereka selalu menjaga kesan rukun.
Mu Yibei menyilangkan kaki, pupil matanya yang seperti bintang berkelap-kelip, "Ini permainan hubungan suami istri, cuma artefak untuk ganti-ganti peran."
Nada bicaranya sengaja dibuat ambigu, beberapa orang mulai membersihkan tenggorokan untuk menghilangkan rasa canggung.
Meski jelas ini cuma alasan, tapi membahas hal seperti ini di podium terasa sangat tidak pantas.
Sheng Youran diam berdiri di samping, wajah pucatnya yang kecil sedikit menunduk.
Mendengar alasan ngawur yang dia buat, ekspresinya tetap datar.
Kedua tangan di dalam saku masih erat menggenggam surat keterangan itu.
"Baiklah, surat keterangan ini tidak perlu dikeluarkan."
"Dia tidak datang hari ini, dia tetap memegang kendali penuh atas kemenangan."
"Datang kesini hanya untuk membuat kemenangannya terlihat lebih gemilang."
"Ini juga... untuk membalas utang budi saat dia menyelamatkan Keluarga Ye dan membawaku keluar dari sana."
Di dalam ruang rapat, diskusi dan perdebatan terus bergulir.
Tapi tak satu pun kata masuk ke telinganya.
Semua kata-kata itu terdengar samar-samar, tidak bisa dia pahami dan tidak ingin dia dengar.
Tubuhnya terasa lemas, alisnya berkerut, tangannya bertumpu pada sandaran kursi di sampingnya.
Sekretaris Chen menyadari ada yang tidak beres, buru-buru mendekat dan bertanya pelan, "Ada apa?"
"Tidak apa, aku baik-baik saja." Sheng Youran menggelengkan kepala, menoleh dan berbisik ke telinga Sekretaris Chen, "Kalau tidak ada urusan lagi, aku pergi dulu."
Sekretaris Chen ragu sejenak, lalu menoleh ke arah Mu Yibei.
Dia sedang berdiskusi dengan asistennya tentang sesuatu.
Tampaknya sedang merencanakan cara menangani masalah ini.
Rapat ini mungkin tidak akan selesai dalam waktu dekat.
Sekretaris Chen mengangguk, "Baik, ikut aku."
Sepertinya istri direktur sedang tidak enak badan.
Tidak ada gunanya dia menunggu disini.
Saat melewati Mu Tianhe, meski tidak menoleh, Sheng Youran bisa merasakan sorotan mata penuh dendam darinya.
Dia menghela napas lega, akhirnya semuanya beres.
Mu Yibei mengamati situasi dari jauh, melihat sekretarisnya telah membawa pergi wanita itu.
Meraih tangan asisten dan berbisik pelan, "Biar istri saya istirahat sebentar, antar dia ke ruang istirahat di kantor saya."
……
Sheng Youran keluar dari ruang rapat, "Sekretaris Chen, saya duluan pergi."
Sekretaris Chen tertegun, "Pergi? Anda sebaiknya jangan pergi dulu, saya akan mengantar Anda ke ruang istirahat. Rapat ini juga Anda lihat, menurut saya lebih baik menunggu Tuan Mu keluar..."
Dia tersenyum sambil menggelengkan kepala, "Tidak perlu, saya masih ada urusan, saya pergi dulu."
"Kalau... baiklah." Sekretaris Chen tidak bisa berbuat banyak, lagipula Tuan Mu juga tidak bilang harus menahan.
Melihatnya berjalan sendirian ke arah lift, langkahnya tampak agak limbung.
Merasa ada yang aneh, tapi tidak tahu pasti apa.
Dia merasa istri direktur kali ini sepertinya berbeda.
"Istri direktur mana?" Asisten yang keluar langsung bertanya melihat Sekretaris Chen sendirian.
Sekretaris Chen menunjuk ke arah lift, "Sudah pergi."
"Apa? Pergi?!" Asisten segera mengerutkan alis, langsung mengejar sambil mempercepat langkah, "Tuan Mu berpesan agar Nyonya menunggu di ruang istirahat kantornya."
Saat asisten dan Sekretaris Chen tiba, pintu lift baru saja tertutup.
Untungnya ada lift lain yang datang, asisten langsung masuk tanpa pikir panjang.
"Nyonya, Nyonya!"
Begitu keluar lift, dia berlari kecil mengejar orang yang hendak pergi.
Sheng Youran yang berjalan perlahan menoleh mendengar suara, "Ada perlu?"
Asisten terengah-engah sambil tersenyum, berkata, "Nyonya ikut saya ke atas dulu, Tuan Mu akan segera selesai. Beliau meminta Anda menunggu di ruang istirahat kantornya."
"Tidak perlu." Suaranya datar, bahkan tanpa ragu, "Terlalu lama, lebih baik aku pergi dulu. Urusan apa pun bisa dibicarakan nanti di rumah."
"Tapi... ini perintah Tuan Mu."
Sheng Youran tersenyum tipis, "Bukankah aku Nyonya? Apakah perkataanku tidak berlaku?"
"......" Asisten itu tiba-tiba kehilangan kata-kata.
"Bercanda saja, sampaikan begitu padanya." Bibirnya tertekan rapat sambil tersenyum, "Aku pulang dulu."
Asisten tak bisa berbuat lain, memaksakan diri mengangguk lalu menelepon Sekretaris Chen untuk melaporkan kejadian ini.
Alis Sekretaris Chen berkerut, perasaan aneh itu semakin menjadi-jadi.
Sebagai perempuan, instingnya lebih tajam.
Mengingat wajah pucat Sheng Youran tadi, bahkan lebih suram dari saat pertama masuk ruang rapat.
Setelah berpikir panjang, ia segera memutuskan menuju ruang rapat.
