Bab 255 Bukan Seperti yang Kau Pikir
"Nona Sheng, makan siang Anda."
Di area outdoor vila wisata, meja kecil di taman penuh nuansa romantis.
Sheng Youran duduk di dekat Mu Yibei, melihat makanan dihidangkan tanpa bicara.
Dari sudut matanya, ia melihat pria di seberang meja itu berjiwa segar, mengenakan kacamata hitam, menghadap ke arah matahari.
Ia hanya memakai kemeja tipis dengan dua kancing yang sengaja dibiarkan terbuka.
Kakinya bersilang, lengan bertumpu malas di sandaran kursi.
"Guru, makan siang Anda."
“En.” Mu Yibeu tidak menengok, masih melihat ke arah lain, “Apa itu lapangan kuda di sana?”
Pelayan sejak mendekat, pandangannya terus terfokus padanya.
Mendengar dia aktif bertanya padanya, perasaan wajah memerah dan detak jantung semakin kuat.
“Benar, di sana ada lapangan kuda, lapangan golf pribadi, dan lain-lain. Apakah Tuan Mu akan ke sana nanti?”
Mu Yibeu dengan tenang melepas kacamata hitam, meletakkannya di meja, tangan mengambil alat makan, “Pergilah.”
Pelayan tidak berani berkata lagi, segera pergi.
Sheng Youran makan dengan diam, bahkan lebih sedikit bicara daripada Mu Yibeu.
Sejak keluar dari kamar mandi, dia belum mengucapkan sepatah kata pun sampai sekarang.
Kejadian tadi terus mengitari otaknya, ingin segera melupakan tapi sama sekali tidak bisa.
Saat ini bahkan memegang garpu pun erat-erat, di hati ada amarah yang membuat ingin mematahkan garpu.
Dia benar-benar tidak bisa menggambarkan suasana hatinya sekarang. Saat mengira akan "tidur dengan", ternyata benar-benar hanya tidur biasa.
Tepat ketika dia pikir akhirnya lolos dari cobaan...
Mengapa dia tidak berpikir dia mungkin ada di kamar mandi?
Sungguh dirinya sendiri yang menyerahkan diri.
Yang paling menyebalkan, awalnya dia hanya memegang tangannya, tapi entah kenapa dia ngomong "bukannya kamu tidak bisa?"...
Sheng Youran menunduk, melihat steak di piring hanya ingin ditusuk keras dengan garpu.
Saat itu sakitnya sampai membuatnya tidak bisa berdiri tegak, tiba-tiba saja...
Mu Yibeu mengangkat kepalanya, tatapannya menatap ekspresi dan gerak-geriknya.
Raut wajahnya kaku, tahu bahwa dia mengira steak itu sebagai...
Pisau terus menggores bolak-balik tanpa henti.
"Tidak mau makan?" Suaranya terdengar mengintimidasi, "Tenagamu sudah pulih ya?"
Sheng Youran segera menyuap daging yang sudah dipotong ke mulutnya, makan sambil menunduk tanpa bersuara, sama sekali tak ingin melihatnya.
Dia menangis kesakitan, tapi dia tetap tidak membiarkannya pergi.
Akhirnya dia memaksanya turun untuk makan siang, setiap langkah terasa sangat menyiksa agar orang lain tidak curiga.
Terutama sorot matanya yang jelas-jelas menyatakan, awalnya dia tidak berniat seperti ini, ini semua karena ulahnya sendiri...
"Bisa naik kuda?"
Sheng Youran terus memotong steak sambil menunduk, pura-pura tidak mendengar suaranya.
Tapi seberapa dalam pun dia menunduk, pandangan sampingnya tetap tak bisa menghindari wibawa dan pesona elegannya.
Melihatnya diam, Mu Yibeu tiba-tiba berhenti bergerak, memandangnya dengan sorotan mata dingin.
Tak tahan tekanan ini, akhirnya dia menjawab dengan suara masih serak bekas tangisan, "Tidak bisa."
Sorot mata Mu Yibeu menatapi sikap keras kepalanya yang tetap tak mau mengangkat muka.
"Golf juga tidak bisa, sama sekali tidak!" Katanya datar, terus menggorok steak dengan kasar.
Jika harus naik kuda dalam kondisi seperti ini, dia lebih memilih untuk bersama-sama binasa dengannya.
Haruskah siksaan fisiologis dan psikologis datang bersamaan?
“Mu Yibei menarik kembali pandangannya, sama sekali tidak terkejut dengan jawabannya, "Tidak bisakah berdiri di samping saja, tahu bagaimana cara menjadi vas bunga?"”
“Saya penerjemah, bukan vas bunga!”
“Dia tersenyum mengejek, mengambil jus di sebelahnya, lalu minum perlahan, "Kamu lebih baik di bidang lain daripada jadi penerjemah."”
“Hampir saja dia mengamuk dan membalik meja, butuh seluruh tenaga untuk menahan impuls ini.”
“Sangat ingin mengatakan padanya: Kalau nanti tidak bisa jadi presiden direktur, kamu masih bisa hidup enak lewat bidang lain.”
“Tapi mengingat konsekuensi 'bencana berasal dari mulut', dia terus menahan diri.”
“Rasa sakit di kedua kaki dan sensasi panas yang menyengat terus mengingatkannya untuk tidak nekat.”
“Hatinya menyesal, andai saja dari tadi keluar dari kamar mandi...”
“"Presiden Mu, lapangan berkuda sudah siap." Direktur Chen datang lebih awal. Melihat Sheng Youran sedang makan siang bersama Mu Yibei, senyumnya sampai menyipitkan mata.”
“Keputusan ini ternyata tepat. Penerjemah ini memang sangat cocok dengan selera Mu Yibei.”
“Katanya sarapan pun tidak turun, baru keluar sekarang.”
“Rencana awal ke lapangan berkuda pagi hari diubah menjadi sore.”
“Bahkan raut wajah Mu Yibei tampak lebih segar.”
“Mu Yibei mengambil tisu, mengusap sudut mulutnya, lalu berdiri, "Saya ada janji dengan teman, sudah sampai?"”
“Direktur Chen segera menjawab, "Sudah, baru sampai. Karena tahu teman Presiden Mu, sudah kami sambut lebih dulu."”
Pandangannya meluncur ke Sheng Youran yang enggan berdiri, "Direktur Chen, kita tidak perlu berjalan kaki kan?"
Direktur Chen segera menangkap maksudnya, "Tentu tidak perlu, silakan tunggu sebentar."
Sebenarnya sudah ada mobil di dalam area yang disiapkan, hanya belum diarahkan ke restoran taman ini.
Begitu mendengar Mu Yibei menyebutkan, ia segera mempersiapkannya.
Terutama ketika mengingat arah pandangannya tadi, mobil ini sepertinya disiapkan untuk penerjemah?
Tak lama, sebuah mobil golf mewah berhenti di samping mereka.
Mu Yibei berdiri di sebelah Sheng Youran, "Bangun juga."
Dia meletakkan alat makan, saat berdiri kakinya masih terasa lemas.
Gerakan kecil itu membuatnya refleks mengulurkan tangan.
"Tuan Mu, mobil sudah siap."
Begitu tiba, Direktur Chen langsung menyaksikan pemandangan Sheng Youran yang bersandar di dada Mu Yibei.
Alis Sheng Youran berkerut ketat, dia tahu bagaimana orang akan memandangnya.
Lagipula, dugaan mereka memang benar.
Dia dan Mu Yibei memang sudah tidur bersama...
Namun tatapan dan prasangka seperti ini tetap membuatnya tidak nyaman.
Dia janji bertemu teman di lapangan berkuda, bukan untuk urusan bisnis.
Mengapa harus membawanya?
Apa pertemuan dengan teman perlu penerjemah, atau butuh 'tiga temani'?
Sheng Youran menghindari pandangan, menarik tangannya turun.
Ekspresi Mu Yibei menjadi dingin, matanya menatapnya tanpa bicara.
Direktur Chen segera menyadari posisinya sebagai bohlam, lalu buru-buru pergi.
"Boleh aku tidak ikut?" Suaranya melunak, mengangkat wajah menghadapi tatapan Mu Yibei yang tidak senang, "Aku... kurang enak badan."
Mu Yibei mengangkat alisnya, bibirnya melengkung dengan senyuman penuh arti, "Tidak enak badan?"
"Bukan seperti yang kau pikir." Kepalanya memaling, pipinya memerah, "Lambungku masih agak sakit, aku ingin minum obat lagi."
Mendengar keluhannya tentang sakit lambung, raut Mu Yibei berubah samar.
Bibir tipisnya bergerak, "Bukan seperti yang kupikir? Kau tahu apa yang kupikirkan?"
"Mu Yibei!" Suaranya kesal, bibirnya terkunci rapat, matanya melotot tapi tak berani melanjutkan.
Ekspresi geram tapi tak berani protes itu membuat tenggorokannya terasa kering.
Sheng Youran membaca sorot matanya yang aneh. Dengan pemahamannya tentang pria ini, sinyal mata ini berarti...
"Masih perlu kuterangkan?" Nada bicaranya santai, kedua tangan masuk ke saku celana dengan gerakan lamban.
"Ini tempat umum..." Suaranya tersendat, "Ada orang lain, tidak baik dilihat."
