Bab 266: Anak dan Istri, Mana yang Lebih Penting
"Yang membutuhkan?" Ai Ke'er tidak paham maksudnya.
Pertandingan ini sudah jelas hasilnya, pasti akan menjadi harta Erbao, masih ada apa yang disebut "yang membutuhkan".
Tapi ia tidak berniat bertanya, sengaja melihat ke sekeliling, "Sendirian saja?"
“Menurutmu siapa lagi?” Joe Shaojing menoleh ke arahnya, tersenyum penuh arti, “Aku jomblo, jadi nonton pertandingan juga datang sendiri.”
Ai Ke'er: “……” Apa kemampuan memahami orang ini bermasalah?
Dia pikir pertanyaannya jelas tentang Mu Yibei, tapi malah dijawab soal status lajang...
“Bukan begitu, Paman Qiao.” Sanbao menarik lengan baju Joe Shaojing, berkata dengan suara lirih penuh keseriusan, “Yang ditanya Paman Yibei, apakah Paman Yibei tidak datang?”
Joe Shaojing terlihat termenung, “Dia? Dia kan tidak main game, ngapain datang ke sini. Apa ada hal yang layak disaksikannya di sini?”
Ai Ke'er memalingkan muka, “Aku tidak menanyakan apapun, cuma mau lihat pertandingan.”
Sanbao segera menunjukkan perhatian, jari mungilnya menunjuk diri sendiri, “Aku dong, apa aku tidak layak dikunjungi Paman Yibei?”
“Kamu...” nada bicaranya terdengar dalam, “Tentu saja layak, sangat layak.”
Hati Ai Ke'er berdebar, apakah kalimat Joe Shaojing ini mengandung makna tersembunyi?
“Ke'er, kenapa gugup?” Joe Shaojing menyelidikinya dengan senyum manis.
“Tidak, mana ada gugup.” Ai Ke'er menguatkan hati, sama sekali tidak boleh menunjukkan kegelisahan, “Cuma ingin bilang, Mu Yibei kan tidak dekat dengan kedua anak ini, jangan tipu perasaan polos mereka. Nanti kalau terlalu banyak harapan, mereka akan kecewa.”
"Oh, kamu juga tahu mereka akan kecewa ya." Joe Shaojing masih tersenyum, mengusap kepala Sanbao, memandangnya dengan penuh kasihan. "Jadi mengapa kamu yang sudah tahu kedua anak ini sangat menyukaiku dan Yibei, tetap mencari berbagai alasan untuk membuat mereka menghindari kami?"
Ai Ke'er dengan ekspresi polos, "Mereka menyukaimu?"
Sanbao memiringkan kepala. Meski juga menyukai Paman Qiao, tapi...
Dia lebih menyukai Paman Yibei!
Tapi kalau mengatakan ini, pasti Paman Qiao akan sedih.
Sanbao menghibur Joe Shaojing dengan penuh pengertian, "Paman Qiao, kami tidak menghindarimu. Tapi mengapa kamu tidak membawa Paman Yibei?"
"Dia? Dia sedang..." Joe Shaojing berpikir sejenak, lalu menghentikan kalimatnya. "Lain kali, pasti ada kesempatan. Pertandingan Erbao masih dua hari lagi, dia akan sempat datang."
Ai Ke'er penasaran tapi tak berani bertanya lebih lanjut.
Joe Shaojing melihat ekspresinya yang hampir tak tertahan, tiba-tiba berkata, "Kamu seharusnya tahu kan?"
"Aku tahu? Aku sama sekali tidak tahu!"
"Kamu tidak tahu Mu Yibei sekarang bersama siapa?" sengaja dia bertanya.
Ai Ke'er mengatupkan rahangnya rapat-rapat.
Dia tidak bisa menyebut nama Sheng Youran, juga tidak boleh membiarkan Joe Shaojing mengatakannya, karena Sanbao ada di samping.
Di depan Sanbao, sangat mudah langsung terbongkar.
"Apa hubungannya denganku? Aku tidak peduli kehidupan pribadi Mu Yibei. Lebih baik kita fokus menonton pertandingan. Sanbao, apakah kakakmu akan segera muncul lagi?"
Ai Ke'er segera mengalihkan topik pembicaraan.
Joe Shaojing jelas-jelas tahu bahwa saat ini dia sangat gugup, tapi tetap saja tidak menyerah dan kembali menggoda, "Aku tahu kamu tidak peduli kehidupan pribadi Mu Yibei, tapi apa kamu juga tidak peduli kehidupan pribadi sahabat terbaikmu?"
Begitu kalimat itu terucap, raut wajah Ai Ke'er semakin rumit.
"Ibu baptis, siapa sahabat terbaikmu?" tanya Sanbao membelalakkan mata, penasaran menatap Ai Ke'er.
Dalam hati bertanya-tanya, bukankah sahabat terbaik ibu baptis adalah Mamanya sendiri?
"Sudah cukup Joe Shaojing." Ai Ke'er begitu gugup sampai tak tahu harus berkata apa, berpura-pura marah, "Bisa tidak berhenti bicara omong kosong? Ganggu aku nonton pertandingan."
Duduk sejenak, Ai Ke'er tetap gelisah, pertandingan sama sekali tidak bisa dinikmati.
Tidak tahu kabar Sheng Youran, setelah berpikir panjang, merasa harus menelepon untuk berdiskusi.
Jangan-jangan nanti Joe Shaojing dengan semangat mengajak dia dan dua bocah makan, lalu kebetulan bertemu dia dan Mu Yibei?
Memikirkan ini, Ai Ke'er langsung berdiri, "Aku ke toilet dulu, Sanbao, perhatikan baik-baik kapan Kakakmu keluar. Kalau sudah giliran tampil tapi aku belum kembali, ingat panggil aku."
Setelah berkata demikian, Ai Ke'er mengambil tas dan pergi.
Sanbao mengangguk, matanya masih tertuju pada karakter yang sedang PK.
Joe Shaojing mengalihkan pandangan dari Ai Ke'er yang pergi, "Anak kecil Sheng Xingbao, apakah ibu baptismu ini sengaja merepotkanmu?"
"Ha?"
“Hal yang bisa diselesaikan dengan telepon, malah harus kau datang sendiri untuk memanggilnya. Tak takut kau tersesat.”
Sanbao berkata sambil tersenyum, “Dengan begitu Paman Qiao bisa mengajakku mencari dia!”
Qiao Shaojing tertegun sejenak, lalu langsung bertanya, “Apa maksudmu? Menurutmu dia punya maksud seperti itu?”
“Paman Qiao, apa kau menyukainya?”
Tiba-tiba terbongkar, Qiao Shaojing memandangi bocah kecil ini dengan ekspresi penuh arti. Ekspresi liciknya sedang mengamat-amatinya, “Kau memang lebih pintar sedikit darinya...”
Ai Ke'er selalu bersikap waspada terhadapnya, seolah "menghalau" sesuatu.
Seolah setiap kali dia mendekat, pasti ada alasan tersembunyi.
“Anak-anak ngerti apa.” Qiao Shaojing tertawa geli.
Tak lama, Sanbao kembali menyandar sambil berkata, “Cih, aku sudah lihat banyak sinetron. Sebelum pacaran semuanya seperti ini. Paman Qiao, kau sangat jelas!”
“……”
Berencana melanjutkan pertanyaan, bagian mana yang tidak berhasil disembunyikan darinya.
“Omong-omong Paman, tadi bagaimana kau tahu namaku Sheng Xingbao?” Sanbao tersenyum licik, “Aku kan belum memberitahu namaku!”
Kali ini, giliran Qiao Shaojing yang macet.
*
Sheng Youran berdiri di balkom apartemen merasakan angin, beberapa kali bersin menyambut.
Tempat ini sudah lama tidak dikunjungi, ternyata dia masih tinggal di sini.
Saat masuk apartemen tadi, perusahaan Mu Yibei ada urusan. Dia langsung membuang Sheng Youran sendirian dan pergi ke ruang studi.
Dia berputar-putar di sekitar apartemen, baru menuju balkom untuk cari udara segar.
"Ada bekas-bekas hunian yang jelas di apartemen, tapi juga jelas tidak ada jejak perempuan yang pernah datang."
"Bahkan sandal jepit di lemari sepatu semuanya model pria, tak sehelai rambut perempuan pun bisa ditemukan."
"Kalau tidak salah ingat, dia punya pacar. Apa mereka tidak hidup bersama?"
"Setelah menunggu lama, akhirnya duduk di ayunan di balkom."
"Telepon dari Ai Ke'er masuk, 'Syukurlah, aku khawatir teleponku tidak akan tersambung lagi. Kalian di mana?'"
"Di apartemen tempat dulu tinggal."
"Ai Ke'er lega, 'Berarti tidak akan ketemu. Nanti kalian mau makan di mana?'"
"Makan?"
"Aku takut Tuan Qiao Shaojing nanti memaksa mengajak kita makan, dan kau tahu sendiri putra-putrimu sangat tertarik pada Mu Yibei..."
"Sheng Youran bingung harus berkata apa. Sekarang dia sama sekali tidak bisa membaca pikiran Mu Yibei."
"Jika tidak keliru, tindakannya memaksanya naik ke lantai atas adalah dorongan nafsu birahi."
"Hanya saja setelah masuk, karena urusan pekerjaan, dia mengabaikannya seolah-olah tidak ada."
"Aku tidak tahu." Lama kemudian, Sheng Youran berbalik membelakangi balkom, menghadap apartemen, tatapannya mengarah ke ruang studi. "Apakah dia sangat membenciku?"
"Hah?" Ai Ke'er sedang cemas mencari metode untuk menghindari pertemuan mereka, tidak menyangka Sheng Youran tiba-tiba mengajukan pertanyaan filosofis seperti ini.
"Tidak apa." Sheng Youran menarik napas pelan, berbicara santai. "Bawa mereka jalan-jalan saja. Aku... akan cari cara agar dia tidak keluar."
"Baik..." Ai Ke'er menutup telepon.
Mencari cara agar dia tidak keluar, lalu apa yang bisa dilakukan dua orang ini di apartemen?
*
Mu Yibeu duduk di kursi kulit hitam ruang studi, laptop telah dimatikan sejak lama.
Sebuah urusan pekerjaan yang tidak mendesak, dibuatnya seolah 100 ribu kebakaran, masuk pintu langsung melemparkan dirinya.
Tangannya menopang dahi, alis yang tampan berkerut dalam.
Tatapannya beralih ke kotak di atas meja kerja, pandangan suramnya menatap lama benda itu.
Membuka kotak tersebut, di samping cincin terdapat gelang perak tipis yang sudah sangat usang.
Bibirnya terkunci rapat, "Prak!" suara keras saat dia menutup kotak itu secara kasar.
Sudah lebih dari satu jam, dia belum juga keluar dari ruang studi, bahkan tidak tahu apakah perempuan itu masih ada saat dia keluar.
Mu Yibeu kembali menutup mata, menundukkan kepala.
Sudut dokumen di sampingnya memperlihatkan laporan verifikasi DNA kemarin.
Membawanya dari lokasi acara ke sini, awalnya bermaksud melemparkan laporan ini padanya untuk melihat reaksinya.
Setelah lama ragu, menggunakan alasan vulgar untuk memaksanya naik.
Bagaimanapun, memperlihatkan ini pun percuma, hampir bisa dibayangkan bagaimana dia akan mulai menawar syarat dengan tenang...
Waktu berlalu, langit telah gelap.
Mu Yibeu tiba-tiba berdiri dan keluar, tepat saat hendak mengambil ponsel untuk mencari tahu kabar perempuan yang kabur itu.
Di sudut gelap ruang tamu, Sheng Youran terlihat bersandar di sofa mewah, seolah tertidur.
Di hatinya tersentuh oleh gambaran sederhana itu, langkahnya ringan saat mendekat.
"Jangan berisik..." Sheng Youran bergumam setengah sadar.
Tiba-tiba ia teringat sesuatu, matanya terbuka lebar bertabrakan dengan tatapan dingin yang penuh tekanan.
"Kau... kau sudah selesai bekerja..." Buru-buru ia berusaha bangun dari sofa.
Astaga, bagaimana bisa dia begitu tenang.
Mantan suami jelas bermaksud menghinanya dengan cara menidurinya, memaksanya "rela" ikut ke apartemen. Baru sebentar pergi, dia malah tertidur di sini.
Sheng Youran menunduk, menekan titik antara alisnya, hampir tak berani melihat raut wajahnya.
Dia benar-benar tak paham apa yang dipikirkannya tadi. Awalnya hanya merasa lelah berdiri lama, tak tahu berapa lama lagi pria itu akan menelepon.
Akhirnya...
Keheningan membuat gelisah, perlahan Sheng Youran mengangkat kepala. Tatapan pria yang mengamatinya terasa misterius.
"Tidurnya nyenyak." Katanya dingin dari tempatnya berdiri tegak.
Sheng Youran canggung menyisir rambut ke belakang telinga, "Kemarin kurang tidur."
Ia menyeringai sinis, tapi tak memperpanjang masalah.
Ponsel bergetar tiba-tiba. Mu Yibeu mengangkat, "Ada perlu?"
Joe Shaojing bertanya, "Makan malam di mana? Sudah tenang? Mau ketemu anakmu yang terpisah bertahun-tahun?"
Diam sejenak, tatapannya yang menusuk menyapu Sheng Youran, "Kau yang pesan tempat. Kabari aku setelah selesai."
“Kamu benar-benar datang?” Joe Shaojing terlihat terkejut, awalnya dia hanya bertanya dengan sengaja, mengingat Sheng Youran masih di sana, sebelum membuka kartu, seharusnya dia tidak akan meninggalkan Sheng Youran begitu saja dan datang ke sini.
Masalah ini sepertinya telah berubah menjadi, mana yang lebih penting antara anak dan istri.
“Bukankah kamu memanggilku untuk makan?”
“Baiklah, tempat biasa. Jika kamu ingin ada ruang privat, nanti aku akan membawa Ke'er pergi.”
“Baik.”
Sheng Youran gugup melihatnya menutup telepon, “Kamu… mau pergi?”
