Bab 279 Sheng Youran, Ini Aku!
Sheng Youran pingsan beberapa waktu, saat terbangun dalam keadaan linglung menyadari dirinya diikat dengan cara berbeda, bahkan mulut di segel lakban dengan rapat,
"Semua sudah diatur, begitu uangnya masuk, kita langsung ke dermaga... Pasti dia tidak bisa menemukan kita dalam waktu singkat."
"Tapi itu tetap Mu Yibei, kalau sampai anak buahnya menemukan kita... turun tangan mereka..."
"Huh, kau terlalu paranoid... Uang yang kita minta tidak seberapa baginya, tidak worth it buat dia mengeluarkan efek samping lebih besar untuk melacak kita." Topi baseball menekan suara, "Lagipula perempuan ini sudah tidak ada hubungan dengannya, mungkin dia tebus karena pertimbangan putranya. Saat dia hilang dulu, Mu juga tidak mencari, kalau tidak kita pasti sudah tahu..."
"Benar juga, kalau yang kita sanderakan anaknya, mungkin sampai ujung dunia pun dia kejar... Tapi kalau begitu kita tidak perlu meminta uang ke dia, langsung ke Mr. William..."
Sheng Youran menyipitkan mata, melihat dua sosok yang tidak jauh darinya sedang berdiskusi sesuatu.
Kepalanya sakit bukan main, bukan hanya pusing lelap tapi juga ditambah rasa sakit akibat pukulan.
Benarkah dia diculik, lalu meminta tebusan dari Mu Yibei, dan Mu Yibei menyetujui?
“Siapa Tn. William? Mengapa Tn. William menyuruh putranya……”
Pikirannya masih berkabut, bayangan pekat dari bulu mata yang lebat menutupi pandangannya. Dua sosok samar-samar mulai mendekati dirinya sendiri.
“Sudah bangun?” Topi baseball tak berusaha menutupi wajahnya dari tatapan perempuan itu, menyeringai dingin penuh ejekan. “Tak kusangka kau rela membayar tebusan jutaan untuk orang sembunyi-seperti ini.”
Sheng Youran tetap membisu. Tak ada permohonan ampun yang keluar dari mulutnya, hanya raut wajah dingin yang membeku.
Si rambut cepak geram dibuatnya oleh sorot mata itu.
Cewek nyebelin yang diikat dengan tali dan tak bersenjata ini berani melotot seperti itu.
Terlebih lagi, niat awalnya mencari jalur rezeki malah berubah jadi bumerang. Melepas atau menahan perempuan ini sama-sama akan membuatnya jadi sasaran intrik Ye Yunting.
Akhirnya cuma bisa mengandalkan uang tebusan dari aksi penculikan ini untuk kabur. Pikirannya jadi panas sendiri.
Mantan istri Mu Yibei, selingkuhan Ye Yunting……
Si rambut cepak mengusap hidungnya, sorot mata penuh pikiran jahat mulai mendekat.
“Kak Liu, cewek ini udah punya anak tapi masih terawat.” Senyumnya vulgar, tatapan pria ke perempuan yang tak tersamarkan. “Laozi belum pernah nyobain mantan wanita-nya Mu Yibei. Gak rela banget kalau dilepasin.”
Jantung Sheng Youran berdebar kencang.
Topi baseball melotot ke arahnya. “Lo ngapain? Mau mainin dia?”
Cun Bantou terkekeh-kekeh, menggosokkan kedua telapak tangannya, "Ada yang tidak boleh? Lagipula Mu Yibei tidak mungkin menemukan tempat ini... Lebih baik kita..."
"Apa kau ingin bunuh diri, mau mati demi kesenangan sesaat?" Topi Baseball lebih tenang, "Laozi hanya mau uang! Menyandera mantan istri Mu Yibei bisa ditukar nyawa dengan uang, kalau memperkosanya, mungkin dia tidak akan mudah mengalah."
"Cuma mantan istri, menurutku dia juga tidak peduli..."
Topi Baseball menampar kepalanya, memaki, "Bangsawan berparas sempurna yang bodoh nafsu birahi!"
Sheng Youran tetap diam, baru sedikit lega melihat Cun Bantou sementara mengurungkan niatnya.
Tapi ketika melihat sorot mata Cun Bantou yang belum menyerah, perasaan jijik merayap di sekujur tubuhnya.
Beberapa waktu kemudian, Topi Baseball menerima telepon dan keluar.
Belum lama pergi, pria bermata serigala itu mulai mendekatinya.
"Bangsat, Laozi pengin mencicipi wanita milik Mu Yibei." Pikiran ini membuat aura darahnya membara, "Sekalian mempermalukan Ye Yunting, dasar memaksa Laozi sampai begini..."
"Ye Yunting? Hubungan kalian dengan Ye Yunting apa?" Sheng Youran mendengar nama Ye Yunting merasa terkejut.
Tadinya mengira ini musuh Mu Yibei, ternyata juga punya kaitan dengan Ye Yunting?
Bermusuhan dengan keduanya?
“Jangan mendekat.” Kedua tangan Sheng Youran sudah dipelintir ke belakang kursi dan diikat erat dengan tali, dia berusaha tenang, "Kau akan menyesal melakukan ini..."
"Justru aku akan menyesal jika tidak menyentuhmu!"
Pria berambut pendek itu menyambar tubuhnya, dengan gesit merobek pakaian perempuan itu.
Ia mendekat sambil tertawa, kilau putih di hadapannya membuatnya tak bisa lagi mengontrol diri...
"Pergi kau, jangan sentuh aku!" Dia menggeliat gila-gilaan, telinganya dipenuhi tawa kasar pria yang semakin mendekat...
Tiba-tiba, suara Dung bergema.
Dalam pergulatan, tubuhnya bersama kursi terjungkal, belakang kepala kembali menghantam lantai keras.
Pria itu tertegun sejenak, saat mendekat ditemuinya perempuan itu sudah tak sadarkan diri.
Tentu saja belum mati...
Tapi untuk jaga-jaga, dia mengulurkan tangan memeriksa nafas hidungnya.
"Apa yang kau lakukan?!" Topi baseball bergegas kembali, menamparnya sambil berkata gemetar, "Cepat pergi sebelum nyawa melayang! Dasar bego masih mikir ngentod! Laozi bisa mati karena bodohnya kau!"
Pria itu kebingungan ditampar, "Apa... apa yang terjadi? Uangnya sudah didapat?"
"Cepat pergi! Mereka bergerak cepat. Tinggalkan perempuan ini. Bawa uang ke dermaga dulu..."
……
*
Suara Boom! mengguncang.
Gerbang bangunan pabrik ditendang terbuka.
"Di sini... Tuan Mu, Nona Sheng ada di..."
Suara Han Qi terputus saat bayangan tinggi besar itu sudah melesat ke depan.
"Mu Yibeu melihat perempuan tak sadarkan diri di lantai, bola matanya menyempit tiba-tiba, napasnya seakan berhenti bersamaan."
"Raut wajahnya langsung membeku, ujung alisnya seakan diselimuti es."
"Perempuan itu diikat bersama kursi terjatuh di lantai, pakaiannya tersobek..."
"'Youran, Youran!' Mu Yibeu melepaskan tali yang mengikatnya, mengangkatnya dari lantai."
"Baru saat itu dia melihat noda darah di belakang kepalanya..."
"Darah mengotori rambutnya, tak terlihat jelas kecuali disentuh—"
"Mu Yibeu memeluknya dengan satu tangan, menatap tangan satunya yang bergetar pertama kali melihat darah."
……
"'Lepaskan aku, lepaskan—'"
"Di kursi belakang mobil, Sheng Youran tiba-tiba tersadar, menyadari dirinya dipeluk seseorang, memberontak gila-gilaan seperti ingin mati."
"'Kau sadar? Luka—'"
"Sebelum Mu Yibeu selesai bicara, dia menjerit ingin kabur dari pelukannya, 'Jangan sentuh aku! Lepaskan, lepaskan aku!!!'"
"Dia mencengkeram kedua pergelangan tangannya, memaksakan perempuan itu dalam pelukannya, membentak, 'Ini aku!'"
"Mobil sedang melaju. Jika dibiarkan meronta seperti ini, siapa tahu cedera tambahan yang mungkin terjadi."
"Tapi reaksinya membuat jantungnya berdebar, mengingat pakaian yang tersobek tadi."
"Keparat-keparat itu!"
"'Sheng Youran, ini aku!'"
"Terbakar suara bentakannya, Sheng Youran perlahan tenang."
Dia tak bisa meronta-rona lagi, seluruh tubuhnya terkunci erat di tubuh pria itu.
Suara Napas Berat Mu Yibei semakin berat, lengannya memeluk erat gadis itu, celah giginya mengatup kencang, "Segera sampai di rumah sakit, semuanya akan baik-baik saja."
Mengira gadis itu menjadi tenang setelah mendengar suaranya.
Tapi saat dia menunduk melihat lagi, gadis itu sudah pingsan lagi.
*
Ai Ke'er menunggu di arena, Sanbao di sampingnya sudah berkali-kali melihat waktu di layar besar.
Diam-diam dia menarik lengan baju Ai Ke'er, berkata dengan wajah memelas, "Ibu baptis, ibu baptis, kenapa Paman Yibei belum datang juga?"
Ai Ke'er tak bisa menjawab, "Ini..."
"Bukannya katanya Paman Yibei akan segera datang, dia mau lihat kakak dapat penghargaan? Tapi, waktunya hampir habis, pertandingannya sudah selesai!" Suara Sanbao yang kekanak-kanakan itu bernada panik.
Ai Ke'er menghela napas, sudah satu jam berlalu, kenapa Mu Yibei belum juga datang? Bukannya sudah janji?
Dia tak tahu perasaan apa di hatinya, jangan-jangan dia benar-benar tidak suka anak-anak.
Tapi di sisi lain, apakah ini membuktikan Sheng Youran masih sangat penting di hatinya?
Perempuan itu hilang tak tentu rimbanya, dia takkan berhenti sebelum menemukannya.
Ai Ke'er menunduk, membelai kepala Sanbao, emoji memelas itu membuat hatinya meleleh, hampir tak sabar ingin segera menculik Mu Yibeu dan menyerahkannya pada gadis kecil itu.
“Mungkin macet…” dia menduga, “Kota Suci memang rawan macet. Dulu saat ibu baptis kerja di sini, tiap hari macet dan sering terlambat…”
Sanbao menghela napas, “Sebenarnya, apa Paman Yibei sangat sibuk?”
“…” Ai Ke'er merasa tak tega, “Aku akan telepon lagi, kamu tunggu sebentar.”
Sanbao menghapus hidungnya, seolah mempertimbangkan sendiri, lalu berkata tegar, “Ibu baptis, aku sudah berpikir. Lebih baik jangan buru-buru. Kalau Paman Yibei ada waktu, dia pasti datang. Kalau tidak, jangan ganggu dia.”
“Tapi kan kamu sangat ingin dia datang?”
“Aku memang sangat ingin Paman Yibei datang. Tapi kalau aku terlalu sering mengganggu kesibukannya, nanti dia tidak menyukaiku lagi.” Sanbao berkata dengan serius.
Ai Ke'er tanpa bicara lagi langsung mengeluarkan ponsel.
Bagaimanapun juga dia tidak boleh mengecewakan Sanbao. Jika Mu Yibeu yang mencari orangnya sendiri mungkin masih bisa dimaklumi, tapi kalau tidak, masak iya dia tega meninggalkan dua anak yang kehilangan ibu di sini?
Baru saja mengeluarkan ponsel, Ai Ke'er langsung melihat panggilan masuk dari Joe Shaojing. Dia segera mengangkat.
“Kenapa Mu Yibeu belum datang juga!” Begitu tersambung, dia langsung bertanya tak sabar, “Acara penghargaan hampir dimulai.”
Yang lebih dia khawatirkan tentu kabar Sheng Youran, tapi melihat ekspresi Sanbao yang memelas di sampingnya, dia tidak berani menanyakan sepatah kata pun.
Jika mereka tahu sang ibu menghilang, tidak bisa dibayangkan.
Joe Shaojing kali ini tidak bercanda. Terdiam sejenak, “Aku hampir sampai. Aku yang menjemput kalian.”
“Apa yang terjadi?” Ai Ke'er secara naluri merasa ada sesuatu yang tidak diinginkan.
“Yibei mendapat kabar di perjalanan, Sheng Youran sudah ditemukan... Sekarang, di rumah sakit.”
Ai Ke'er: “……”
Di dalam rumah sakit.
“Tidak ada bahaya nyawa, ini bisa dipastikan. Tapi masih dalam operasi. Menurutmu apakah kita harus menyembunyikan ini sementara dari mereka, tunggu beberapa hari sampai kondisi Sheng Youran membaik baru diberitahu, biar mereka bisa menjenguk?”
“……” Ai Ke'er tak bisa mengeluarkan kata.
“Maksudku, penampilannya mungkin akan menakutkan anak-anak. Kepalanya terluka, darah mengalir deras...”
Ai Ke'er berdiri, berjalan beberapa langkah menjauh, baru berbicara setelah melihat Sanbao di kejauhan, “Pendarahan di kepala benar-benar tidak masalah?”
“Harus tunggu dokter keluar dulu, sekarang masih tak sadarkan diri.” Joe Shaojing berbicara sambil menyetir, “Aku antar kalian ke hotel dulu. Nanti aku yang jaga mereka, kamu pergi ke rumah sakit, ya?”
Ai Ke'er sudah mulai kehilangan akal sehat. Membayangkan kondisi Sheng Youran yang berlumuran darah saja sudah tak tega, apalagi memperlihatkannya pada dua anak itu.
Ia segera mengangguk, “Baik, aku... aku akan cari alasan lagi. Akan kucoba sembunyikan dari mereka dulu...”
Menutup telepon, kembali ke kursi.
Mata Sanbao membelalak lebar, berbinar-binar penuh kecemasan, “Apakah... itu Ibu?”
"Ai Ke'er dengan cepat menenangkan diri, 'Tentu saja tidak, tapi ada hubungannya dengan ibumu. Paman Yibei ada urusan mendesak yang harus ke luar negeri, kamu tahu kan Paman Yibei sangat sibuk? Dia sangat membutuhkan penerjemah, jadi ibumu ikut pergi bersamanya. Dua hari ini mereka tidak akan ada. Tapi setelah pulang, mereka akan menjemput kalian. Bagaimana kalau dua hari ini ibu baptis mengajak kalian main di sini?'"
Sanbao terlihat tertegun, "Ibu... bersama Paman Yibei?"
"Iya, kan kamu sangat suka Paman Yibei? Ibumu bekerja sebagai penerjemah untuk Paman Yibei, kamu tidak senang?"
"Hebat!" Sanbao langsung bertepuk tangan, "Kalau ibu suka Paman Yibei, aku bisa menyerahkannya! Apakah Paman Yibei akan menyukai ibu?"
Jika Paman Yibei menyukai ibu, apakah itu berarti dia mungkin akan menjadi Ayah mereka!
Ai Ke'er menghela napas lega.
Kalau tidak menyebut nama Mu Yibeu, sulit sekali membohongi anak ini.
"Ibumu dulu pernah tinggal bertahun-tahun di sini. Bagaimana kalau ibu baptis mengajak kalian mengunjungi tempat sekolah ibumu dan ibu baptis dulu?"
Setelah berhasil menenangkan Sanbao, pertandingan juga hampir memasuki pengumuman hasil.
Tanpa kejutan, pertandingan terakhir tidak bisa mengejar poin. Erbao memenangkan juara pertama.
Saat Joe Shaojing memasuki arena, sorak-sorai penonton memenuhi ruangan.
Anak itu memang memenangkan juara pertama, tapi tidak menampilkan wajahnya di acara penghargaan.
Sayangnya karena beberapa sampah, membuat Ayah dan Ibu-nya tidak bisa menyaksikan langsung.
Penyesalan ini harus ditutupi di masa depan.
Tiba-tiba dia teringat ada yang sedang mengutak-atik tim, berusaha merekrut orang dari sini.
*
Sheng Youran terbangun dalam bunyi di di peralatan medis.
Hanya langit-langit putih yang memenuhi pandangan.
Dengan susah payah dia mengedipkan mata, mengarahkan tatapan ke sekeliling.
Ruang rawat inap dengan tata ruang yang familiar, meski sudah enam tahun lebih, dia masih mengingatnya jelas.
Sheng Youran bertumpu pada lengannya, berusaha mengangkat diri.
Di otaknya terpampang adegan terakhir sebelum pingsan: pria itu hendak... padanya.
Hawa dingin merembes dari dalam tulangnya, membekukan hati.
Lalu?
Apa yang sebenarnya terjadi setelah itu?
Dia tak berani merenung lebih dalam, kondisi tubuhnya gemetar tak terkendali.
Pintu gerbang ruang rawat inap tiba-tiba terbuka.
Seorang pria berbaju trench coat hitam bergegas masuk.
Wajahnya bagai terpahat sempurna dengan fitur wajah kontur, kegantengan yang tak wajar bagi manusia biasa, siluet dingin dan keras seakan memancarkan aura tak tersentuh di sekujur tubuhnya.
Tatapannya berpendar sekeliruk saat bertemu sorot matanya.
Saat dia ragu-ragu hendak terus bangun, pria itu mendekat, suaranya datar: "Tidur, jangan bergerak."
Sheng Youran masih sedikit gemetar, terutama saat melihatnya.
Di wajah pucatnya, terpancar kekagetan yang menyeluruh.
