BAB 282 Perempuan yang Layak Dihukum
“Makan dengan sangat gembira……”
Sorot mata Mu Yibei melewati kilasan warna aneh yang sangat samar, segera kembali normal.
“Dia makan dengan senang atau tidak, apa urusanmu.”
Joe Shaojing mendengus pendek, “Jangan overthinking. Dia murni bangga karena putranya bernilai 8 juta, tidak ada hubungannya sedikitpun denganmu.”
Raut wajah Mu Yibei semakin gelap, suaranya dingin, “Tidak ada hubungan denganku? Bisakah dia melahirkan sendiri?”
Joe Shaojing: “……”
Benar-benar absurd, menyumbang sperma saja bisa dianggap sebagai kontribusinya sendiri.
“Hei, aku kasih tips.” Joe Shaojing teringat dialog absurd Sheng Youran dan Ai Ke'er tadi, tiba-tiba berbaik hati.
“Tidak perlu.” Mu Yibei cepat-cepat menuruni tangga, bahkan malas menoleh.
“Kurasa dia sangat suka uang dan orang yang bisa menghasilkan uang. Apa dulu kamu memberinya terlalu sedikit? Hartamu seabrek itu buat beli peti mati? Tidak bisa lebih dermawan? Wajar dulu dia menolakmu, menikah dengan keluarga elite tapi harus kerja keras jadi penerjemah kecil di perusahaan suaminya... Lebih baik punya putra penghasil 8 juta.”
Mu Yibei cih dengan sinis.
“Dan, apa kamu memberi dia ilusi?” Joe Shaojing mengganti taktik melihatnya tak tertarik, “Membuatnya mengira kamu tahu segalanya, tetap akan melepas dia beserta putra-putrinya pergi?”
Mu Yibei berhenti, melirik dengan suara datar dan kalem, “Dia bilang apa?”
“Tidak bilang apa-apa. Aku lihat dia sangat senang Erbao menang hadiah, mungkin merasa urusan membesarkan anak jadi lebih mudah. Apa dia pikir kamu bahkan tak mau beri uang tunjangan? Yibei, sepelit apa sih kamu dulu?”
Mu Yibeu terdiam sejenak, ekspresinya tak terbaca.
Dengan senyum tipis di bibir, dia melanjutkan langkah ke bagian rawat inap.
"Perempuan masih lebih penting ya?" Joe Shaojing berhenti berjalan, suaranya terdengar malas, "Aku tahu wajar kamu membencinya, tapi tolong jangan bawa emosi pribadi ke anak baptisku. Kalau mau jadi ayah, pura-puralah jadi keluarga harmonis."
Joe Shaojing merasa perkataannya tidak masalah.
Mengaku sebagai ayah baptis kenapa? Ai Ke'er bisa jadi ibu baptis, masa dia tak boleh jadi ayah baptis.
Tiba-tiba dia menggaruk hidung, merasa ada yang tak beres.
Sial, siapa sih yang mengotori makna suci istilah "ayah baptis" ini?
*
"Oke, baik. Tapi aku mau bicara dulu dengannya." Sheng Youran memegang ponsel sementara Ai Ke'er mengupas buah untuknya, "Aku tahu, akan kupikirkan. Ada urusan beberapa hari ini, nanti kita bicara lagi. Ayahnya?"
Pertanyaan tak terduga dari staf klub membuatnya tertegun.
Pertanyaan wajar: Ibu sibuk beberapa hari ini, apa ayah juga sibuk?
Urusan sebesar ini tak bisa terus dibicarakan dengan anak berusia beberapa tahun.
“Benar, apakah Ayah dari anak Sheng Youran punya waktu? Saya lihat dia sendiri juga punya minat, dan anak ini sangat cerdas. Sebenarnya kami sudah hampir sepakat dengannya. Tapi Anda tahu hukum, sebaik apapun kesepakatan, tetap butuh tanda tangan wali.”
Sheng Youran mendengar ini sungguh merasa anaknya dibodohi. Andai bukan karena hukum yang mewajibkan anak di bawah umur butuh wali untuk menandatangani kontrak, mereka mungkin sudah langsung mengelabui anaknya untuk menandatangani.
“Hampir sepakat dengan anak beberapa tahun, hanya butuh tanda tangan orang tua? Perusahaan apa ini yang tidak bisa diandalkan, sampai tega menipu anak kecil?”
“Bukan, Anda salah paham. Sebenarnya kami tidak...”
“Tak perlu jelaskan. Sepakat apapun percuma. Kontrak ini saya yang menentukan. Selama saya belum datang, kalian tunggu saja. Klub bukan cuma punya kalian. Lagi pula anak saya masih kecil, tak perlu buru-buru tanda kontrak.”
“Tidak-tidak, kami juga tidak terburu-buru. Hanya saja dia baru saja menang penghargaan, sedang jadi topik terpanas di komunitas game. Jika bisa menandatangani kontrak di puncak popularitas ini, akan lebih baik untuk karir profesionalnya... Benarkah Ayahnya tidak punya waktu?”
Sheng Youran mendengar kalimat ini sampai muak, bolak-balik hanya membahas Ayahnya.
“Walinya adalah saya! Urusan Anda dengan siapa Ayahnya?! Ayahnya juga tidak mungkin menandatangani kontrak dengan kalian. Suruh anak saya angkat telepon!”
Telepon diserahkan ke tangan Erbao.
Petugas yang tadi berbicara berbisik ke rekan di sampingnya, “Ibunya bilang, Ayahnya tidak mungkin menandatangani kontrak dengan kita...”
"……" Erbao mendengar kalimat itu, melirik dengan aneh, lalu menjawab telepon, "Ibu, bukankah aku tidak punya Ayah? Apakah Ibu membohongi mereka?"
"……" Sheng Youran menopang kepala yang pusing, merasa lelah mental, "Erbao, Ibu tidak sempat melihatmu menerima penghargaan, apakah kamu akan marah pada Ibu?"
"Ibu bisa melihat rekamannya! Mereka punya rekaman, lain kali kita tonton bersama."
"Baik, Ibu akan menontonnya bersamamu setelah pulang."
"Aku juga mau bicara dengan Ibu." Telepon segera dialihkan ke Sanbao, suara anak kecil yang manis berkata, "Ibu, apakah Ibu sedang urusan kerja bersama Paman Yibei?"
"……Iya." Sheng Youran menjawab dengan tidak natural.
"Bagaimana hubungan kalian berdua?" Sanbao penasaran dan bergosip, "Apakah Paman Yibei baik, tampan, apakah Ibu mulai menyukainya?"
Sheng Youran memandang Ai Ke'er dengan penuh dendam, alasan yang dibuatnya ini benar-benar...
"Dia... dia..." Ia gagap, "Biasa saja."
"Tidak begitu Ibu, dia berbeda dengan orang lain. Jika bahkan Paman Yibei tidak Ibu sukai, Ibu bisa jadi perawan tua, tahu tidak?" Sanbao panik sebentar, tapi segera menghibur diri, "Kalau begitu jangan terlalu dingin, mungkin perlahan-lahan Ibu akan menyukainya. Jika tetap tidak, tolong jaga dia untuk Sanbao sampai aku besar nanti..."
“！！！”
"Ibu, intinya Paman Yibei pasti akan masuk ke buku keluarga kita suatu hari nanti."
“Sheng Youran menekan titik antara alisnya, \"Xingbao, jangan merenung dan berpikir kacau. Kamu ingin punya Ayah, Ibu tahu. Masalah ini kita atasi perlahan ya, jangan lihat siapa yang tampan langsung ingin dimasukkan ke buku keluarga kita. Di dunia ini banyak pria tampan, bukan cuma Mu Yibeu. Nanti kalau sudah besar kamu akan tahu, dulu pengetahunmu terlalu sempit. Baik-baik, berikan telepon ke Kakak.\"”
Lelaki yang sudah berdiri di depan pintu setengah hari, raut wajahnya langsung mendung seperti akan hujan.
Pengetahuan terlalu sempit?
Sekarang pengetahuannya sudah berbeda?
Begitu menipu putri kandung sendiri, kalau bukan karena dia sekarang terbaring di rumah sakit, pasti sudah diberi pelajaran langsung.
Perlu dihukum.
\"Erbao, masalah kontrak ini...\"
\"Mami, apakah Paman Yibei ada di sebelahmu?\"
\"!!\" Sheng Youran hanya ingin memeluk kepalanya, racun apa yang sudah dituangkan pria itu ke anak-anaknya.
Dua baby-nya bukan anak yang tidak pernah melihat dunia, biasanya juga tidak pernah bersikap mesra seperti ini pada sembarang orang.
Bagaimana dia bisa membuat mereka menyebut-nyebut namanya terus padahal tidak tahu garis keturunan sebenarnya?
Putranya yang biasanya bersikap dingin ini!
\"Jangan sebut namanya di depan Ibu, tidak tahu! Pokoknya urusan kontrakmu ditunda dulu, tunggu Ibu pulang. Kamu masih kecil, buru-buru apa? Sekarang yang penting sekolah, bukan main game. Hanya ini! Kalau besok masih sebut nama ini, Ibu marah!\"
Dengan tegas menyelesaikan telepon itu, Sheng Youran menunjukkan ekspresi putus asa.
Ai Ke'er menyeringai, menyodorkan apel, "Sekarang kamu tahu kenapa aku menyebut Mu Yibei baru bisa mengendalikan mereka berdua. Mau tidaknya kamu menerima takdir?"
Pria di depan pintu beberapa kali berniat mendorong pintu kamar, tangannya masih mencengkeram pegangan pintu tanpa bergerak.
Mendengar kalimat ini, langkahnya kembali berhenti.
"Jangan!" Sheng Youran saat ini sedang marah, otaknya dipenuhi kekacauan. Anak yang ia besarkan sejak kecil, mulutnya tidak berhenti menyebut Mu Yibei. Jika nanti tahu siapa dirinya sebenarnya, mungkin langsung akan meninggalkannya.
"Tidak mau makan, hilang selera. Aku mau tidur!" Dia menarik selimut dan membalikkan badan.
Mu Yibei dengan wajah muram, kelima jarinya mengeras menahan amarah.
Bagus, wanita yang layak dihukum ini!
Hanya tanda tangannya yang dianggap sah?
Terlalu sederhana pemikirannya!
*
Perjamuan kecil di hotel sedang berlangsung dengan meriah.
Erbao mengenakan setelan jas kecil yang pas, memandang paman yang sangat tertarik padanya.
"Yakin ibumu benar-benar seorang penerjemah dengan gaji bulanan tak sampai lima digit?" Wen Ruohan mengatupkan bibirnya sambil meneguk arak, "Keluarga miskin, orang tua tunggal, hidup sengsara..."
Bagaimana dilihat pun tidak mirip!
Penampilan fisik tak usah dibahas, auranya langsung menghabisi semua bintang cilik dan anak-anak yang besar di keluarga besar yang pernah ia lihat.
Terlihat jelas sebagai bangsawan, dengan sengaja ia mengadakan jamuan malam permainan yang begitu mewah, tapi sama sekali tidak membuatnya gentar.
Wen Ruohan meletakkan cawan anggur, tersenyum tipis sambil menyelidik pakaiannya. "Anak kecil jangan berbohong. Baju yang kau pakai ini bisa menghasilkaan gaji setahun untuk ibumu."
"Paman, ini bukan bajuku." Erbao menjawab dengan tenang. "Ini dibelikan pamanku yang taiko. Katanya aku tidak boleh pakai baju Astro Boy kesini."
"...Paman taiko?"
"Kenal dari game, pernah transaksi gelap beberapa kali." Erbao tak tergesa. "Dia sangat kaya, ikut main game cuma demi ngejar cewek."
Oh begitu rupanya.
Mata Wen Ruohan masih mengamati dirinya dari ujung kepala sampai kaki.
Entah kenapa, anak ini bukan hanya beraura mencolok, tapi juga punya kesan familiar yang sulit dijelaskan.
Pernah bertemu?
Pasti belum.
Menarik. Dia datang langsung untuk merekrut bintang baru di dunia game ini, tapi sepertinya orang tuanya tidak tertarik.
Sementara si anak sendiri sejauh ini hanya bicara soal uang.
Jangan-jangan terlalu miskin?
"10 juta." Wen Ruohan memutar gelas anggur di jarinya. "Bisa buat ibumu langsung terbang kesini tanda tangan kontrak? Di mana pun dia dinas, apa 10 juta masih kalah penting dari gaji lima digitnya? Bagaimana?"
Erbao seperti hanya mendengar angka. "Paman, kau meremehkan dedikasi ibuku pada pekerjaannya."
“Setahun!” Wen Ruohan mengangkat alis, gelas di tangannya berhenti sebentar, “10 juta setahun, Ibu tidak tertarik?”
Tentu saja, dia seorang pebisnis, di komunitas game belum ada nilai setinggi ini.
Bagaimanapun, usulan ini belum tentu menjadi harga akhir penandatanganan.
Bahkan jika harganya benar seperti ini, dia pasti akan memberikan banyak klausul ketat.
“Paman.” Erbao mengambil sebuah ceri, melemparkannya ke mulutnya sendiri, berbicara perlahan, “Ibuku selain bekerja, juga harus pacaran. Paman tambahkan beberapa nol lagi di belakang, dia tetap tidak akan segera kembali.”
