"Bab 303 Nyonya Mu, Selamat Pagi"
"Mu Yibei menatap wajahnya dengan senyum sinis."
"『Bisa kuberitahu dia ini keinginanku sendiri, agar dia tak usah ikut campur.』 Sheng Youran meletakkan garpu,『Tentu, jika kamu tak mau aku bertemu dengannya sendirian, bisa di hadapanmu.』"
"Jari Mu Yibei mengaitkan cangkir kopi, menyeruput lagi,『Kemauan sendiri, atau dipaksa?』"
"Pertanyaan retoris itu membuatnya ingin tertawa,『Dipaksa dengan sukarela?』"
"Melihat raut wajahnya yang semakin dingin, Sheng Youran segera menghentikan diri,『Kurasa pertanyaan ini tak bermakna. Dipaksa atau sukarela, tetap sebuah kebenaran kan?』"
"Mu Yibei berdiri, ekspresi muramnya menunjukkan keengganan melanjutkan topik ini,『Habiskan makanannya lalu pergi!!』"
*
Sheng Youran baru tahu saat dia memarkir mobil, ternyata hari ini adalah hari pertama mereka masuk sekolah.
Mobil baru saja sampai di depan pintu TK, sebuah mobil limusin berhenti dengan tenang tanpa terburu-buru.
Pintu mobil terbuka, dua anak dengan tas kecil di punggung turun.
"Mama!" Sanbao langsung melihat Sheng Youran, matanya penuh kegembiraan sambil berlari mendekat, "Mama benar-benar kamu, Sanbao sangat rindu, rindu sekali!"
Sheng Youran segera memeluknya, "Sanbao berat lagi, kalau begini terus Mama tidak kuat menggendongmu. Apa akhir-akhir ini makan banyak makanan enak? Snack kebanyakan lagi?"
Sanbao cemberut, "Mama... baru ketemu langsung bilang Sanbao kebanyakan snack, Ayah tidak pernah begitu..."
Mu Yibei dengan nada datar, "Makan snack kenapa? Gak kuat gendong ya jangan peluk."
Sheng Youran menarik sudut mulut: "......"
Menoleh melihat raut tidak senang di wajahnya, tidak tahu dia kenapa lagi.
Tapi selama ini, pertemuan dengannya memang tidak pernah disambut dengan wajah berseri, jadi sudah biasa melihat ekspresi seperti ini, pura-pura tidak melihat saja.
"Tidak boleh makan terlalu banyak makanan manis, ngerti tidak?" Dia memeluk Sanbao, bersikap serius, "Nanti jadi gembul, tidak ada anak laki-laki yang mau main sama kamu."
Anak-anak memang suka makan snack, tapi tidak boleh berlebihan, menurutnya itu pengetahuan umum.
Mu Yibei pasti hanya ingin menyenangkan Sanbao, mau makan apa saja diberi.
"Sanbao merintih sambil memeluk lehernya, "Ibu, kamu jahat."
Mu Yibei melirik sekilas ke Sheng Youran, "Kamu kurus kayak bambu terus mau bilang diri menarik?"
"Aku..." Sheng Youran tercekik sampai hampir tak bisa bicara, menatapnya dengan ekspresi kebingungan.
Ia mengerutkan alis, melihat ke Sanbao, "Serahkan anak itu padaku."
Dia agak ragu-ragu, sudah berhari-hari tak bertemu putrinya, kenapa harus memberikannya...
Mu Yibei mengangkat alisnya, "Tadi bukan ngeluh berat?"
"Ayah, peluk!" Sanbao dengan santai membuka kedua lengannya.
Sheng Youran pasrah menyerahkannya.
Lalu melihat Mu Yibeu menggendong Sanbao langsung menuju sekolah, sambil berjalan terdengar ucapannya, "Jangan dengar omongan ibumu, kamu tidak gemuk."
Sheng Youran: "..."
"Ibu." Erbao menyandarkan lengan sambil berdempetan dengan Sheng Youran, berkata dengan ekspresi serius sambil melihat kedua figur di depan, "Menurutku kalau begini terus, nanti Ibu pasti jadi yang jadi Black Face."
"Black Face apaan?"
"Bukannya orangtua kan biasanya satu jadi Black Face satu White Face?" Erbao mengangkat bahu pasrah, "Liat tuh Ayah keliatannya kayak Black Face tapi malah jadi White Face. Ibu, harusnya Ibu berusaha dong?"
Sheng Youran muram melihat punggung di depan, apa lagi yang bisa diperjuangkan.
Bilang ke Sanbao boleh makan snack sepuasnya buat balas dendam?
"Bagaimana kabar kalian belakangan ini?" Sheng Youran menggandeng Erbao berjalan menuju TK.
"Baik-baik. Laptop Ayah di rumah keren banget-banget."
Di hati Sheng Youran terasa aneh, ternyata uang benar-benar bisa menggerogoti segalanya.
Bahkan hati anak-anak pun begitu mudah direbut.
"Apakah adikmu suka ribut sebelum tidur di malam hari?"
"Enggak," kata Erbao sambil melihat ke sekitar dengan santai, "Setiap malam sebelum tidur, Ayah selalu kirim SMS ke dia. Lagipula sekarang dia harus belajar tidur sendiri. Dia baik-baik, sudah cukup beradaptasi."
Sheng Youran merasa aneh, ternyata Mu Yibeu mengirim SMS padanya setiap malam.
Bola matanya berkedip, "Erbao, dia cuma kirim ke adik, tidak ke kamu?"
Erbao membuat ekspresi 'kamu kekanak-kanakan banget', "Aku tidak mau. Aku suruh dia jangan ganggu aku kalau tidak perlu."
“……”
"Ibu sudah sembuh? Ayah bilang Ibu sedang perawatan, kondisi tubuh tidak baik jadi kami tidak boleh mengganggu." Tanya Erbao penuh perhatian, "Tapi Ibu sebenarnya sakit apa?"
Sheng Youran terdiam sejenak. Sakit jadi tidak boleh diganggu?
"Ibu baik-baik saja, cuma agak pusing."
"Oh begitu. Ibu istirahat yang cukup ya. Kami masuk TK, baru akan ganggu Ibu malam nanti."
Masuk ke area TK, dia menggandeng Erbao mengikuti Mu Yibeu menuju kantor kepala sekolah.
Sebelum masuk sudah terlihat kepala sekolah dengan ekspresi tersanjung, hampir ingin menjadikan Mu Yibeu tamu kehormatan.
“Tuan Mu bisa tenang, Nona Mu dan Pangeran Kecil pasti akan mendapat perawatan terbaik di sini.” Kepala TK tersenyum lebar, lalu melihat Sheng Youran masuk sambil menggandeng seorang anak laki-laki. Senyumnya langsung berubah jadi lebih menjilat, “Ini pasti Nyonya Mu? Selamat pagi, Nyonya Mu.”
Sheng Youran diam saja, melirik Mu Yibei yang tak membantah.
Sudah lama dia tidak mendengar panggilan itu.
Tapi sekarang panggilan itu hanya demi dua anak ini.
“Silakan duduk Nyonya Mu, minum teh.” Kepala TK sendiri yang menuangkan teh dan menghidangkannya.
“Terima kasih.” Sheng Youran menerima cangkir itu.
Kemudian kepala TK menjelaskan fasilitas TK, aturan sehari-hari, serta berbagai kelas ekstrakurikuler.
Setelah penjelasan selesai, Mu Yibei mengangguk.
“Jika Tuan dan Nyonya Mu tidak ada pertanyaan, saya akan antar mereka ke kelas.”
Sanbao memeluk lengan Sheng Youran, menempel erat pada mamanya. Matanya yang bulat menatap penuh harap, “Mama, nanti jemput Sanbao pulang sekolah ya?”
“Tentu.” Sheng Youran mengelus kepala putrinya sambil tersenyum, tak peduli dengan ekspresi Mu Yibei.
Kalau sudah berjanji langsung di depan anak, pasti dia tidak akan berani protes.
“Mama harus rajin perawatan ya, Sanbao akan jadi anak baik.” Genggaman kecilnya semakin erat, “Nanti Papa dan Mama jemput bersama, boleh?”
“Dia sibuk.” Jawab Sheng Youran tanpa pikir panjang.
Juga sama sekali tidak melihat pria di sebelahnya yang langsung mengerutkan alis.
"Baiklah..." Sanbao berkata kecewa, "Aku akan baik-baik, Ibu pasti akan cepat sembuh kan."
"Iya, aku sudah jauh lebih baik."
"Kalau begitu, Ibu, saat aku SMS Ayah, Ibu jangan marah ya." Sanbao berbicara dengan penuh pengertian.
Sheng Youran tertegun, kapan dia pernah marah?
Alis Mu Yibei semakin berkerut, wajahnya menunjukkan ekspresi tak nyaman.
Saat hendak berkata sesuatu, Sanbao lebih dulu bersuara lembut, "Ibu, setelah Ibu punya adik ipar, baru aku tidur dengan Ibu lagi. Ibu juga harus baik-baik ya!"
Kalimat itu membuat raut wajah Sheng Youran membeku.
