Bab 309 Bajingan, Tak Ada Batas Bawah!
"Hanya menipunya." Wajah Sheng Youran memerah, tak menyangka benar-benar didengarnya.
Dia tahu kalau ucapan seperti ini terdengar olehnya, mungkin akan menunggu ejekan dingin lagi.
Mengatupkan bibir, dia berdiri, "Lebih baik aku periksa Sanbao, aku tidak tenang membiarkannya bersama pria asing."
"Dia tidak bisa dianggap asing."
"Oh ya?" Sheng Youran tidak menoleh, sengaja bertanya balik, "Lalu kenapa dia pasti mati?"
Dari belakang datang kesunyian yang pekat.
"Dia hanya mengucapkannya sambil lalu, tidak benar-benar berpikir Mu Yibei akan mempermasalahkan hal ini."
Dengan kata lain, bahkan jika dia benar-benar mempermasalahkannya, itu tidak berarti apa-apa.
Antara itu cuma pura-pura, atau keinginan posesifnya yang memang tidak pernah berubah.
Sesuatu yang dianggap miliknya, meski sudah tidak diinginkannya, tetap tidak suka disentuh orang lain.
Saat Sheng Youran hendak melangkah, terdengar suara cih ringan dari belakang.
"Kemarilah."
Sebenarnya dia ingin keluar, suara itu membuatnya ragu-ragu.
"Sheng Youran, kamu yang bilang mau menerima semua syaratku. Aku menyuruhmu kemari, mengapa tidak datang?" Suara Mu Yibei saat ini tidak memiliki daya rusak, santai seolah kepergiannya memang tidak masalah.
Dia berbalik badan, kedua tangan masuk ke saku jaket, bertanya seolah biasa. "Ada perlu apa?"
Mu Yibei perlahan menutup kelopak mata, menunjuk bahunya. "Pijatkan bahuku."
Sheng Youran: "!!!"
"Kemarin duduk terlalu lama di pesawat, bahuku sakit. Tadi juga menggendong putri cukup lama."
Hampir tertawa geli, dia berkata, "Aku yang memijitmu?"
Mu Yibei bersandar malas di bangku, sorot matanya mengintip. "Tidak boleh?"
Dadanya sesak, dengan enggan dia mendekat, raut wajahnya menunjukkan tingkat kesabaran yang hampir habis.
"Jangan buat ekspresi seperti itu." Matanya kembali terpejam. "Kalau Erbao keluar dan melihat, dia akan mengira hubungan kita sangat baik."
"Lalu aku harus bersyukur bisa memijitmu?"
Dia mengerutkan alisnya sedikit, “Aku tadi memandikanmu dengan sabar. Sekarang hanya memijat bahuku, kok kamu banyak bicara?”
Masalah tadi lebih baik tidak diungkit lagi, begitu disebut malah bikin dia ingin memukul seseorang.
Setelah membuatnya setengah mati lalu dibawa ke kamar mandi, meski tidak melanjutkan apa-apa, tapi mulutnya seolah tak bisa diam.
Mandi ya mandi, dirinya sendiri bisa melakukannya. Tapi dia malah memaksa melihat ekspresi malunya yang memuncak, seolah itu membuatnya senang.
Sekarang berani-berannya bilang kalau dia sabar.
Sheng Youran memang kesal, tapi selama masih dalam batas toleransi permintaannya, dia tak bisa menolak.
“Cepat.” Matanya masih terpejam, tak melihat kedua tangannya yang sudah terangkat, hanya mengerutkan kening mendesak.
Tangan lembutnya menyentuh bahu lelaki itu.
Dengan gerakan kaku, dia memijat beberapa kali.
“Terlalu ringan.” Bibir tipisnya bergerak, mengeluarkan dua kata.
Sheng Youran menggigit gigi, tiba-tiba mengerahkan tenaga, sepuluh jarinya menekan keras ke bahunya.
Mendengar suara erangan tertekan darinya.
Refleks dia mengendurkan tekanan, bersamaan dengan sorot mata yang terbuka.
“Kusuruh pijat bahuku malah ingin membunuhku?” Suara Mu Yibei menggema sambil menarik perempuan di sampingnya ke pangkuan, pinggangnya dikunci erat. “Melampiaskan kemarahan dengan cara ini? Hah?”
"Sheng Youran sangat marah, "Maaf aku tidak profesional, kau sekali merasa ringan sekali merasa berat, aku benar-benar tidak bisa menguasai tekanan ini. Jika kau merasa tidak puas, telepon saja, dalam setengah jam akan ada Nona pijat datang ke sini, semua layanan tersedia."
Dia meronta keras, tapi tidak bisa melepaskan diri, malah bibir tipisnya semakin mendekat, berbisik rendah, "Aku tidak suka perempuan sembarangan menyentuhku, baru pertama kali kau tahu? Lagipula, bukankah sudah ada yang siap di sini, sama-sama menyediakan semua layanan?"
"Lepaskan atau tidak." Sheng Youran bahkan kedua tangannya terkunci di belakang pinggangnya, wajahnya dipenuhi amarah tapi tak berani berteriak, "Tidak lihat ini pintu kaca? Bisakah kau melihat situasi, kau tak tahu malu aku masih punya malu."
Mu Yibei matanya berkilau dingin, mengaitkan bibirnya, "Kau ketagihan memaki ya?"
Dia menutup bibir diam.
Sejujurnya, sumpah serapahnya hari ini lebih banyak daripada total sepanjang waktu dia mengenalnya.
Mu Yibei melihat taring yang langsung ditariknya, wajah kecilnya yang kesal menunjukkan kesulitan yang tak terucapkan.
Nada bicaranya melunak sedikit, bibir tipisnya mendekati pipinya, "Mulutmu yang tak bisa diam seharusnya bukan cuma untuk memaki kan?"
"......" Bajingan, tak ada batasan!
Dia memejamkan mata kuat-kuat, wajah berpaling ke samping.
Penampilannya persis seperti perempuan baik-baik yang digoda, penuh aura kesucian.
"Takut apa, kalau ada yang masuk bukankah mereka akan tahu diri langsung pergi?"
Sheng Youran mengerutkan alisnya lebih dalam, "Kamu menyebalkan, maunya apa sih. Pokoknya aku tidak akan pijat bahu, kalau tidak puas tahan saja."
"Aku mau layanan lain." Katanya pelan.
"Tidak boleh." Sheng Youran mengangkat nama Erbao, "Punya malu sedikit, Erbao masih harus latihan di sini lama. Mau jadi apa reputasinya nanti kalau kamu begini?"
Ucapan ini tampaknya berefek sedikit. Ia memeluknya tanpa melakukan apa-apa, juga tidak berbicara.
Dia tidak tahu apakah dia sudah menyerah, atau sedang mempertimbangkan.
"Turunkan aku, aku tidak mau duduk di pangkuanmu."
Mu Yibei melirik kemerahan di wajahnya, "Dua orang duduk nganggur di sini? Tidak membosankan kah?"
“……”
"Lagi pula tidak melakukan apa-apa, wajar kalau kamu tidak malu."
Sheng Youran benar-benar jengkel, berharap gegar otaknya belum sembuh sehingga tidak perlu terjebak setelah semalam tidur dengannya.
"Jangan bergerak, aku agak mengantuk."
Saat menunduk lagi, dia merasa seperti boneka besar.
Kepalanya bersandar padanya, langsung menutup mata.
Dengan duduk kaku, dia tak berani bergerak. Baru saat merasakan genggaman di pergelangan tangan mengendur, dia mencoba melepaskan diri.
Tangannya dipelintir ke belakang terasa sakit.
"Sudah kubilang jangan bergerak." Tanpa peduli tangannya, dia memeluknya kembali, "Aku belum tidur 10 jam total dalam beberapa hari ini, semalam sampai tengah malem menyuapimu. Jangan kira aku tidak lelah."
Logika ini membuatnya tercengang, apakah ini salahnya?
Meski kesal setengah mati, dia tetap diam bersandar di dadanya.
“Ahem.” Setelah hampir 30 menit, Sanbao kembali bersama Wen Ruohan.
Sang putri menggigit lolipop di mulutnya, memandang dengan puas dan ikhlas melihat ibunya dipeluk ayahnya persis seperti dirinya tadi.
Wen Ruohan melihat gambaran di depan mata, sangat ingin memotret dan mengirimkannya ke semua orang yang mengenal Mu Yibei.
Biar mereka yang meragukan orientasi seksualnya karena menolak perempuan-perempuan yang dikirimkan itu melihat sendiri.
Hal mesra di tempat umum saja tidak bisa dia lakukan, tapi dia sama sekali tidak merasa canggung.
"Paman Wen, pantas saja kau ingin punya pacar. Melihat ayah dan ibuku begitu, pasti kau tersiksa ya?"
