Bab 316 Tuan Mu Ingin Membooking Seluruh Tempat
Aroma segar dari kemeja pria itu menyebar mengelilingi, membuatnya merasa seperti terkepung.
Sheng Youran mengatupkan bibir, meski sudah lama……
Tapi mulutnya masih terasa sedikit kebas.
Hanya suara keyboard jernih yang terdengar, kedua tangan Mu Yibei sedang mengetik cepat sesuatu.
Sementara ia duduk di pangkuan Mu Yibei, seluruh tubuhnya terkurung dalam dekapan pria itu.
Sheng Youran menundukkan kepala, tinggi badannya meski duduk di atasnya, kepalanya hanya sampai di dadanya.
Setelah sekelirik, dia mengangkat wajah, dari panel jam di pergelangan tangannya melihat waktu sudah pukul empat dua puluh.
"Tunggu sebentar." Suara berat yang tenang terdengar dari atas, "Aku masih ada urusan."
"Oh." Jawabannya sangat pelan, tetap duduk di atasnya tanpa bergerak.
Detak jantung Sheng Youran berdegup kencang, punggungnya menempel pada dadanya yang hangat, suhu mengalir melalui kemeja tipis.
Dia mengangkat kepala, tepat melihat tiga perempat sisi wajahnya.
Sorot mata yang dalam dan serius, hidung yang tinggi, bibir tipis terkunci membentuk garis tajam, fitur wajah yang sempurna hingga ekstrem.
Pandangannya yang suram tertuju pada layar laptop, wajah dingin yang tegas, sama sekali tidak terlihat seperti sedang bekerja sambil menggendong perempuan di pangkuan.
Sejenak, tatapannya beralih, sambil mengetik keyboard, bibir tipisnya bergerak, "Jam berapa?"
"Empat dua puluh lima."
Diam lagi beberapa detik, terdengar ketukan terakhir pada keyboard.
Diikuti suara laptop yang dimatikan.
Mu Yibei kedua tangan melepaskan keyboard, menunduk perlahan dan meletakkan tangan di pinggangnya, sorot mata sedalam tinta pekat yang tak terurai.
"Tidak mau turun?" Bisikan jernih yang rendah bergema di telinganya.
Sheng Youran segera ingin mendorongnya untuk berdiri, "Kan kamu yang melarangku turun."
Tangan di pinggang tiba-tiba mengencang, dia kembali terkunci erat oleh telapak tangan besar itu.
“Jangan cium aku…” Dia mengencangkan bibirnya, mengerutkan alis, memandang wajah tampan yang sangat dekat dengan kewaspadaan.
Sheng Youran merasa sedikit gugup di hati, dia tahu jika dia mencium lagi, tidak mungkin bisa keluar dalam waktu dekat.
Entah mengapa hari ini dia terus-menerus mengganggu, yang pasti saat ini seluruh wajahnya tertulis keinginan untuk memilikinya.
Pria itu menyeringai sinis, seolah sengaja menjatuhkan perkataannya, meraih dagunya dan langsung mencium.
“Mu Yibei, kamu… Waktunya tidak cukup.”
Suaranya melengking merespons, bibir tipisnya masih berkeliaran di wajahnya, “Aku akan menyuruh orang lain menjemput, ya?”
Hati Sheng Youran berdegup kencang, kemudian menggelengkan kepala.
Bahkan sejak awal dia tidak berharap dirinya akan mengantar-jemput mereka sekolah setiap hari.
Dulu tidak pernah, karena jam kerja tidak memungkinkan.
Sekarang, dia juga tidak berharap.
Hanya saja jika hari ini dia setuju, dia tidak akan bisa keluar.
Alis Mu Yibei berkerut sebentar, memalingkan wajahnya, mencium bibirnya dengan keras sebelum akhirnya berkata, “Rapikan bajuku.”
Sheng Youran menarik napas lega, setelah berdiri, asal merapikan kemejanya.
Wajahnya masih merah membara, terutama setiap kali jarinya tak sengaja menyentuhnya, seolah ujung jari terasa panas.
“Sudah, cukup begini. Kalau tidak puas rapikan sendiri.” Otaknya penuh kekacauan, satu-satunya keinginan sekarang adalah buru-buru keluar mencari udara segar.
Mu Yibeu menundukkan pandangan, memandangi kemeja yang masih berantakan hingga terkesan ambigu...
"Lebih baik kamu masuk dan ganti baju." Sheng Youran tidak berani langsung pergi, matanya menatap baju pria itu yang berantakan akibat cengkramannya sendiri - benar-benar memalukan untuk dilihat, apalagi bagi seseorang yang sangat memperhatikan penampilan seperti dirinya, "Aku tahu di ruang istirahatmu ada pakaian cadangan."
Dia membalas datar, "Kukira kau ingin aku keluar seperti ini."
“……”
Sheng Youran melemparkan tiga kata kesal, "Sinting."
Membiarkannya keluar dengan kondisi begitu, bukankah sama saja memberi tahu semua orang di luar apa yang mereka lakukan selama di dalam?
Terkadang kelancangan pria ini benar-benar mencapai level ekstrim.
Antara obsesi kebersihan yang sempurna, atau...
Mu Yibeu menyaksikannya pergi, sudut bibirnya melengkung sejenak sebelum memasuki ruang istirahat.
Di dalam lemari pakaian memang tersedia beberapa set pakaian rapi.
Ia memilih kemeja warna krem muda, saat mengancingi baju matanya beberapa kali menatap pantulan di cermin.
Setelah berganti pakaian, tangannya merapikan rambut yang berantakan akibat ulahnya tadi.
Baru setelah yakin penampilannya sempurna, ia keluar dari ruang istirahat.
Jarinya menekan nomor telepon, "Han Qi, pesankan restoran untuk malam ini. Sepertinya Joe Shaojing pernah menyebut restoran tengah danau itu, sekalian booking seluruh tempat."
"Restoran itu? Reservasi biasa saja harus dilakukan jauh-jauh hari, apalagi booking penuh. Lagipula, siang tadi Nona Xingbao dengar rekomendasi ayam goreng enak dari temannya - dia khusus tanya apakah bisa kuajak kesana sepulang sekolah..."
Mu Yibei berhenti sejenak, "Kau bawa dia pergi, restoran tetap kusewa khusus."
Han Qi: "......"
Apakah ini berarti tidak bermaksud membawa kakak-kakak kecil?
Setelah terkejut, Han Qi membuka mulut, "Tuan tenang, saya segera konfirmasi hal ini. Menyewa restoran saja, tidak ada tingkat kesulitan!"
*
Sheng Youran keluar dari kantor langsung menuju toilet. Ia membasuh wajah dengan air dingin, lalu menatap bayangannya di cermin. Kemerahan di wajahnya sudah sedikit mereda.
Bibirnya masih sedikit bengkak, bekas di leher meski sudah dicoba tutupi berkali-kali dengan bedak cair tetap tak bisa tertutupi sempurna.
Ia menarik-narik kemejanya yang nyaris tak bisa menutupi tubuh, masih samar terlihat.
Saat berbalik hendak keluar dari toilet, Feng Zhiru tiba-tiba berdiri di hadapannya.
"Nona Feng." Sheng Youran menghentikan langkah, berkata datar, "Ada perlu apa?"
Feng Zhiru wajahnya tegang, matanya tak berkedip memandanginya dari wajah hingga leher, mengamati dengan seksama.
Tatapannya menyempit tak sadar saat melihat perubahan-perubahan yang sebelumnya tak ada.
Meski sudah menduga wanita ini berlama-lama di kantor Mu Yibei berarti ada kemungkinan seperti ini.
Tapi hatinya masih berharap Mu Yibei bukan tipe pria yang sembarangan di kantor.
Tapi...
Feng Zhiru merasa dunia nyata baru saja menamparnya sekeras-kerasnya.
"Dia bukan terlalu tenang saat bekerja, dia hanya terlalu tenang di depan perempuan lain."
"Ada sedikit urusan." Setelah lama terdiam, Feng Zhiru tersenyum, suaranya masih manis dan lembut tanpa sedikitpun aura kekerasan, "Kamu ada waktu?"
"Maaf."
Feng Zhiru melirik jam, "Aku ingat, kamu sepertinya ada keadaan darurat pukul lima. Kalau begitu, kita janji lain kali saja."
Setelah berkata demikian, tanpa menunggu jawaban Sheng Youran, dia pergi tanpa menoleh.
Dia menunggu sekian lama hanya ingin memastikan hubungan perempuan ini dengan Mu Yibei.
Karena sudah melihat, dia tak ingin berlama-lama lagi sedetik pun.
Apalagi memberi kesempatan perempuan ini memamerkan bekas kelancangan di hadapannya.
"Sekretaris Sheng."
Sheng Youran baru mendengar suara Sekretaris Ding setelah melihat Feng Zhiru pergi.
"Apakah dia menyulitkanmu?"
