Bab 318 Dua Orang Pergi Makan?
"Selamat siang Paman, selamat siang Ibu-ibu profesional!"
Disusul suara-suara yang saling bersahutan.
Ada yang memuji Sheng Youran cantik, ada yang memuji Mu Yibei tampan.
Namun yang paling canggung, Sheng Youran menyadari anak-anak itu sebenarnya tidak benar-benar memperhatikan dirinya dan Mu Yibei saat berbicara.
Perhatian mereka sepenuhnya tertuju pada Sanbao.
Ia agak geleng-geleng, pantas saja pujiannya semua sesuai dengan kata-kata favorit Sanbao.
Saat menoleh, ia melihat Erbao duduk malas di sudut, bahkan tak tertarik pada ayam goreng.
Gadis kecil di samping sepertinya mengumpulkan keberanian besar, mengeluarkan sebutir permen yang dibungkus indah dari saku, "Ini... enak banget. Kamu tidak suka ayam goreng, kalau ini, suka nggak?"
Erbao mengangkat kelopak matanya, memandangnya dengan bingung, "Makan permen bisa bikin gigi berlubang, kamu tidak tahu?"
Wajah gadis kecil itu memerah, gagap menjawab, "Tidak tahu..."
"Sekarang sudah tahu?"
"...Aku nggak akan makan lagi."
Sheng Youran berjongkok di sebelah Sanbao, menahan tawa melihat kejadian itu. Baru saja berdiri hendak mendekat, sepasang kaki panjang yang tegak berhenti di sampingnya.
Mu Yibei melihat jam, lalu mengulurkan tangan ke arahnya.
Sheng Youran ragu sejenak, lalu menggenggam tangannya untuk berdiri.
"Anak-anak kami bawa dulu." Mu Yibei tetap memegang tangannya, berkata datar pada guru di samping, "Yang mau lanjut makan, silakan perlahan."
Dia tidak mungkin menunggu sekelompok anak makan ayam goreng di sini.
"Tunggu sebentar nggak bisa?" Sheng Youran berbisik, "Tidak lihat mereka semua senang?"
Mu Yibei meliriknya, diam.
Bahagia atau tidaknya anak-anak ini, apa urusannya dengan dia, atau dengan dirinya.
"Kalau begitu mereka makan pelan-pelan, nanti Han Qi yang antar pulang." Mu Yibei bersuara malas tapi tenang.
"Kamu buru-buru?"
"Aku. Buru-buru!!" Suaranya tegas, memberi penekanan jelas.
"Sheng Youran tidak punya cara, ini sebenarnya adalah urusan perusahaan yang dipercepat penyelesaiannya. Meski tahu Mu Yibei menolak acara makan malam, tapi urusan apa lagi yang dimilikinya, dia juga tidak paham."
"Tapi selama itu membuat Mu Yibei buru-buru, pasti sesuatu yang sangat penting."
"Kalau begitu, kalau ada urusan silahkan pergi duluan. Aku akan menunggu mereka di sini, nanti kubawa mereka pulang."
"Mu Yibei menatap saran penuh perhatiannya, terdiam cukup lama."
"Aura mengerikan yang terpancar membuat guru di sampingnya tak berani bersuara."
"Siapa yang tahu apa sebenarnya yang diinginkan Tuan Mu ini?"
"30 menit kemudian."
"Di dalam mobil depan TK, wajah pria itu suram, tidak jelas apakah senang atau tidak."
"Erbao suka duduk di kursi penumpang depan, senang melihat orang menyetir, sudah duduk di depan sejak tadi."
"Sanbao di belakang yang sudah kenyang dan puas minum, manja pada Sheng Youran."
"Sepertinya juga merasakan keganjilan pada ayahnya, jadi tidak mendekat."
"Ibu, apakah ayah tidak senang?" Setelah lama, Sanbao berbisik di telinga Sheng Youran.
"Sheng Youran terdiam sebentar, dia sendiri tidak tahu apakah telah mengganggu urusan pentingnya."
"Tapi urusan memaksakan diri seperti ini, biarlah dia yang melakukan."
"Jangan-jangan kalau putrinya yang bertanya, nada bicaranya yang kasar akan membuat Sanbao takut berbicara sembarangan nanti."
"Kamu baik-baik di sini, ibu akan tanya ya." Dia menoleh ke pria di sampingnya, "Apakah mengganggu urusanmu? Sekarang mereka sudah dijemput, kalau ada urusan, silahkan pergi."
Mu Yibei merasa sedikit frustrasi di hati, kata-kata itu terlontar tanpa sadar, "Kamu benar-benar ingin aku pergi?"
Setelah mengatakannya sambil menatap mereka, Sheng Youran terbungkam sejenak, Sanbao juga tampak bingung.
Tiba-tiba suara malas Erbao terdengar dari depan, "Ayah sedang marah pada orang ya?"
"Tidak." Suaranya sedikit merendah.
Beberapa nada bicara tanpa niat buruk murni merupakan kebiasaan.
"Kemarilah, Ayah akan memelukmu." Mu Yibei tidak banyak bicara, langsung mengangkat putrinya dari pelukannya, "Ayah tidak marah, jangan takut."
Sheng Youran bingung harus berkata apa, dia cukup memahami betapa sulitnya sifat pria ini.
Mungkin status sebagai ayah ini, meski sudah diterimanya, belum menjadi kebiasaan dalam kehidupannya.
Memiliki ayah yang bisa diremehkan, mungkin merupakan kemewahan bagi Sanbao.
Dia bahkan mempertimbangkan perlu berbicara dengannya, agar tidak menggunakan sikap dingin seperti ini pada anak-anak.
"Tapi Ayah tidak tersenyum sama sekali, ekspresimu seperti ini jelas menunjukkan ketidaksenangan!" Sanbao yang memang tidak takut padanya, masih menggerakkan tangan di wajahnya menirukan gaya ayahnya, "Kalau senang seharusnya seperti ini. Ayah, cobalah tersenyum!"
Sheng Youran membersihkan tenggorokannya, "Dia tidak suka tersenyum, jangan memaksanya..."
"Siapa bilang aku tidak suka tersenyum?"
Sheng Youran menatapnya: "..."
Kemudian sepanjang perjalanan menuju Kediaman Mu, wajah Mu Yibei praktis dibentuk oleh Sanbao menjadi senyuman yang memuaskan gadis kecil itu.
“Sudah puas tertawa?” Mungkin karena suara Sanbao yang cerewet tadi membuat suasana di dalam mobil tidak terlalu hening, suasana hatinya pun ikut membaik. Dengan senyum tipis yang jarang terlihat, dia mengulurkan tangan dan mengelus kepala Sanbao. “Setelah pulang, main sendiri ya. Kami akan pulang agak malam. Kalau bosan, minta Nenek Zhou untuk menelepon dan mengajak beberapa teman bermain.”
“Ayah tidak pulang? Ibu juga tidak pulang?”
“En.”
Sheng Youran bingung, “Mau ke mana?”
“Makan.” Jawab Mu Yibei singkat.
“Kenapa tidak mengajak mereka?”
Mu Yibei terdiam sejenak, melihat Sanbao yang sedang membelalakkan mata ke arahnya.
“Tidak lihat tadi mereka sudah kenyang?”
Sheng Youran menatapnya tanpa berkedip, “Kamu mau makan berdua denganku?”
Mu Yibei menekan bibirnya, tidak segera menjawab maupun menatapnya.
Perlukah mengulang pertanyaan seperti ini?
Sanbao tiba-tiba tersenyum manis, memeluk wajah Sheng Youran dan menciumnya, lalu melakukan hal yang sama pada Mu Yibei. “Ayah, aku dan Kakak akan pulang dengan baik. Kalian nikmati saja dunia berdua!”
Ini adalah istilah baru yang dipelajarinya baru-baru ini dari sinetron.
Setelah berkata demikian, dia sendiri yang membuka pintu mobil, melompat keluar, dan terus mendesak kakaknya untuk segera turun.
Sheng Youran diam saja. Apakah ini termasuk akting yang sempurna di depan mereka?
Begitu pintu mobil tertutup, sopir segera mengemudikan mobil.
Dia mengangkat pandangan, merasa hari ini dia agak aneh.
"Mu Yibei, apakah acara makan malam itu belum kamu tolak?" Dia bertanya sambil menguji.
Mu Yibei mengerutkan alis, melirik ke arahnya, "Kau pikir aku akan membawamu?"
Melihat sorot matanya yang tiba-tiba redup, dia langsung menarik dan mendudukkan perempuan itu di pangkuannya. Rasanya kata-kata menjadi sia-sia, lebih baik menyumpal mulut perempuan ini.
"Acara semacam itu tidak cocok untukmu." Matanya menunduk, bibirnya hampir menempel, memandang kekagetan di mata pasangannya, "Pernah lihat orang bawa istri ke urusan bisnis?"
Sorot mata Sheng Youran melebar sedikit sebelum bibirnya langsung dicaplok.
Saat suasana semakin memanas, ponselnya berbunyi karena sesuatu yang tidak diinginkan.
