Bab 330: Kau Mengangkatku
"Biarkan dia hidup." Bisiknya pelan.
Jawabannya adalah gigitan gigi yang tak mengejutkannya, "Lupakan!"
"Mu Yibei!" Sheng Youran bersikeras secara berlebihan, "Sekali ini saja, aku tak mau berhutang padanya!"
Sambil memeluknya, dia berjalan cepat keluar dengan wajah muram, "Biarkan Ye Yunting tetap bernafas!"
Sheng Youran: "......"
"Lainnya tak bisa ditawar!"
Niatnya benar-benar hanya membalas utang budi itu, agar tak saling berhutang lagi.
Tapi maksudnya ini...
Seolah-olah jika Ye Yunting jatuh ke tangannya, akan lebih baik mati daripada hidup.
"Dia tidak punya tenaga untuk memikirkan banyak hal. Memikirkan Ye Yunting yang sudah membuat keputusan seperti ini, kami sudah terang-terangan tidak berhubungan sama sekali."
"Dia juga tidak akan menerima perasaanku ini, jadi sudahlah."
Sheng Youran cepat-cepat dipeluk masuk ke mobil olehnya. Luka di lehernya yang awalnya mati rasa mulai terasa sakit.
"Dia mengulurkan tangan, meraba darah yang mengalir deras."
Sorot mata Mu Yibei dipenuhi warna merah bergolak. Dia memeluknya erat, berteriak kasar ke sopir, "Cepat ke rumah sakit! Gas secepat mungkin!!"
"Jangan terlalu cepat, nanti celaka!" Sheng Youran agak ketakutan mendengar suaranya.
"Dia jarang sekali mendengarnya histeris seperti ini."
"Biasanya, apapun yang terjadi, setidaknya dia selalu tenang."
"Kondisi hampir panik seperti ini sangat langka."
"Dia menengadah membuka mata lebar-lebar, penasaran dengan penampilannya sekarang."
"Amarah yang menggelegak itu terlihat sangat menakutkan."
"Dia menyembunyikan kepala di dadanya, suara melunak, 'Sakit...'"
Jangan memakinya.
"Dia juga tidak mengira orangnya datang secepat itu."
"Lagipula, mereka punya penembak jitu. Meski bantuan datang, dengan keduanya ditahan seperti ini, tidak bisa diselamatkan dalam waktu singkat."
"Saat itu, dia berniat bertaruh."
"Meski mentalnya mungkin agak licik, berjudi bahwa Ye Yunting akan melepaskan."
Tapi, dia tidak punya pilihan lain.
“Tak ada waktu untuk berpikir dengan seksama, hanya tahu kesalahannya ini harus diatasi.”
“Dirinya sendiri” memang benar-benar beban baginya.
Jika bukan karena dia, Mu Yibei takkan mudah jatuh ke tangan mereka, sama sekali tidak melawan.
“Kau masih tahu sakit?” Lengan pria itu mengurungnya erat-erat, napasnya hingga kini belum sepenuhnya tenang.
“Sakit. Leherku sakit, dan pelukanmu membuatku sakit.”
Dia melotot padanya dengan marah, ke mana sikap siap mati tadi?
Sekarang di dadanya berteriak sakit?
“Bukannya kau tidak takut mati?”
Sheng Youran menyeringai, “Siapa bilang, aku tidak mau mati. Tapi, aku harus memikirkan suatu metode.”
“Kau anggap aku mati?” Mu Yibei berkobar-kobar, “Di saat seperti ini kau perlu jadi pahlawan di sini?”
“Aku kira kau juga tidak punya metode, dan dia menangkap kita berdua, bahkan jika orangmu datang, belum tentu ada solusi.” Dia membela diri, “Masalah ini aku yang buat, aku sendiri yang mengatasinya.”
“Lain kali kau berani melakukan hal seperti ini, coba saja!” Mu Yibei masih syok, sekarang dia bilang hanya mencari cara, tadi dia hampir mengira dia benar-benar akan melakukan hal bodoh itu.
Tapi jika dipikir, dia melakukannya karena dia.
“Youran.”
“Hm?”
“Buat masalah tidak apa. Karena sudah terjadi, jangan pikir pakai metode bodohmu ini. Kau buat masalah, aku yang mengatasi, tidak bisakah?”
Nada bicaranya yang takut dimaki karena tidak mengatasi kesalahannya sendiri, membuat orang bingung harus berpikir apa.
Sheng Youran mendengus kecil, "Kau? Aku tidak berharap padamu."
"Lalu pada siapa kau berharap?" Nada bicaranya tiba-tiba berubah.
"Kau berisik, aku sakit, tidak mau bicara."
"Kalau begitu jangan bicara, telingamu tidak sakit, jadi dengarkan saja."
Sheng Youran: "......"
Mu Yibei mengerutkan kening erat-erat, memeluknya dengan mantap, kepalanya menempel pada rambutnya, "Kalimat terakhir, bersumpahlah, kau tidak akan pernah melakukan hal seperti ini lagi."
Dia memutar mata, mengulurkan tangan mendorong wajahnya.
*
Di rumah sakit, Nie Jinshen melirik dokter yang sedang menjahit luka Sheng Youran, lalu mundur dari ruang operasi.
Dia menatap pria berwajah muram di depan pintu, "Bertengkar? Sampai segitunya, dia sampai menyayat leher sendiri?"
Mu Yibei berdiri di depan pintu, tidak berkata-kata.
Bertengkar memang bertengkar, menyayat leher juga dilakukan.
Meskipun bukan hubungan sebab-akibat.
"Baru saja, kami disandera Ye Yunting."
Sudut mulut Nie Jinshen tersentak, "Kalian berdua?"
Nada bicaranya penuh ketidakpercayaan.
Mereka, ternyata bersama-sama disandera Ye Yunting.
"Otakmu tidak bermasalah?"
Mu Yibei meliriknya.
"Kedengarannya seperti dongeng Seribu Satu Malam."
"Kami bertengkar, dia kabur, aku mengejar, tidak menyuruh pengawal mengikuti terlalu dekat."
Nie Jinshen menggelengkan kepala, untuk pertama kalinya merasa tak tahu harus berkata apa.
Ternyata masih karena pertengkaran.
Sebelum pergi, dia bertanya penasaran, "Boleh tanya, kenapa kalian bertengkar?"
“Sheng Youran seharusnya tidak berani bertengkar dengannya lalu kabur. Bukankah dia mengira Mu Yibei ingin merebut hak asuh anak?”
Hal tidak rasional seperti ini, demi kedua anak itu pun seharusnya tidak dia lakukan.
Mu Yibei mengerutkan alisnya erat-erat, “Dia pikir aku meragukan dirinya dan Ye Yunting.”
Nie Jinshen: “……Lalu apakah benar begitu?”
“Ya.”
Nie Jinshen menoleh sekilas padanya, “Kau pantas dapat itu.”
Setelah dijahit, Sheng Youran segera didorong kembali ke kamar. Lehernya sudah dibalut rapat-rapat. Dia memegang cermin, memandanginya bolak-balik.
Sampai Mu Yibei masuk dan berdiri di sisi ranjang.
“Jam berapa?” Tiba-tiba dia menengadah.
“Sudah ada yang menjemput.” Tanpa melihat jam, dia tahu pertanyaan itu tentang waktu pulang sekolah anak-anak.
Sheng Youran meletakkan cermin, “Aku……aku tidak ingin mereka melihatnya.”
Letak luka ini terlalu mudah memicu prasangka.
Dia tidak ingin memberi tekanan mental pada anak-anak, juga tidak mau mengaku jujur sampai mereka tahu betapa berbahaya lingkungan yang dihadapinya.
Jadi lebih baik menunggu sampai lukanya hampir sembuh, daripada membiarkan mereka melihat perban tebal seperti ini sekarang.
“Untuk sementara jangan tinggal bersama mereka. Akan kusiapkan pengaturan. Keamanan di sana juga bisa kau percayai.” Raut wajah Mu Yibei tegas, “Ye Yunting kabur, tapi dia takkan mampu mengusik kedua anak itu.”
“Tapi William itu……”
“Sementara tidak perlu khawatir tentang dia, dia belum punya nyali belakangan ini.” Sorot mata Mu Yibei menyipit penuh niat membunuh, “Perintah Ye Yunting bukan berasal darinya.”
“Bagaimana kamu tahu, mengapa William tidak punya nyali?”
Bukankah sudah menyewa pembunuh bayaran?
Mu Yibei berkata dengan kalimat sederhana, “Aku menangkap perempuan miliknya, sekarang dia tidak berani bertindak.”
“……” Sheng Youran memahami, “Oh.”
Rupanya cara seperti ini juga bisa.
“Aku tidak mau tinggal di rumah sakit, boleh tidak?” Dia kembali mengangkat kepala.
“Pulang saja, Pergi!!” Mu Yibei mengangguk, sejak awal juga tidak berencana menempatkannya di RS, terlalu merepotkan.
“Hm……” Sheng Youran duduk di ranjang pasien, tidak bergerak, matanya menatapnya, “Kenapa tidak menggendongku bangun?”
Alis Mu Yibei berkerut, “Lehermu yang terluka, bukan kaki.”
“……” Dengan kesal dia menundukkan kepala, berbalik badan bersiap turun sendiri.
Tiba-tiba tubuhnya terangkat ringan, menyadari dirinya sudah berada dalam pelukan eratnya.
“Kenapa menggendongku, kakiku tidak sakit,” gumamnya pelan.
“Aku suka.” Dia meliriknya sambil membawanya keluar, “Lagipula kamu juga suka.”
