Bab 343: Kejahatan Mendapat Balasan
"Kakak, jangan seperti ini. Kalau Ayah mendengar..."
"Dengar?" Wen Ruohan menyeringai dingin, kedua tangan di saku mendekatinya, sorot matanya mengerikan, "Apa lagi akal licikmu kali ini?"
Wen Xin memandangnya dengan wajah memelas, mundur dua langkah, "Aku tidak, sungguh tidak. Kenapa kamu selalu salah paham padaku?"
“Kesalahpahaman?” Wen Ruohan menyorotkan mata penuh kebencian, namun mengaitkan bibirnya sambil tertawa, “Dulu di tengah malam merayap ke ranjangku, membuat Ayah mengira aku ingin tidur denganmu, mengira aku bahkan tak melepaskan adik tiri… Heh, apa itu juga kesalahpahaman?”
Raut wajah Wen Xin semakin pucat, “Aku sungguh tak tahu Ayah akan melihat… Aku hanya…”
“Hanya, kau ingin tidur denganku?”
Wen Xin tak menjawab, menundukkan kepala.
Tawa Wen Ruohan sedingin tulang sumsum, “Tapi lebih baik aku tidur dengan siapa pun kecuali kamu. Sejak kau menginjakkan kaki di pintu rumahku, setiap melihatmu aku merasa jijik. Jika kau punya otak, sebaiknya segera pergi dari sini, aku tak ingin melihatmu.”
“Tidak.” Wen Xin menggigit bibir sampai pucat, menggelengkan kepala dengan tegas, “Aku tak akan pergi, bagaimanapun kau memperlakukanku.”
Wen Ruohan menekan tombol lift, suaranya datar membeku, “Pikirkan baik-baik. Ayah tak ada di sini, tak ada yang melindungimu. Aku bisa membunuhmu di sini sekarang juga tanpa ada yang tahu.”
Melihat Wen Ruohan masuk ke lift, barulah Wen Xin bisa menarik napas lega.
Dia menggigit celah giginya, mata tak berkedip menatap angka-angka di panel lift.
Memang tujuan utama datang ke Kota Shengyue bukanlah untuk Feng Zhiru, itu hanya misi dan alasan untuk keluarga.
Dia datang khusus untuk menemui Wen Ruohan, sekalipun dibenci!
Tapi pertemuan di tempat ini justru di luar perkiraannya.
Kenapa Wen Ruohan datang ke rumah sakit?
Saat melihat lantai tempat lift berhenti, matanya tiba-tiba membelalak lebar.
“Bahkan sama persis dengan lantai Sheng Youran tadi!!”
“Mungkinkah dia naik untuk menemui Sheng Youran?”
Wen Xin tidak bisa menunggu lagi, langsung menekan lift di sebelah.
*
“Ini racun yang menyerangnya?” Sheng Youran membongkar hasil tes laboratorium yang tidak dipahaminya, “Sepertinya umurnya tinggal sebentar.”
Hua Bao malah mempelajari dengan seksama, “Tidak juga sampai umurnya tinggal sebentar, menurutku masih bisa diamati. Mungkin tidak perlu siklus riset yang terlalu panjang, komposisi racun ini agak mirip dengan obat beracun dalam pengobatan tabib Tiongkok, tidak seperti racun kimia Barat.”
Nie Jinshen meliriknya, langsung mencambuk dokumen yang masih dia pelajari dari tangannya.
“Hei, apa maksudmu!” Hua Bao langsung marah.
Dia suka mengulik berbagai masalah rumit, terutama riset farmakologi semacam ini.
“Tak perlu melihat ini.” Nie Jinshen tidak berniat mengembalikan, “Siklus panjang dan biaya mahal yang kusebutkan hanya untuk mengusirnya. Sekarang dia tak punya uang, Yibei juga tak akan memberinya. Intinya, ini bukan masalah uang. Selama Yibei tidak setuju, riset ini tak perlu dilakukan.”
Sheng Youran duduk di sofa mewah, bertanya dengan santai, “Apa dia pernah bilang tidak setuju?”
Nie Jinshen menoleh, “Menurutmu dia harus setuju?”
“Aku tidak tahu.” Dia mengatupkan bibir, “Ini tidak ada hubungannya denganku, itu keputusannya. Tapi apapun keputusannya, aku tak akan ikut campur.”
Senyum tipis mengembang di wajah Nie Jinshen, “Bukankah alasanmu meninggalkan Yibei dulu karena Su An'an?”
Hua Bao segera berkata, "Aku tidak mengatakan apa-apa, sungguh, tidak memberitahunya apapun."
Nie Jinshen menggelengkan kepala dengan pasrah, "Sebenarnya hal seperti ini bisa ditebak. Saat Su An'an datang, dia sengaja bertanya tentangmu dengan pura-pura tidak sengaja. Keheranannya bertemu kamu di sini membuatku bisa menebak bahwa kejadian dulu mungkin ada hubungannya dengannya."
"Tidak apa." Katanya dengan santai, "Hal-hal masa lalu sudah berlalu. Aku datang hanya untuk bertanya, ingin tahu apakah yang dia katakan pada Mu Yibei hari ini benar atau palsu, apakah ada alasan atau perangkap lain."
Hua Bao mendengus dingin, "Inilah karma bagi orang jahat, sejak dulu sudah kukatakan, orang seperti ini pantas mendapat balasan."
Sheng Youran merenung sejenak, "Bagaimana dia bisa keracunan? Benarkah karena kecanduan narkoba?"
"Narkoba?" Hua Bao terkejut, lalu menggeleng, "Narkoba sama sekali tidak ada hubungannya dengan ini."
"Benarkah? Mungkin dia tidak mau mengatakannya tadi." Ia mengangguk perlahan sambil berpikir.
Mata Hua Bao masih menatap laporan detail di tangan Nie Jinshen, "Kembalikan padaku, boleh? Aku hanya ingin melihat sendiri, paling tidak tidak akan kuberitahu dia. Aku ingin meneliti sendiri, tidak bolehkah?"
"Jika tidak memberinya penawar racun, bagaimana kamu tahu hasil penelitianmu berhasil atau tidak?" Ekspresi Nie Jinshen menjadi serius, "Hua Bao, lebih baik kamu tertarik pada hal lain. Kamu sendiri yang bilang tadi, Su An'an sedang mendapat karma. Jangan ikut campur. Jika dia tahu kamu meneliti ini diam-diam, pasti akan terus mengganggumu."
Hua Bao mengerutkan alis, "Sekarang selain berita negatif di depan publik, apa lagi yang dia punya? Tidak punya uang atau pengaruh, juga tidak ada cara untuk mengganggu saya."
Pintu kantor tiba-tiba terbuka.
Ketiga orang itu serentak menoleh.
Tangan Wen Ruohan masih berada pada gagang pintu.
Perawat di belakangnya buru-buru berkata, "Tuan tidak boleh masuk... Dokter Nie, sudah saya bilang dia tidak boleh masuk."
"Sudah, kamu keluar saja." Nie Jinshen berkata pada perawat di belakang, kemudian menatap Wen Ruohan, "Kau lagi. Mau mati lagi?"
Terakhir kali Hua Bao membawanya ke rumah sakit, dia terluka dan berteriak akan mati sambil menggenggam tangan Hua Bao tak mau lepas.
Karena itu begitu melihatnya kali ini, raut wajahnya langsung tidak bersahabat.
"Ada keperluan apa lagi?" Hua Bao penasaran menatap Wen Ruohan.
Sudah hari ketiga minggu ini.
Tulang pinggang dan leher sudah diperiksa semua, bahkan sampai memohon obat untuk neneknya.
Wen Ruohan menyapu pandangan ke mereka, lalu tatapannya jatuh pada Sheng Youran. Bibirnya melengkung saat mendekat, dengan nada bicara merdu berkata, "Begini, saya mencari bibi sepupu."
"Lalu bagaimana kau tahu aku di sini?" Sheng Youran tiba-tiba membalas bertanya.
"..." Wen Ruohan sedikit mengerutkan kening. Saat masuk sambil membalikkan badan, dia memberikan isyarat mata pada Sheng Youran.
Bibi sepupu tidak bisa sedikit kooperatif.
Alis Sheng Youran baru saja terangkat, "Oh, ingat. Lalu ada keperluan apa kau mencariku?"
“Makan bersama aku.” Wen Ruohan dengan wajah tampannya tersenyum, “Kesalahpahaman waktu itu, aku belum sempat menemukan kesempatan, bagaimana kalau...”
Baru saja ia menoleh ke Hua Bao, pintu kantor sekali lagi terdorong terbuka.
Yang mendorong pintu adalah perawat, dengan ekspresi minta maaf, “Dokter Nie, Nona ini mencari seseorang...”
Wen Xin berdiri di belakang perawat dengan senyum manis, langsung menatap Sheng Youran.
Ternyata dia benar-benar datang mencari Sheng Youran.
Sorot mata Wen Ruohan langsung berubah dingin, “Pergi!!”
Wen Xin tertegun, orbit matanya langsung memerah, mutiara air mata sebesar kacang jatuh dari wajahnya, “Maaf, maaf. Kakak, aku... tidak, bukan, Wen Ruohan.”
Sheng Youran sedikit mengerutkan kening, “Kakak?”
Setelah dipikir memang tidak salah, gadis ini mengaku sepupu Mu Yibeu, sedangkan Wen Ruohan adalah sepupu laki-laki Mu Yibeu.
Ternyata saudara kandung.
“Oh ternyata adikmu.” Hua Bao berbicara datar.
Bibir Wen Ruhan bergerak, akhirnya menjawab, “Hm.”
Wen Xin terlihat sangat hati-hati, akhirnya menatap Sheng Youran, “Kalian ada urusan, aku pergi dulu. Kakak, lain kali ajak aku jalan-jalan ya.”
