Bab 345: Kamu juga putri Ayahku?
Sekretaris juga pertama kali menghadapi situasi seperti ini, bingung harus bagaimana.
Tidak tahu bagaimana resepsionis bisa mempercayai anak itu sampai menghubungkan telepon ke atas.
Mereka belum pernah mendengar Tuan Mu punya anak, apalagi anak ini datang sendiri ke perusahaan.
“Suruh naik.” Pria yang tadinya sudah berdiri itu kembali duduk.
Sekretaris yang mendengar suasa tenang Presiden Direktur hampir menjerit kaget.
Andai bukan karena menahan diri, pasti sudah menyebarkan rahasia ini ke seluruh penjuru.
Tuan Mu punya putra!
Tuan Mu ternyata punya putra!
“Terima kasih kakak!” Suara jernih Erbao bergema.
"Senyum resepsionis itu terlihat sangat bahagia."
"Benar-benar putra Tuan Mu, putra Tuan Mu memanggilnya kakak!"
"Mulutnya manis sekali!"
"Dan memang pantas jadi putra Tuan Mu, masih kecil sudah bisa nyari gebetan."
"Gadis kecil di belakang itu cantik sekali, persis seperti boneka Barbie."
Erbao berbalik tubuh, berkata agak kesal, "Sudah, kita bisa naik sekarang."
"Akhirnya dia harus menunjukkan foto bersama Ayah untuk membuktikan identitasnya."
"Tapi gadis kecil ini, tidak bisa menunjukkan bukti apapun, berani-beraninya mengaku sebagai putri Ayah juga."
"Benar-benar bikin pusing, kapan lagi Ayah punya anak perempuan tambahan?"
"Gadis kecil itu jelas baru menangis, lingkar matanya masih merah."
"Dia curiga melirik resepsionis, lalu menatap Erbao."
"Hanya... seperti ini bisa langsung naik?"
"Iya, bukannya kamu bilang kamu putri Ayahku?"
"Gadis kecil itu menyembulkan mulut, mendengus kesal."
"Dua bocah kecil itu naik tangga bersama."
"Resepsionis langsung bingung, ini bukan putra Tuan Mu yang sedang merayu, tapi putrinya?"
"Mereka bahkan tidak saling mengenal?"
"Berapa banyak anak haram yang dimiliki di luar sana!"
"Bilang, kamu sebenarnya siapa?" Setelah masuk lift, Erbao menyilangkan lengan mengamat-amatinya dari ujung kepala sampai kaki.
"Nggak mau bilang." Gadis kecil itu jelas-jelas enggan berinteraksi selain urusan tangisan tadi.
"Mendengar nada bermusuhannya, pipi kecilnya langsung memerah marah."
"Langsung diabaikan saja.
Erbao：“……”
Apaan sih, dia sudah baik hati seperti itu.
Apa cewek benar-benar hanya suka sama cowok nakal?
Dia memutar matanya sambil menghela nafas.
Kebetulan, boneka kecil ini ternyata dia temukan di luar gedung Mu Group, eh bukan, tidak sengaja bertemu.
Mami dan Papi hilang beberapa hari, walau sempat telpon bilang sedang urusan kerja.
Tapi Erbao itu siapa? Mana bisa dibodohi seperti adiknya.
Di grup game banyak jagoan, dia sudah belajar berbagai skill invasi.
Pakai trik kecil untuk investigasi, ketahuan Papi tidak sedang dinas sama sekali itu gampang banget.
Jelas-jelas tidak dinas tapi bilang dinas, pasti ada hantunya.
Jadi awalnya dia ke sini untuk minta pertanggungjawaban Papi dan bawa pulang Mami.
Karena lebih bebas bertindak sendiri, plus adiknya setiap jam nonton kartun, jadi dia tidak ganggu Xingbao dan datang sendiri.
Lalu, dia melihat boneka kecil imut nan cantik ini berdiri di depan pintu gedung Mu Group.
Terus-terusan manja, merengek dan nangis histeris ke satpam, tapi tetap tidak boleh masuk.
Akhirnya dia duduk ngambek di lantai sambil ngotot tidak mau pergi.
Penasaran, Erbao mendekat dan bertanya. Gadis kecil ini bilang mau cari ayahnya di atas, tapi dilarang.
Cari ayah? Wah kebetulan, dia juga!
Akhirnya dia tunjukkan foto dirinya dengan Papi ke satpam, langsung diizinkan masuk.
Tapi yang mengejutkan, saat dia bertanya pada gadis kecil itu siapa ayahnya.
Gadis itu malah mengatakan padanya bahwa ayahnya adalah Mu Yibei!
Setelah diperlihatkan foto, dia semakin yakin mengangguk dan bersikeras itu Mu Yibei!
Perasaan Erbao benar-benar tidak bisa digambarkan.
Akhirnya memutuskan naik untuk berhadapan dengan ayah.
Dia sangat yakin gadis ini pasti bukan anak ibu, karena tidak mirip sama sekali baik dengan ibu maupun adik.
Ibu adalah perempuan Tiongkok tulen, sementara gadis kecil ini meski masih muda tapi memiliki kesan campuran darah seperti di TV.
Jika mereka satu ayah, berarti ayah berselingkuh dengan bule!!!
"Ding"
Lift tiba.
Erbao penasaran menatapnya lagi.
Meski marah ayah ternyata orang seperti ini, tapi dia tidak bisa membenci adik kecil yang cantik ini.
"Aku kasih tahu ya, ayahku temperamennya sangat buruk. Semua orang dewasa takut padanya. Dia sangat jahat, wajahnya saja bisa membuatmu ngompol ketakutan tanpa perlu bicara atau main fisik."
Gadis kecil itu berusaha pura-pura tenang, tapi tanpa sadar menjadi gugup karena perkataannya.
Mata besar warna ambernya berlinang air mata, seperti sebentar lagi akan menangis tapi ditahan.
"Takut tidak?" Erbao mendesak.
Gadis itu membuat wajah cemberut dan menjawab tegas, "Tidak!"
"Lalu suaramu gemetar karena apa?"
"Tidak mau kasih tahu!"
Kalimat itu lagi.
Sekretaris sudah menunggu sebentar, begitu melihat bocah lelaki yang mendekat, langsung tersenyum lebar.
Benar-benar putra Tuan Mu, gaya berwibawanya mirip sekali.
Ekspresi berlagak cool-nya imut banget sampai bikin ledakan.
Cuma...
Sekretaris memandang ke belakangnya, gadis kecil dengan mata sembab, tatapan takut tapi nekat seakan mau ke lokasi eksekusi itu membuatnya tertegun.
Kok, ada satu lagi.
"Kakak-kakak Mu, itu... adikmu?" Sekretaris penasaran.
Pertanyaan macam ini pasti tak bisa ditujukan ke Tuan Mu, tanya ke anak-anak lebih aman.
Erbao menoleh, meliriknya sebentar, "Nggak kenal, dia bilang dia adikku."
Sekretaris kocar-kacir, "Apa, apaan?"
"Aku mau cari ayah!" Gadis kecil itu mengepal tangan, ekspresi keras kepala.
Sekretaris: "..."
"Liat kan?" Erbao mengangkat tangan pasrah, menunjukkan dia nggak ngerti cewek ini.
"Yah, silakan masuk dulu..."
Sekretaris menarik napas dalam.
Hubungannya benar-benar kacau balau.
Setelah mengetuk pintu kantor direktur, sekretaris membersihkan tenggorokan, "Tuan Mu."
Mu Yibeu berdiri dari meja kerjanya, "Hm," "Kamu keluar dulu."
Saat mengangkat kepala, alisnya langsung terangkat.
Erbao dengan wajah bingung, di belakangnya nempel 'buntut' kecil.
Erbao melangkah, dia ikut melangkah.
Putranya baru segini udah punya pacar, apa nggak terlalu cepat?
“Erbao, tidak ada perkenalan?” Mu Yibeu berjalan ke arah sofa, nada bicaranya datar.
Dia tidak tersenyum, tidak berpura-pura ramah.
Ekspresi wajahnya seperti biasa, bagi orang asing terlihat aura-nya terlalu kuat, membuat orang takut secara tidak sadar.
Gadis kecil itu memandangnya dan berpikir, pantas orang bilang dia sangat jahat, benar-benar menakutkan!
Dia semakin tidak berani mendekat, tetap bersembunyi di belakang pantat Erbao.
"Ayah." Erbao mendekat dan duduk di sofa dengan wibawa, namun dengan suara lirih berkata, "Seharusnya aku yang bertanya, kenapa tidak memperkenalkan?"
Mu Yibeu mengerutkan kening, tidak mengerti.
"Kapan aku punya adik lagi?" Erbao bertanya dengan nada menggoda.
Hanya dia yang berani menginterogasi Mu Yibeu seperti ini.
"Dia bilang anakmu, datang ribuan li mencari ayah!"
Wajah Mu Yibeu langsung berubah gelap.
Gadis kecil seperti boneka itu panik, hampir menangis karena ekspresinya.
Dia menangis "Waah" lalu duduk rapat dengan Erbao, menggenggam lengan bajunya erat.
Seram sekali!
Erbao menarik sudut mulutnya, perempuan memang merepotkan!
Mu Yibeu melihat jam, seharusnya dia menjemput Sheng Youran, tidak ingin membuang waktu untuk ulah anak-anak.
"Kamu siapa?" Tatapannya menancap pada gadis kecil yang bersembunyi di samping Erbao.
"Fitur wajah gadis kecil itu sangat kontur sempurna, tidak terlihat seperti orang Asia murni."
"Kulit seputih porselen, mata berwarna amber dipenuhi air mata."
"Bahkan rambutnya pun memiliki semburat cokelat."
"Daisy, namaku Daisy." Daisy menghapus hidungnya, berkata dengan suara kecil.
"Di mana orang tuamu?" Mu Yibei kembali bertanya.
"Menghadapi anak-anak, bahkan pertanyaan tanpa emosi darinya terdengar seperti interogasi."
"Daisy panik dalam hatinya."
"Dia datang dari ribuan li, tapi lelaki ini sangat menakutkan."
"Kemudian dengan suara 'waa', dia mulai menangis."
"Sekali mulai menangis, tak bisa berhenti."
"Mu Yibei dan Erbao sama-sama terkejut membeku."
"Dua orang dengan postur berbeda itu hanya bisa memandangi tangisannya, tak tahu harus berbuat apa."
"Mu Yibei mengerutkan alis, merasa suara itu sangat mengganggu."
"Dia berdiri, berkata pada Erbao, 'Kau yang urusi dia, panggil aku kalau sudah bisa bicara baik-baik.'"
"Erbao merasa ayahnya sangat tidak bertanggung jawab."
"Dia putrimu, kenapa kau serahkan padaku!" Erbao protes, dia bahkan belum sempat menginterogasi untuk Mami!
"Bukan!" Mu Yibei langsung menyangkal.
"Selain Sheng Youran, dia sangat yakin tak pernah berhubungan dengan perempuan lain."
"Lagipula jelas-jelas, gadis ini bukan putrinya."
"Tapi dia bilang begitu!" Erbao membantah.
"Mu Yibei menyelidik Erbao, 'Apa kau percaya semua omongannya? Putraku mudah sekali ditipu perempuan?'"
"Daisy masih terus menangis tak henti."
“Erbao tidak tahu harus berbuat apa, sesekali memegangi telinganya, sesekali berjalan mondar-mandir.”
“Karena upayanya untuk berkomunikasi dengannya sama sekali tidak membuahkan hasil.”
“Ya Tuhan, Sanbao pun tidak akan menangis tanpa alasan yang masuk akal seperti ini. Bisakah kau mengatakan sesuatu yang masuk akal?”
“Lagipula, dia jelas-jelas sudah tidak bisa menangis lagi di akhir, tapi masih pura-pura menangis.”
“Apa yang bisa dia lakukan?”
“Selama waktu ini, Mu Yibei sudah menghabiskan setengah cangkir kopinya.”
“Menyadari putranya masih belum bisa menenangkan seorang gadis yang menangis.”
“‘Jangan menangis lagi, Ayahku...’”
“Erbao belum selesai bicara, sudah mendapati anak ini menangis semakin keras.”
“Baru mulai merasakan sedikit pola.”
“Yaitu tidak boleh menyebut Ayah, sekali disebut dia langsung menangis.”
“Seberapa terluka hati ini?”
“Erbao mengambil segenggam tisu dan menyodorkannya, ‘Keringkan. Kamu... ingus dan air matamu terlalu banyak, tidak cantik. Ayah paling tidak suka gadis yang tidak cantik. Kau jelek begini, dia tidak mau mengakuimu.’”
“Daisy mengendus-endus hidungnya, menerima tisu itu.”
“Terakhir kali melirik ke arah Mu Yibei, menemukan sorot mata lelaki menakutkan itu masih sedingin es.”
“Tapi selain menangis, apa lagi yang bisa dia lakukan?”
“Dia hanya tahu, dengan menangis orang lain tidak akan bisa berbuat apa-apa padanya.”
“‘Baiklah kalau kau berhenti menangis, aku akan ajakmu beli cokelat!’ Erbao mulai merayu, ‘Permen kapas? Lolipop? Es krim?’”
“Daisy mengeringkan air mata dan ingusnya, berkata dengan suara serak, ‘Mau es krim!’”
“Erbao: ‘......’”
“Mu Yibei: ‘......’”
“Akhirnya, Mu Yibei berdiri, ‘Pergi. Beli es krim.’”
"Dia ingin melihat, gadis kecil ini akan membuat keributan apa lagi."
