Bab 347 Tidak Senang Diabaikan Istri
Menurut Erbao, Daisy seharusnya masih gadis cantik yang manis.
Tapi...
Apa ini pertama kalinya dia makan es krim?
Dari Pelabuhan Barat ke Shengyue, meski dia pindah TK berkali-kali, belum pernah lihat anak bisa kekenyangan makan es krim seperti ini.
Sebuah es krim cepat habis.
Daisy mengambil tisu dan mengeringkan mulutnya.
Erbao berpikir caranya membersihkan mulut masih terlihat anggun.
Tapi setelah selesai, sebelum Mu Yibei bicara, Daisy membuka mata lebar dan bertanya lemah, “Bisa minta satu lagi?”
Erbao menghela napas, menoleh ke Mu Yibei.
Lagipula dia tidak bawa uang, harus Ayah yang beli.
“Kamu ini siapa sebenarnya?” Mu Yibei merengut, kesabaran mulai habis.
"Dia tidak keberatan bersikap ramah pada seorang gadis yang sabar menghadapi putranya, tapi itu tak berarti gadis ini bisa memengaruhi hubungannya dengan istri."
"Wu...wu..." Mata Daisy langsung memerah, sepertinya dia tak bisa bicara lagi dan akan menangis.
Pengunjung toko es krim melirik ke arah sini. Melihat ekspresi cemberutnya, mereka semua tak tega.
Siapa tega membully gadis manis seperti boneka ini?
"Ayah!" Erbao menarik-narik baju Mu Yibei, berbisik memperingatkan, "Kasar sekali sikap Ayah."
Selain orang aneh seperti dirinya yang tak takut sikap kasar, dan Sanbao yang disayang Ayah bagaimanapun juga, dia tahu orang luar sangat takut pada Ayah.
Alis Mu Yibei berkerut, melirik Erbao, "Kamu lupa alasan membawanya ke sini? Senang sekali punya adik?"
Erbao memang lupa soal itu, hanya ingat harus membuatnya berhenti menangis dulu.
Dia membuat wajah cemberut.
Dia tak keberatan punya adik, hanya tak suka kalau adik ini adalah putri Ayah dengan perempuan lain.
"Kamu beli es krim, aku yang tanya!"
Mu Yibei melihat ekspresi ketakutan di wajah Daisy, tak berharap bisa mendapat informasi darinya.
Dia mengangguk, berbalik untuk membeli lagi.
Di meja kasir, dia mengeluarkan ponsel dan memeriksanya.
Akhirnya mengirim SMS alamat itu ke Sheng Youran.
Sekarang semua penjelasan tak ada gunanya.
Bukan sepenuhnya karena dia jarang melihatnya dalam keadaan cemburu, juga karena tidak mungkin menjelaskan semuanya lewat telepon.
Setelah mengirim SMS, dia menyuruh Han Qi menyelidiki bagaimana gadis ini bisa masuk ke perusahaannya.
Es krim yang baru diambil membuat Daisy makan dengan lahap.
Erbao duduk di sebelahnya menatap pipi kecilnya, "Siapa nama ibumu? Apakah ibumu yang menyuruhmu datang? Apa buktimu bahwa kau adalah putri Ayahku? Berapa nomor telepon ibumu?"
Setelah lama bertanya, Erbao baru sadar pertanyaannya sia-sia.
Gadis kecil itu sama sekali tidak menjawab, hanya terus makan...
Sekejap mata sudah tiga kotak es krim yang dihabiskannya.
Mu Yibei hanya duduk di samping, diam, sesekali melirik ke pintu toko.
Akhirnya, Erbao merasa gagal total.
Duduk di sebelah Mu Yibei sambil menghela napas dalam-dalam, kedua tangan menopang dagunya, "Ayah, aku sudah berusaha maksimal."
Di luar toko es krim, Sheng Youran mendorong pintu masuk dan langsung melihat trio di dalam.
Ini pertama kalinya dia melihat Mu Yibei duduk di tempat yang sangat tidak sesuai dengan identitas dan aura-nya.
"Ibu!" Erbao langsung melambai, tak menyangka ibunya akan datang tiba-tiba, "Ibu... Apa ibu terluka?"
Daisy berhenti makan es krim, diam-diam menoleh dengan pandangan penasaran ke ibu-ibu profesional yang baru masuk.
"Iya," Sheng Youran menghampiri dan mengelus kepala Erbao, "Orang di sebelahmu yang melukai ibu."
“Erbao mata membelalak, tak percaya menoleh ke Mu Yibei, "Kamu... Kamu berani memukul Ibuku!"
Daisy menjatuhkan sendoknya ke dalam kotak es krim karena ketakutan.
Takut...
Dia tidak hanya terlihat jahat, tapi ternyata juga suka memukul orang!
Mu Yibei mengerutkan alisnya. Awalnya dia menatap wajah acuh Sheng Youran, kini merasa pusing tujuh keliling.
Dia menoleh ke Erbao, "Kamu tukar tempat duduk dengan ibumu."
"Tidak mau!"
Lalu dia memandang Sheng Youran.
Sheng Youran tidak berniat bergerak, "Aku tidak mau duduk di sebelahmu."
Alis Mu Yibei semakin berkerut, akhirnya melihat ke Daisy, "Kemarilah."
Daisy langsung menangis keras seperti bayi.
Seketika semua orang di toko es krim menoleh ke arah mereka.
Sheng Youran juga tidak menyangka situasi ini. Dengan perasaan tidak tega, dia melotot ke Mu Yibei lalu menepuk punggung Daisy, "Jangan nangis, duduklah di sini."
Erbao segera mendorong kotak es krimnya ke depan Daisy, "Kamu lanjutkan makan... Jangan nangis!"
"Kenapa ada begitu banyak es krim?" Sheng Youran melihat beberapa kotak di meja.
Jelas, Mu Yibei tidak mungkin makan.
Erbao sendiri tidak suka es krim.
"Dia yang mau makan es krim!" Erbao menunjuk Daisy.
Mu Yibeu melihat hal pertama yang dilakukan Sheng Youran bukanlah cemburu, melainkan memperhatikan anak yang tidak jelas asalnya itu. Hatinya tidak senang, berkata dengan sikap acuh tak acuh, "Erbao yang menyuruh beli."
"Kalian berdua sudah gila!" Sheng Youran memandangi ayah dan anak ini seperti melihat alien, "Dia masih kecil, bagaimana bisa makan es krim sebanyak ini? Tidak ada sedikitpun pengetahuan umum?"
Anak ini terlihat baru berusia empat atau lima tahun. Barang seperti ini seharusnya hanya boleh dimakan sedikit.
Orang dewasa pun tidak bisa menghabiskan tiga kotak besar es krim!
"Dia yang mau makan..." Erbao mengangkat tangan dengan pasrah, "Kalau tidak dikasih dia nangis, habis masih minta lagi."
Sheng Youran memandangi anak ini dengan perasaan rumit, karena tidak tahu hubungan apa antara dia dengan Mu Yibeu.
Tapi...
Entah ini kesalahpahaman, atau hal yang paling tidak ingin dia terima.
Anak kecil selalu polos.
Dia membelai kepala Daisy, "Namamu siapa?"
"Daisy..." Daisy akhirnya membuka mulut lagi.
"Es krim tidak boleh dimakan sebanyak ini, mengerti? Sesuka apapun tidak boleh berlebihan."
Daisy menengadah, matanya yang besar berlinang air melihatnya, "Aku lapar..."
"Lapar? Kamu belum makan?"
Daisy mengusap perutnya sendiri, berkata pelan, "Uangku... habis... Lapar sekali..."
Erbao menggaruk kepalanya sendiri, mengapa dia tidak pernah berpikir ini karena kelaparan?
Pakaian yang dikenakannya terlihat mahal, bukan anak biasa, sama sekali tidak terpikirkan bahwa dia bisa kelaparan.
“Sudah berapa lama tidak makan?” Sheng Youran terlihat sangat prihatin melihat kondisinya.
Seandainya putrinya yang kelaparan, tapi malah diberi tiga kotak es krim oleh dua orang tak berpengetahuan umum, mungkin dia sudah meledak.
“Sudah lama.” Daisy merasa ibu-ibu ini sangat lembut, menjawib dengan baik-baik, “Siang hanya makan sepotong roti.”
“Kalau begitu, tante ajak kamu makan makanan enak lain, ya?”
“Baik!”
Sheng Youran membelai kepala gadis kecil itu, memeluk erat tubuhnya lalu langsung berjalan keluar.
Pria yang diabaikan itu menyipitkan matanya, tak senang sambil masukkan tangan ke saku celana.
“Ada apa dengan ibumu?” ujarnya dengan kesal.
Erbao memberinya ekspresi 'tidak bisa membantu', “Siapa suruh kamu nge-bully ibu!”
*
Sheng Youran tidak tahu makanan kesukaannya, terlihat anak ini masih dalam kondisi ketakutan.
Nama berbahasa Inggrisnya memang menunjukkan ada sedikit garis darah asing, akhirnya dia memilih restoran Barat.
Di meja makan, Mu Yibei mengerutkan alisnya, semakin jengkel karena masih diabaikan.
Ini dia datang untuk menginterogasinya atau jadi relawan amal?
Perlukah bersikap begitu baik pada anak yang mengaku sebagai putri haramnya?
