Bab 358: Tangan tidak boleh kena air, bagaimana mandi?
“Ini disebut luka kecil?” Mata Sheng Youran terasa getir, air mata langsung membanjir.
Tatapannya menyentuh lengan berdarahnya, hatinya seperti diremas sesuatu.
Hampir saja, pisau tadi nyaris menikam jantungnya.
Hal seperti ini, bahkan untuk dibayangkan pun, dia tidak berani.
“Ini bukan luka kecil namanya apa.” Mu Yibei melihat wajahnya yang basah oleh air mata, mengusap air matanya, “Berguna. Segini saja sudah ketakutan?”
Sheng Youran menggigit bibir bawah erat-erat, menggenggam lengannya dengan kencang, suara tersedu-sedu, “Aku memang tidak berguna, kamu sampai mengeluarkan darah sebanyak ini!”
Pandangannya melunak, melihat paniknya dia yang sudah lupa akan luka di tangannya.
Satu-satunya yang dipikirkannya adalah menciumnya, segera menciumnya.
“Youran...” dia mengatupkan bibir, tenggorokannya terasa kering sambil menatapnya.
Mata Sheng Youran hanya menatap lengan berdarah itu, air mata jatuh satu per satu, menghalanginya, “Di sini ada dokter kan? Pasti ada dokter kan? Ayo kita turun cari do...”
Kalimatnya belum selesai, tiba-tiba dia dipeluk erat.
Kedua tangan kuat lelaki itu merangkulnya ke dalam dada.
Tangannya sama sekali tidak terlihat terluka, tetap menunjukkan kekuatan tak terbantahkan, menekannya ke dada bidangnya.
Sheng Youran tertegun, mengulurkan tangan memeluk balik, lengannya mengikat erat pinggangnya.
Kepalanya terkubur di dadanya, dahi menempel di dada, hingga seluruh tubuhnya terliput dalam pelukan membaranya.
Barusan benar-benar sangat menakutkan!
Mu Yibei mengusap rambut di belakang kepalanya, mendengar perempuan dalam pelukannya masih tersedu-sedu.
Sudut bibirnya melengkung halus, merasa tusukan pisau tadi tidak begitu sakit.
“Kita pergi ke dokter, ya?” Sheng Youran mengangkat kepala, tidak ingin berlama-lama di sini.
Bagaimana kalau nanti malah terinfeksi tetanus atau penyakit lainnya?
Lagipula di sini bisa muncul orang jahat, bukankah artinya tempat ini tidak aman?
Dia tidak bisa berpikir panjang saat ini, hanya ingin segera pergi dari sini.
Suasana liburan yang semula santai kini sudah hancur lebur.
Mu Yibei mengulurkan tangan, jari-jarinya yang panjang merapikan rambut panjangnya yang tertiup angin laut di pipinya ke belakang telinga, "Aku ingin menciummu."
“……”
Begitu kata sambil menunduk, mengecup bibir kecilnya dengan penuh hasrat.
Beberapa saat kemudian, terdengar suara "Ahem" sebagai peringatan.
Manajer hotel yang mengenakan seragam resmi berdiri gemetaran di samping.
Insiden besar di wilayah tanggung jawabnya benar-benar membuatnya ketakutan.
Meski sangat tidak ingin mengganggu Presiden Direktur, terpaksa dia mengingatkan pasangan yang asyik ini.
Setidaknya... Masalah ini harus segera ditangani, lukanya perlu diobati dulu sebelum kembali mesra-mesraan!
"Tuan Mu, pelaku sudah menyerah dan saat ini dikurung. Kami sedang melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk mencari keterlibatan pihak lain." Laporan suara gemetar manajer, "Selain itu, dokter yang dipanggil untuk luka Tuan Mu sedang dalam perjalanan ke sini. Menurut Tuan Mu..."
Mu Yibei melepaskan pelukan dari dadanya, melirik dengan sorot mata yang sangat kesal karena interupsi, "Hanya ini saja?"
"......" Manajer hotel itu pun ikut bingung.
"Ini adalah kecelakaan yang sangat serius, bagaimana mungkin hal kecil seperti ini terjadi?"
Manajer tidak berani berbicara, hanya berdiri dari jauh dengan senyum kecut.
"Ayo kita tunggu dokter." Sheng Youran melepaskan tangannya dari lengan dirinya, "Pertama obati lukamu, lalu kita juga harus menginterogasi orang itu."
Meski begitu, ekspresi wajahnya masih menunjukkan ketidaksenangan.
Mu Yibeu berbalik badan, berjalan menyusuri jalan setapak kecil ke arah dermaga dengan sinar matahari membelakangi.
Wajah tampannya tersembunyi dalam bayangan kontra-cahaya, setiap langkah yang mendekat menimbulkan hawa dingin yang menusuk.
Saat melewati manajer, peringatan dinginnya bergema, "Lain kali pelajari cara membaca situasi, pahami kapan boleh mengganggu dan kapan tidak sebelum bicara."
Manajer: "...Ya Tuan Mu, lain kali tidak akan berani lagi."
Dia memiringkan badan, melewati manajer dengan wajah dingin.
Perusak suasana!
Manajer akhirnya bisa menghela napas lega.
Cuaca cerah berpanas terik, tapi saat dia lewat tadi membuat sekujur tubuh berkeringat dingin.
"Maaf." Disusul suara lembut yang mengalun.
Manajer mengangkat kepala, melihat perempuan yang tadi dipeluk bos besar di dada sedang tersenyum malu-malu padanya.
"Jangan terlalu dipikirkan omongannya, tolong selidikilah tuntas masalah tadi."
Perempuan sang bos besar ternyata begitu reasonable, membuat manajer tersanjung.
"Pasti, pasti."
Dari kejauhan, lelaki yang menunggu di pantai membalikkan badan, suara beratnya bergemuruh, "Sudah selesai? Kalau sudah cepat ke sini."
Sheng Youran berpamitan kepada manajer, baru kemudian bergegas mengikuti.
"Kenapa tadi kamu begitu jahat?" gumamnya sambil menggandeng lengan lelaki itu.
"Aku jahat padamu?" Mu Yibei mengangkat alis, balik bertanya.
Sheng Youran berjalan sambil berkata, "Tadi kamu bersikap kasar pada orang lain."
Ia mendengus ringan tak peduli, "Apa masalahnya?"
“……”
"Kalau tidak ada masalah, jangan buang waktu." Ekspresi wajahnya masih kesal karena terganggu, "Dia bahkan tidak tahu kapan harus bicara dan kapan tidak. Aku sudah sangat toleran dengan tidak memecatnya."
Sheng Youran berkata agak kesal, "Tadi jelas kesalahanmu. Kamu baru saja terluka, kejadian darurat seperti ini memang harus segera ditangani, tidak bisa ditunda."
"Lalu apakah keadaan kita tadi tidak darurat?"
"...Darurat apanya!" protesnya dengan gesit, "Urusan yang bisa dilakukan kapan saja ini, kenapa harus memilih waktu dan tempat seperti ini?"
Mu Yibei terdiam sejenak, lalu menariknya ke dalam pelukan. Jarinya dengan santai mengelus pipi kecilnya, "Baik. Seperti katamu, 'kapan saja'."
“！！！”
Dia menyadari sudah tidak berdaya lagi berkomunikasi dengannya.
Kembali ke kamar, membersihkan lumpur dan pasir yang menempel di tubuh.
Dokter juga datang dengan cepat membawa kotak obat, dengan hati-hati memberikan obat dan membalut lukanya.
Sheng Youran bertanya gugup, "Dokter, apakah dia baik-baik saja?"
“Nyonya tidak perlu terlalu khawatir.” Dokter tersenyum sambil membereskan kotak obatnya, “Ini hanya luka luar, perhatikan saja penggantian perban selama dua hari ini agar tidak infeksi, tidak ada masalah.”
Mu Yibei bersandar di ranjang, kaki panjangnya bersilangan.
Dokter ini cukup pandai berbicara.
Dengan malas ia menarik kembali tangannya, “Dengar? Sudah tenang?”
Sheng Youran melotot padanya, menyuruhnya berhenti berkomentar sembarangan.
Dokter tertawa renyah, “Nyonya sangat perhatian pada Tuan, tapi benar-benar tidak apa-apa. Hanya sedikit kehilangan darah. Usahakan luka jangan terkena air akhir-akhir ini.”
“Baik, terima kasih.”
Dokter belum sempat pergi, suara datar yang penuh kesengajaan terdengar, “Tidak boleh kena air, lalu bagaimana aku mandi?”
Dokter: “......”
Sheng Youran: “......”
Mu Yibei melihat luka yang terbungkus perban di lengannya, “Aku tidak mungkin tidak mandi, kan?”
Dokter merenung sejenak, “Kalau begitu... mungkin harus merepotkan Nyonya selama beberapa hari. Keadaan khusus, keadaan khusus...”
