Bab 361: Baik-baik, Bangun
Tapi sertifikat perceraian seperti ini, dia juga tak ingin melihatnya.
“Mungkin masih ada sedikit rasa bersalah, jadi setelah menjelaskan kesalahpahaman itu, dia tidak banyak berkomentar tentang hal ini.”
Perceraian, pernikahan - dia merasa tanggung jawab masa lalu lebih banyak berada di pundaknya sendiri.
Sheng Youran memeluk selimut, kondisi sekarang sudah cukup baik, tidak perlu terburu-buru.
“Kenapa, tidak mau bangun?”
Dari sudut matanya terlihat lelaki itu telah sampai di tepi ranjang, berdiri tinggi di sampingnya.
Dengan malas dia bersuara, “Tidak mau bangun.”
Dalam pandangan Mu Yibei, penampilannya yang malas seperti kucing membuat sudut matanya tak sengaja terpancar senyum.
Perempuan tak berguna, baru segini sudah tidak bisa bangun.
Ia melangkah mendekat, membungkuk, memasukkan tangan ke dalam selimut dengan suara rendah yang serak, “Aku akan menggendongmu bangun.”
“Jangan.” Sheng Youran menarik tangan pria itu dengan kasar, melotot.
Dia tidak memakai baju, apa harus digendong keluar bersama selimut?
Atau mungkin, mau menggendongnya dalam keadaan telanjang?
“Singkirkan tanganmu, aku sekarang tidak mau turun ranjang.”
Mu Yibei tidak langsung menggendong, tapi juga tidak melepaskannya.
Dia duduk di tepi ranjang, bertumpu pada kedua sisi tubuhnya, “Lelah sampai begini, tidak mau makan?”
Sheng Youran berpikir sejenak, mulai merasa agak lapar.
Tapi, benar-benar tidak ingin bergerak.
Lengan yang sempat terulur kembali masuk ke dalam selimut, dengan nikmat menutup matanya, malas berkata, “Pilihkan yang kusuka, bawa ke sini.”
Sorot mata Mu Yibei menjadi gelap, lengannya mengencang, menariknya beserta selimut ke dekatnya.
“Mu Yibei, kamu benar-benar menyebalkan.”
“Sejak kapan kamu bisa seenaknya menyuruh-nyuruh orang?” Ia membungkuk, menekan tubuhnya ke ranjang, pupil matanya menyipit dengan ekspresi setengah tertawa, “Harus kubawakan ke sini? Hm?”
Bibirnya mengatup, bergumam pelan, “Tidak boleh?”
Dulu dia jarang menyuruh-nyuruhnya, biasanya dialah yang selalu diperintah.
Belakangan semakin lancar saja menyuruhnya, mungkin benar-benar mulai manja karena dimanjakan.
“Boleh.” Bibir tipisnya mendekati wajah dan tulang selangka Sheng Youran, “Tapi sekarang, kamu tetap harus bangun.”
“……”
Mencium keras pipinya, nada bicaranya berubah, “Atau mau kuangkat langsung ke ruang makan? Tidak ada baju di sana. Lagipula aku tidak keberatan kalau kamu telanjang.”
Sheng Youran geram, meraih lehernya lalu menggigit, “Kamu benar-benar menyebalkan! Tadi yang memaksa adalah kamu, sekarang mau makan saja masih harus melawan.”
“Hm, baik-baik, bangunlah.”
Gigitan itu tampak sama sekali tidak menyakitkan baginya.
Sambil berbicara, dia sudah mengangkat tubuhnya langsung.
“Jangan! Turunkan aku, aku mau pakai baju sendiri!”
“Cepatlah, nanti makanan jadi dingin.”
Sheng Youran menarik lengannya dengan kasar, melotot penuh amarah tapi menyadari ancamannya sama sekali tidak efektif.
Huh, lelaki yang terlalu percaya diri ini benar-benar mengira apapun yang dilakukannya, dirinya sudah tidak punya temperamen lagi.
"Pergi!! Mu Yibeu keluar dari kamar," dia keluar dari selimut dengan wajah masam sambil mengenakan pakaian.
Di ruang tamu villa, cahaya lampu berkedip-kedip tak menentu.
Di atas meja makan terpajang beberapa penyangga lilin perak yang klise, dengan hidangan mewah memenuhi permukaannya.
Setelah melirik sekilas, kemarahannya langsung mereda setengah.
Pantas saja tidak mau asal pilih beberapa hidangan untuk dibawakan, kalau tidak hiasan ini jadi sia-sia.
Tapi dengan dekorasi seromantis dan seserius ini, pria itu malah mengenakan jubah mandi sambil menyilangkan kaki di kursi dan asyik bermain ponsel.
Sama sekali tidak cocok dengan konsep makan malam cahaya lilin!
Sheng Youran menguraikan rambutnya yang terselip di balik pakaian, lalu berjalan menuju kursi di seberangnya.
Mu Yibeu meletakkan ponselnya sambil memandangnya sekilas, "Berdandan begitu resmi? Mau keluar malam ini?"
"Hm, dan aku tidak bisa makan kalau tidak berpakaian seperti ini," jawabnya sambil memainkan garpu, meliriknya dengan jijik. "Lihat penampilanmu saja sudah bikin hilang nafsu makan."
Raut wajahnya menjadi gelap, "Tadi waktu bilang mau makan di ranjang kok tidak bilang hilang nafsu?"
"Itu beda. Makan asal-asalan ya memang asal, kalau makan serius harus proper." Matanya menyapu permukaan meja, "Pelayan sudah susun payah-payah begini, sayang kamu duduk di situ langsung merusak suasana."
"Sorot mata Mu Yibei memancarkan kilatan suram, menatapnya. Bibir tipisnya membentuk senyum menggoda, nada bicaranya penuh daya pikat, "Kalau begitu mari kita makan di ranjang bersama, mungkin lebih sesuai dengan 'suasana' yang kau inginkan.""
Wajah Sheng Youran memerah, dengan ekspresi serius dia menolak untuk menanggapi.
Setelah makan malam, pelayan membersihkan meja makan.
Dia melongok ke luar jendela, "Apa di kota sekitar sini ada pasar malam?"
Mu Yibei langsung menjawab, "Terlalu ramai, tidak pergi."
"Aku pergi sendiri."
Matanya menyapu penampilannya yang hanya mengenakan kaos pendek dan celana pendek. Kaki putihnya yang jenjang mondar-mandir, menggoda dengan goyangan di depan mata, "Tetap tidak boleh."
"Kenapa lagi tidak boleh?"
Mu Yibei bersandar di sofa mewah, menyilangkan kaki panjangnya, "Bahaya."
Sheng Youran: "......"
Memang ada benarnya perkataannya.
Baru hari ini terjadi insiden berbahaya, tempat ramai seperti pasar malam berisiko menghadapi masalah. Pengawal pun tidak sempat mendekat, malah berpotensi melukai pejalan kaki yang tidak bersalah.
Alisnya berkerut, orang-orang jahat itu benar-benar menyebalkan.
Susah-susah punya waktu liburan dua hari di tempat ini, tapi tidak bisa kemana-mana.
Setiap hari hanya berdua dengannya di dalam rumah, sangat memudahkannya untuk bertindak semena-mena mengikuti 'bawaan' sifatnya.
Sheng Youran berbalik dari balkom, "Baik, aku tidak ke pasar malam. Aku jalan-jalan sebentar di luar saja. Karena katamu hotel ini sudah aman dari 'potensi ancaman', seharusnya tidak masalah kalau aku jalan-jalan santai."
“Ada apa yang menarik di luar hotel?” Ia mengernyitkan alis.
“Aku tidak menyuruhmu ikut, aku sendiri yang pergi.”
Sheng Youran berjalan keluar kamar tanpa menoleh.
Sofa mewah menjadi jalur wajib, baru saja melewatinya, lengannya langsung ditarik kasar.
Tenaga besar menariknya ke dada lelaki itu, aura wangi kayu segar menyergap indra penciumannya.
“Kau sengaja menghindariku?” Mu Yibeu memaksanya tetap dalam pelukan, suara baritonnya bergema.
“…Lepaskan dulu.”
Ia tertawa pendek, mendudukkannya di pangkuan, “Takut apa? Barusan sudah lama kulakukan, takut aku lanjut? Aku bukan robot.”
Lengan yang melilit pinggang membuatnya tak bisa kabur, Sheng Youran malas meronta, “Aku jalan-jalan sebentar saja tidak boleh?”
“Cuma minta kau mandikan, temperamenmu makin menjadi.” Mu Yibeu menundukkan sorot mata, menatap wajahnya, bibir tipisnya mendekati pipinya, “Patuh. Masih ada urusan harus kuselesaikan, kalau bosan nonton film saja. Kuberi jaminan malam ini tidak merepotkanmu? Hm?”
Intinya dia masih ada kerjaan, tidak keluar kamar, jadi sang gadis pun dilarang pergi.
“Kalau bisa menjamin begitu, apa bedanya aku nonton film di sini dengan jalan-jalan?”
Sorot mata Mu Yibeu mengeram, memutar paksa wajahnya, senyum sinis penuh bahaya, “Bedanya aku bisa melihatmu saat mengangkat kepala. Sheng Youran, kira-kira aku anggap kau sebagai apa? Tidak ada artinya kalau tidak sedang bercinta?”
Dia berhenti sejenak, "Bukan maksudku begitu."
Jarinya membelai wajahnya dengan lembut, "Aku sudah setujui keinginanmu untuk tidak punya anak. Jika memang tidak mau, kita tidak perlu punya anak lagi di masa depan."
Perubahan kecil suasana hati Sheng Youran, dia menangkapnya dengan tajam.
Kira-kira sejak dia menyebutkan bahwa Sanbao ingin punya adik.
