Bab 365 Kotak Cincin yang Ditemukan
Sheng Youran sudah tidak sempat lagi berpura-pura tidak sengaja.
"Senyuman yang tak bisa disembunyikan di sudut mulut langsung ditangkapnya, sorot mata lelaki itu menyipit penuh bahaya."
"Kamu yang mulai marah duluan." Sheng Youran juga malas menghindar, bersikap pasrah.
Meski sadar dirinya yang salah, dia tetap memilih menanggung, bahkan dengan sikap sok benar yang kurang beralasan.
Nada bicaranya dipenuhi sikap manja.
Mu Yibeu menunduk menatap senyuman sengaja di wajahnya, akhirnya hanya tertawa pendek.
Kalau terus berdebat dengannya, kecerdasan emosionalnya bisa ikutan turun.
Dia melirik kemejanya, "Apa ini sudah memuaskanmu?"
Sheng Youran tahu dia sangat menjaga kerapian, noda lumpur dan pasir di kemeja putihnya pasti menjijikkan baginya.
Bahkan tangan penuh pasirnya pasti juga membuatnya jijik.
"Cuci tangan."
Dia menjulurkan lidah, lalu menatap kemejanya yang 'ternoda', "Apa kamu mau mandi lagi?"
Dalam kondisi lengan Mu Yibeu yang terluka dan tak boleh terkena air, situasi ini benar-benar menyulitkannya.
Tapi selama dia tidak berlebihan, Sheng Youran masih bisa membantunya mandi.
Mu Yibeu hanya menyapu pandangannya, tampak tidak berniat membahas urusan mandi.
Sebelum sempat paham, bel pintu villa berbunyi.
Sheng Youran membuka pintu dan melihat dokter masuk, baru menyadari janji temu untuk ganti perban.
"Silakan masuk."
Mempertimbangkan noda lumpur hanya di bagian bawah baju, bahkan jika harus mandi sekalipun, tidak perlu menggunakan lengan.
"Mengingat dokter sudah datang, aku juga tidak ingin membuat orang menunggu hanya karena urusan mandi."
Mu Yibei hendak masuk ke kamar mandi, melirik ke arah dokter.
"Kamu mandi nanti saja." Sheng Youran maju mendekat, tangannya meraih kemeja yang kini sangat ia jijikkan itu dan mulai membuka kancingnya, "Ganti perban dulu baru mandi, dokter sudah datang. Bajuku yang akan kubuang, nanti kuambilkan yang baru."
"Kau berani membuka baju suamimu di depan umum begini?"
Dokter itu berkeringat dingin, ingin sekali menjauh.
Ia juga tidak ingin melihat pria telanjang dada.
"Lalu kenapa?" Sheng Youran terus membuka kancing satu per satu, bergumam kesal, "Di sini cuma ada satu dokter pria, ini disebut 'di depan umum'? Cuma buka baju atas, bagaimana dengan orang di kolam renang?"
Alis Mu Yibei berkerut, diam seribu bahasa.
Logikanya benar, tapi rasa tidak suka tetap muncul karena sikapnya yang meremehkan.
"Sudah, ganti perban dulu." Sheng Youran yang sebelumnya 'sengaja' membuat masalah, kini bersikap baik dan sabar membantu melepas kemejanya.
Mu Yibei berjalan telanjang dada lalu duduk dengan wajah datar.
Dokter itu canggung membuka perban, bahkan enggan melirik sekalipun.
Kabarnya ini bos besar di balik resor, aura-nya terlalu kuat.
"Lho, guru kemarin sudah bilang jangan sampai kena air." Dokter mengerutkan kening melihat luka itu.
Kalau sampai infeksi, itu bukan salahku lagi.
Mengingat akal bulus guru ini kemarin, dokter dengan kooperatif berkata, "Istri, luka suamimu ini adalah hal yang serius. Mengapa lukanya masih menunjukkan tanda-tanda terkena air? Jika guru ada kesulitan, tetap harus dibantu sedikit."
Sheng Youran tampak bingung plus malu, menatapnya tanpa tahu harus berkata apa.
Dia benar-benar tidak mengerti mengapa lukanya bisa terendam air, padahal jelas-jelas tidak ada kemarin.
Meskipun kemarin dia yang pertama keluar dari kamar mandi, yang tersisa adalah dirinya sendiri.
Tapi setelah dia keluar dari kamar mandi, dia secara khusus memeriksa lukanya dan benar-benar tidak basah.
Mu Yibei tidak berbicara, memandanginya dengan diam sejenak sebelum menarik kembali pandangannya.
Sheng Youran langsung kehilangan kata-kata.
Wajahnya memerah karena malu, berbisik kepada dokter, "Aku mengerti, maaf."
Bukan seperti waktu dia memandikannya tadi malam.
Maka itu pasti terjadi saat dia mabuk.
Dia memang mabuk, tapi saat bangun pagi bajunya sudah berbeda dan tubuhnya terasa bersih seperti habis mandi.
Jadi, ternyata dia lagi yang...
Sheng Youran menutup mata, benar-benar tak habis pikir dengan lelaki ini.
"Dokter sudah mengganti obat dan buru-buru meninggalkan villa."
Dia melirik lengan Mu Yibei yang sudah dibalut kembali, berkata dengan suara rendah, "Sebelum ganti baju, mau... mandi dulu?"
"Dokter tadi bilang, tidak boleh direndam air." Ucapnya dengan senyum sinis.
Pipinya memerah tanpa sepatah kata pun.
Mu Yibei menarik kembali pandangan ke kamar mandi, "Masuk bantu aku."
*
Setelah ganti pakaian dan pergi ke bandara, sudah terlambat setengah jam dari waktu perkiraan.
Di pesawat, Mu Yibei menggunakan telepon satelit menemukan orang yang menyelidiki resor, mengetahui bahwa orang tersebut memang penduduk lokal, tidak berpendidikan, dan sering merampok pengunjung dari luar.
Namun karena keluarganya punya hubungan dengan kepolisian setempat, beberapa kali masuk penjara tapi selalu bisa keluar tanpa masalah.
Intinya dia memang tukang melanggar hukum.
Tapi kebetulan macam apa ini? Kok dia berani sekarang membawa pisau mendekati Sheng Youran di dalam resor dan main fisik.
Mu Yibei curiga ada yang tahu perjalanan mereka dan membayar untuk memperkeruh situasi.
Sepertinya William sudah menemukan jejak ke sini.
Tinggal masalah waktu saja sebelum lokasi Luo Sangsang ketahuan.
Perempuan-nya dibawa pergi, putrinya kabur, hal ini benar-benar membuatnya nekat.
Saat Mu Yibei selesai menangani urusan, dilihatnya perempuan di sampingnya sudah tertidur dengan kepala miring.
Tidak berguna, segelas arak sampai sekarang masih mengeluh pusing.
Tiba-tiba teringat, saat bersama dengannya, dia malah kabur minum sendirian...
Mungkin memang tidak pantas dia bicara soal anak!
Pesawat mendarat di Kota Suci ketika hari sudah sore.
Melihat kelelahan di wajahnya, dia menyuruh sopir langsung mengantarnya pulang ke apartemen.
Dari bandara ke apartemen adalah rute tercepat.
Jika dia pulang dulu, hari ini tidak ada kuliah, klub juga libur sehari, dua bocah mungkin akan membuatnya tidak punya energi untuk istirahat.
Kebetulan dia juga perlu ke perusahaan yang letaknya paling dekat dari apartemen.
"Mengapa tidak pulang?"
Saat Sheng Youran terbangun, baru menyadari mobil tidak parkir di Kediaman Mu.
"Aku ada urusan di perusahaan. Kamu istirahat di sini dulu, nanti malam kita pulang bersama."
Dia menguap malas, kepala masih pening, mengangguk, "Baik, aku naik sendiri."
Setelah kembali, dia memandangi bayangannya di cermin. Bekas luka di leher masih terlihat jelas, agak mengganggu pemandangan.
Berbaring sebentar di sofa mewah, menyadari sudah terlalu banyak tidur sehingga tidak mengantuk lagi.
Akhirnya karena benar-benar tidak ada kerjaan, dia membuka laptop di ruang studi, sekadar browsing untuk mengisi waktu.
Memeriksa perkembangan e-sport Erbao belakangan ini.
Terutama teringat Joe Shaojing yang ketahuan membeli akun oleh Ai Ke'er kemarin malam.
Ternyata akun itu dijual oleh putra mereka sendiri...
Apakah game itu benar-benar semenarik itu?
Bahkan karena iseng, dengan rasa penasaran, dia mempertimbangkan untuk mendownload dan mencobanya.
Tanpa sengaja, saat membuka laci, sebuah kotak cincin masuk ke pandangannya.
Kotak cincin yang sangat familiar, hadiah darinya dulu.
Cincin itu sudah lama tidak dia lihat, dikembalikan saat berpisah dulu.
Yang dia bawa hanya rantai tempat menggantungkan cincin itu.
Sayangnya rantai itu juga sudah hilang entah kapan, menjadi penyesalan yang terus menganga.
Dengan bunyi klik lembut, dia membuka kotak itu.
Sorot matanya tiba-tiba melebar.
Rantai itu!
Mengapa kalung yang tidak sengaja dia hilangkan, ada di sini!
