Bab 382 Apakah Anda Kenal Mu Yibei?
"Baik, baik, baik." Song Yang khawatir pertemuan ini akan gagal.
Lagipula, mereka sudah terlambat!
Tuan Besar memang sejak awal adalah orang yang tidak punya konsep waktu, sementara kabarnya Presiden Direktur Grup Mu sangat tegas.
Kalau bukan karena dia memberi tahu pihak sana tepat sebelum Tuan Mu berangkat, sehingga membuat Tuan Mu menunggu di sini, mungkin kerja sama ini sudah bubar.
"Selamat sore, Tuan Mu." Mo Qing sedikit mencibir, duduk di hadapan Mu Yibei.
Lelaki di hadapannya menarik kembali pandangannya dari jendela lantai ke langit.
Tatapan elang yang dingin dan acuh menyapunya, wajah ganteng nan masam tak menyisakan secercah emosi maupun kehangatan.
Di perjalanan, Mo Qing sempat mendengar Song Yang menyebutkan sedikit data pribadinya.
Tahu sikapnya dalam pekerjaan, juga sedikit mengintip kehidupan pribadinya.
"Direktur Mo, Anda terlambat." Suara sedingin tulang sumsum akhirnya bersuara.
"Sungguh memalukan." Mo Qing berkata santai, "Pacar saya dirawat, agak terganggu saat menjenguknya. Kesehatannya rapuh, saya agak prihatin. Di mata saya, dia lebih penting dari pekerjaan."
Ekspresi Mu Yibei berubah sekejap, begitu cepat.
Tapi Mo Qing tetap menangkapnya, tersenyum, "Semoga tidak mengurangi ketulusan saya."
"Pacarmu sudah mati dua tahun lalu." Sorot mata Mu Yibei yang tak terbaca kembali menancap, menyiratkan sindiran.
Tangan Mo Qing yang hendak mengambil kopi bergetar halus.
Seketika, senyum tipis di sorot matanya pudar.
"Hm. Tapi Anda juga tahu, sudah dua tahun. Jadi, saya sudah melangkah maju." Suara Mo Qing merendah, menyeruput kopi, "Tuan Mu, saya juga sedikit tahu tentang Anda, turut berduka untuk istri..."
"Dia tidak mati!" Suara Mu Yibei memotong seperti es pecah, mata tiba-tiba memancarkan kedinginan membeku.
Mo Qing terpaku.
Informasi yang didapatnya jelas-jelas menyebut Nyonya Mu dalam rumor itu telah tiada, hanya meninggalkan sepasang anak yang baru-baru ini dikirimnya ke luar negeri.
Ia tahu bahwa Mu Yibei akan pergi ke luar negeri besok, juga terkait dengan kedua anak itu.
"Apakah begitu? Aku tidak tahu hal-hal ini." Mo Qing mengangkat pandangannya dengan lesu, "Tapi dulu aku juga selalu yakin dia tidak mati. Semoga keberuntunganmu lebih baik dariku."
*
"Nona Ling Luo, kamu ingin keluar dari rumah sakit secepat ini?" Song Yang hanya datang secara simbolis untuk melihat apakah Sheng Youran membutuhkan sesuatu, tapi ternyata dia benar-benar punya permintaan.
"Sekarang lenganku-kakiku utuh, bisa berjalan juga, kenapa tidak boleh keluar?" Sheng Youran memandang ke luar jendela ruang rawat inap, di mana kicau burung dan harum bunga terdengar, sinar matahari tepat menyinari.
Tapi sejak bangun, dia bahkan belum pernah turun dari lantai atas.
Orang yang selama setengah tahun tidak melihat matahari, raut wajahnya jauh lebih pucat daripada orang biasa.
"Kamu harus tahu kondisi tubuhmu sendiri. Terlalu lama terbaring di ranjang pasien, aktivitas sedikit lama langsung membuat pusing." Song Yang menjelaskan, "Dan dokter pasti sudah bilang, masih perlu istirahat beberapa waktu."
Sheng Youran berpikir sejenak, "Kalau begitu bolehkah aku pergi keluar melihat-lihat?"
"Nona, ini bukan soal setuju atau tidak, tapi saran dokter..."
"Tuan Song, kalau di dalam ruang rawat inap aku boleh bergerak, seharusnya di luar juga bisa. Soal berapa lama sampai pusing, kurasa aku lebih paham daripadamu. Tolong antarkan aku jalan-jalan, meski hanya duduk di mobil melihat-lihat, itu kan tidak dihitung olahraga!"
Song Yang melihat senyum penuh sanjungan di wajahnya, merasa agak kewalahan.
Meski mirip dengan Nona Yunna, karakter mereka sangat berbeda.
Ekspresi memelas dan sorot mata itu membuatnya juga tidak tega.
“Lagi pula sudah terbaring setengah tahun tanpa melihat dunia luar, bahkan tidak ingat siapa dirinya sendiri, kalau dipikir memang cukup menyedihkan.”
“Tuan biasanya rendah hati dan hampir tidak pernah marah, barusan disemprot air sampai basah kuyup olehnya, tidak tahu apakah raut wajahnya yang tiba-tiba muram membuat si nona ketakutan.”
“Sebenarnya Tuan sama sekali bukan orang menakutkan seperti itu.”
“Baik, jika kau berjanji tidak turun dari mobil dan tidak kabur, bolehkah aku mengajakmu jalan-jalan santai dengan mobil?”
“Sebentar lagi harus menjemput Tuan juga, jadi sekalian saja.”
“Di bawah pengawasan ketat sendiri, seharusnya tidak akan terjadi masalah besar.”
“Oke oke, terima kasih banyak!”
Senyum cemerlangnya membuat suasana hati Song Yang ikut membaik.
Awalnya tidak menyangka kondisi kesehatannya sudah separah ini, Tuan yang awalnya bersiap menungguinya sampai sadar akhirnya terpaksa pulang.
Tapi karena urusan ini dirahasiakan, sebagian besar penanganannya dia lakukan sendiri dengan datang langsung.
Setelah sering melihat kondisi Nona di ranjang pasien, sekarang bisa segar bugar seperti ini benar-benar mengharukan.
Setelah memberi tahu pihak dokter dan mengganti pakaiannya dengan jaket antiangin, Song Yang membawanya ke mobil.
Sepanjang perjalanan dari rumah sakit ke hotel, dia mengemudi dengan sangat pelan.
Kota Yue adalah kota pesisir yang tidak terlalu maju tapi juga tidak terbelakang.
Sejak wafatnya Nona Yunna, Tuan setiap tahun datang ke Yuecheng, tinggal beberapa waktu di desa tepi pantai pinggiran kota, dan Song Yang selalu ikut menemani.
Makanya dia cukup familiar dengan segala hal tentang Yuecheng.
Lalu sambil menyetir, dia menjelaskan seperti pemandu wisata tentang bangunan-bangunan di sepanjang jalan yang mereka lewati.
"Lalu sekarang kita mau ke mana?" Sheng Youran bertanya tiba-tiba sambil mendengarkan dengan lahap.
"Kita akan ke hotel untuk menjemput Putra Mahkota. Jika suasana hatinya baik, mungkin kita bisa makan di luar. Jika tidak, mungkin dia akan langsung mengantarmu kembali ke rumah sakit." Song Yang menakuti-nakutinya.
Kemudian dia benar-benar melihat sorot mata bersemangat di wajahnya saat menyebut makan di luar.
Bagaimanapun juga, siapa yang mau makan di rumah sakit terus-menerus? Melihat ekspresinya yang penuh rasa ingin tahu terhadap segala hal, dia merasa lucu sekaligus prihatin.
Jarang menemukan orang yang bisa merasa senang hanya dengan makan di luar dan jalan-jalan sebentar.
"Dia ke hotel untuk apa? Makan? Bisakah kita ikut makan bersama?"
Song Yang menggelengkan kepala, "Putra Mahkota datang ke sini untuk urusan bisnis. Belakangan ini sedang ada pembicaraan dengan Grup Mu. Sekarang dia sedang bertemu dengan Presiden Direktur Grup Mu, jadi kita tidak bisa ikut."
"Presiden Direktur Grup Mu..." Sheng Youran menyandar di jendela, "Apakah Mu Yibei?"
Song Yang terkejut, "Kamu... bagaimana kamu tahu? Bukannya kamu lupa semua? Kamu kenal Mu Yibei?"
"Aku baru saja melihatnya di TV, lalu mendengar kalian menyebut-nyebut Grup Mu ini, jadi sengaja memperhatikan."
Song Yang lalu mengangguk, "Hm, dia sedang berunding dengan Tuan Mu Yibei."
"Apakah sulit?"
Song Yang tertawa, "Presiden Direktur Mu terkenal sulit ditangani. Bukannya kamu sudah melihatnya di TV? Tidak merasa dia terlihat seperti orang yang sulit diajak bicara?"
Sheng Youran mengingat-ingat, "Aku melihatnya, meninggalkan kesan yang kuat."
“Benarkah? Apa kesanmu tentang dia?” Song Yang penasaran bertanya, mobil sudah mendekati hotel.
“Sangat tampan!” Jawabnya tegas, setelah berpikir sejenak seolah menyadari jawabannya dangkal, tapi tetap menambahkan dua kata yang sama, “Sangat tampan!”
“……” Song Yang muntah darah.
Mobil berhenti di jalan dekat depan pintu hotel, tidak masuk area parkir.
“Nona Ling Luo tunggu sebentar, saya akan mengirim pesan ke Tuan Besar untuk mengecek apakah rapat mereka sudah selesai.”
