Bab 408: Ayah, sudah selesaikah kalian berciuman?
“……”
"Seluruh tubuh pernah disentuhnya berkali-kali" - perkataan seperti ini malah membuatnya makin tidak nyaman!
Sheng Youran menggigit bibir, aroma campuran dari hidungnya bercampur wangi sabun mandi yang samar. Wajahnya hanya berjarak beberapa sentimeter dari dadanya.
"Menurutku..." Sheng Youran tetap memalingkan wajah, "Menurutku, untuk sementara kita sebaiknya tidur terpisah."
Sorot mata Mu Yibeu tiba-tiba tajam. Begitu kata "tidur terpisah" meluncur dari mulutnya, ia segera memaksanya mundur ke dinding.
Tangannya mengangkat dagunya, tampak berpikir sejenak, "Tidur terpisah?"
"Uh-huh." Sheng Youran mengira dia sedang mempertimbangkan, buru-buru mengangguk gugup, "Aku merasa, karena ingatanku belum pulih, bagiku kamu hanyalah..."
"Orang asing?" Alisnya berkerut tajam.
“Bukan.” Dia menjelaskan, “Bukan orang asing, tapi kami memang baru kenal beberapa hari. Coba bayangkan posisimu, jika kau sama sekali tak ingat aku adalah istrimu, hanya kenal beberapa hari, bisakah kau tiba-tiba menerima tinggal satu kamar denganku? Jadi...”
“Mengapa tidak bisa menerima?” Mu Yibei sama sekali tak menganggap ini masalah, ia mengangkat dagunya, nada bicara tanpa keraguan, “Kalau itu kamu, kapanpun siap kuterima.”
“……” Dia lupa betapa keras kepala pria ini.
Tapi dia tak tahan membalas, “Entah karena kau tak bisa merasakan langsung, atau karena lelaki seperti kalian memang menerima semua orang.”
Mu Yibei tersenyum sinis, “Aku menerima semua orang?”
Ia menunduk, bibirnya menempel pada miliknya, “Harta berharga, setiap alasanmu bisa kubantah. Setelah kubantah semua, maukah kau menerima?”
Tanpa menunggu Sheng Youran menjawab, ia langsung melanjutkan, “Kau bilang aku tak bisa merasakan, izinkan kujelaskan: Pertemuan pertamaku denganmu langsung di ranjang. Ini cukup membuktikan aku selalu siap menerimamu, baik ingat maupun tidak, kenal atau tidak. Kedua, seumur hidup hanya kau perempuan yang kumiliki. Tak terhitung wanita yang mendekat kusisihkan. Ini disebut menerima semua orang?”
Sheng Youran benar-benar tak bisa bicara saat itu.
“Sebelum kau memfitnah suamimu, kenali dulu dia baik-baik, Hm?” Dia menciumnya sebentar, “Ucapanmu selalu tak mempertimbangkan perasaanku, bagaimana mau membuatku sabar padamu? Sebenarnya malam ini, awalnya aku tak berniat apa-apa. Tapi kalau kau berpikir seperti itu, sepertinya kalau aku tak melakukan sesuatu, sungguh sia-sia kau salah paham begini padaku.”
“Mu Yibei jangan cari-cari alasan.” Perasaannya seperti dikambinghitamkan.
Dia keluar tanpa pakai baju, malah menyuruhnya tidur sekamar dengannya, ini namanya tak berniat apa-apa?
Bahkan menggunakan alasan kesalahpahamannya, bukankah ini agak... tidak tahu malu.
“Baik, aku tak cari alasan.” Mu Yibei perlahan mengaitkan bibirnya, “Tanpa alasan pun aku tetap mau mengambilmu.”
Dia tak memberi kesempatan lagi padanya untuk bicara, begitu melihat bibir itu membuka, langsung diciumnya.
Beberapa saat kemudian, dia memandangnya yang lemas bersandar di dadanya, “Kurus begini, nanti harus dipupuk sampai gemuk.”
Sheng Youran memang bertubuh kecil, setelah dirawat setengah tahun di rumah sakit meski gizi tercukupi, tapi karena fisiknya terlalu lemah, tetap kurus satu lingkaran dibanding sebelumnya.
“Siapa yang mau jadi gemuk?”
Dia menyisir rambutnya pelan ke belakang telinga, “Sekarang memelukmu kurang nyaman, tubuhmu memang harus dirawat.”
Wajah Sheng Youran memerah muda, tak ada tenaga untuk berdebat masalah ini dengannya.
Punggungnya menempel ke tembok, membuatnya tak bisa kabur dari pelukannya.
Tapi kalau tidak kabur, rasanya... tidak nyaman.
“Kamu bilang tidak berencana melakukan apa-apa, bisakah tidak mengubah keputusan?” Suara Sheng Youran sangat pelan, bernada negosiasi.
Sejak bangun sampai sekarang, ingatan kontak intim dengan lelaki semuanya tentang dia, semakin lama semakin melampaui batas.
“Ngomong-ngomong, Erbao juga bilang aku akan segera pulih ingatan... Aku sekarang tidak ingat apa-apa, kurasa kamu juga tidak akan...”
Dia agak kesulitan melanjutkan.
“Tidak akan apa?” Mu Yibei mengangkat pandangan, “Tidak akan memuaskan?”
“……”
“Tidak masalah, hal seperti ini memang harus kupimpin. Ingat tidaknya kamu tidak relevan, punya dua kenangan pertama pertama, bukankah lebih baik?”
Raut wajah Sheng Youran langsung memerah lagi.
“Kamu...”
Dia benar-benar bisa mencari alasan apa saja.
Walau Mu Yibei berkata begitu, senyum di bibirnya tetap mengandung kejahatan, suaranya serak pelan, “Tenang, tidak akan sakit.”
Dia memandangi tatapan takut namun tak bisa membantahnya, senyumnya semakin dalam.
Meski dia tidak terlalu mengingatnya, sesekali permainan peran seperti ini juga lumayan.
Anggap saja mengajarinya kembali, jika nanti dia benar-benar ingat... ini juga akan jadi kenangan indah.
Mu Yibei kembali menunduk mencium bibirnya, sekedar ciuman ringan yang penuh kesabaran.
Setelah kehilangan selama setengah tahun ini, tak ada yang tahu dia pernah panik.
Sekarang dia ada di sini saja sudah cukup, yang lain tidak perlu diminta.
Jika dia ingin ingat, dia bisa mencari semua metode.
Jika tidak berhasil, dia juga tahu cara memuaskan diri.
Sheng Youran tak sanggup menahan ciuman ini, 'garis pertahanan' di hatinya perlahan mundur.
Saat dia sudah berniat menyerahkan segalanya pada takdir, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu.
"Ada yang mengetuk pintu!"
Alis Mu Yibei berkerut tajam, kedua lengannya masih enggan melepas pelukannya, "Abaikan saja."
Seharusnya tidak ada pelayan yang begitu tidak tahu diri.
Pintu kamar diketuk lagi.
Setelah ketukan kali ini, pintu langsung terbuka.
Sanbao yang melihat pintu tidak terkunci langsung membukanya dan berlari masuk tanpa basa-basi.
"Ayah, aku sudah..."
Suara Sanbao terhenti mendadak saat melihat dua sosok di dekat dinding.
"Ayah tidak pakai baju."
Mu Yibei: "..."
Pakaian Sheng Youran juga agak berantakan, singkatnya ini bukan pemandangan yang pantas dilihat anak-anak.
"Ayah baru saja selesai mandi," jawab Mu Yibei dengan suara datar, "Sanbao, lain kali jangan sembarangan membuka pintu."
Di sini memang tidak ada kebiasaan mengunci pintu. Awalnya dia benar-benar tidak berniat melakukan apa-apa, jadi tidak sengaja mengunci.
Dan pada jam segini, seharusnya mereka berdua sudah tidur.
"Pintunya tidak dikunci..." Sanbao mengangkat kepala, "Sudah Yah, kalian sudah selesai ciuman?"
Wajah Sheng Youran semakin memerah, matanya tak berani menatap sorot mata polos putrinya.
"Kalau sudah selesai ciuman, Ibu harus tidur denganku!"
"Sanbao, Ibu sudah bilang..."
"Misiku sudah selesai! Ayah mau ingkar janji?"
Perkataan yang sudah terlanjur diucapkan memang sulit dibantah langsung.
Raut wajah Mu Yibei menegang keras, "Bicaralah."
“Aku sudah tahu rahasia kecil Kakak, Kakak sudah pacaran dini!” Sanbao berkata dengan bangga, “Dia buru-buru naik ke kamar untuk telepon pacarnya.”
Sheng Youran: “……”
Yakin bukan diajarin Mu Yibei?
Putranya baru berapa tahun sudah pacaran dini?
