Bab 409 Ini adalah... mantan pacar putramu
Pagi hari berikutnya.
Sheng Youran keluar dari kamar Sanbao, baru saja mau menuruni tangga langsung melihat sosok tinggi lelaki itu berdiri di sana.
Langkahnya langsung terhenti, sampai sekarang masih ingat jelas betapa hitamnya wajahnya tadi malam.
Bisa melihat ekspresi Mu Yibei yang seperti itu sangat langka, dia bahkan bisa merasakan betapa tersiksanya perasaannya saat itu, padahal itu janji dia sendiri.
Sheng Youran membersihkan tenggorokannya, lalu mendekat, “Pagi.”
Mu Yibei dengan satu tangan di saku, menoleh memandangnya sejenak, raut wajah datarnya tak terlihat senang atau tidak senang.
Setidaknya jelas tidak terlihat senang.
“Tidur nyenyak?” Mu Yibei bertanya dengan nada dingin.
“Cukup baik.” Sheng Youran menyunggingkan senyum tipis, “Dia baik-baik, sama sekali tidak rewel.”
“……”
Setelah berkata, menyadari dia sepertinya tidak peduli dengan jawabannya.
Matanya menatap tajam ke wajahnya, bibir tipis yang terkunci masih menunjukkan ketidaksenangan.
Sheng Youran tampak polos, membuka mata jernihnya dengan bingung memandangnya, “Apa kamu tidak senang? Tapi, kan kamu sendiri yang berjanji padanya?”
Mu Yibei meliriknya, "Apa aku pernah bilang tidak senang?"
"Ternyata penampilanmu sehari-hari seperti ini ya? Kamu tidak pernah tersenyum?"
Pintu kamar di belakang terbuka. Erbao yang mengenakan seragam bisbol melangkah keluar dengan santai sambil menjelaskan, "Mama harus terbiasa. Dia selalu seperti ini. Ayah yang tidak dingin bukanlah Ayah."
Mu Yibei semakin berkesan dingin, tatapannya mengarah ke anak yang agak angkuh itu. "Pacaran dini? Hm?"
Erbao yang baru saja melewatinya hampir membeku oleh hawa dingin dari tubuhnya.
Berdecak, dendamnya sangat besar.
"Ayah, aku putramu. Apa anehnya kalau aku populer?" Erbao membuka tangannya lesu, "Setiap hari selalu dapat banyak surat cinta."
"Dapat surat cinta harus pacaran?" Alis Mu Yibei berkerut, "Kau putraku, tidak tahu cara menolak?"
Erbao tersenyum kecut, "Sudah banyak yang kutolak. Mau kutolak semua orang?"
"Kenapa tidak?"
"Ayah, kalau dulu Ayah menolak semua orang, mana mungkin ada aku?" Erbao mengangkat bahu, "Aku tidak mau jadi anjing lajang seumur hidup."
Setelah bicara, Erbao bergumam lagu sambil menuruni tangga.
Sheng Youran tak sanggup menatap ekspresi Mu Yibei, "Aku juga turun makan sarapan."
"Kemarin janjinya dua hari kan."
Baru sampai di tangga, suara dari belakang kembali terdengar.
“Mu Yibei berjalan mendekat dengan santai menuruni tangga bersama, berkata dengan sikap acuh tak acuh, 'Aku hanya berjanji padanya untuk satu hari.'”
“Aku...”
“‘Sudah kubicarakan dengan Yun Qiuyuan, tenang saja, dia belum punya kekuasaan untuk memaksamu kembali.’”
“Senyum tipis kembali mengembang di wajahnya, mengulurkan tangan, ‘Ayo turun makan sarapan.’”
“Di akhir pekan, dua anak itu tidak perlu pergi ke sekolah.”
“Erbao bilang sudah janjian dengan teman sekelas untuk main bola dan berkencan dengan pacarnya.”
“Sheng Youran pun setuju untuk mengajak Sanbao ke taman hiburan, terakhir akan menjemput kakaknya pulang bersama.”
“Mu Yibei tetap diam sepanjang waktu, mendengar mereka selesai berdiskusi, tersenyum dingin sambil menatap Erbao, ‘Sepertinya aku belum mengizinkanmu pacaran secara terang-terangan seperti ini.’”
“‘Kalau begitu aku akan sembunyi-sembunyi.’ Erbao terus menyantap makanannya, ‘Tenanglah, sensei tidak tahu. Lagipula sensei sangat menyukaiku, kalau tahu juga tidak apa.’”
“……”
“Erbao melirik ekspresi Mu Yibei, langsung berkompromi, ‘Baiklah, kalau begitu setelah kencan hari ini aku akan putus.’”
“Bagaimanapun juga dia bukan benar-benar pacaran, hanya berpura-pura agar mereka melihat.”
“Diminta orang tua untuk putus justru lebih baik, alasan sudah disiapkan.”
“Gadis yang dia ajak kencan kemarin, dipilihnya secara acak menggunakan program komputer.”
“‘Aku sudah selesai makan!’ Suasana hati Erbao sama sekali tidak terganggu, langsung melompat dari kursi, ‘Aku pergi dulu, Selamat tinggal Ayah Ibu!’”
“Meski Sheng Youran tahu bahwa anak kecil pacaran dini sepertinya tidak baik, tapi cara Mu Yibei bertindak terlalu otoriter.”
“Anak yang agak memberontak malah mungkin akan memberi efek sebaliknya?”
Dia sangat curiga, Erbao sama sekali bukan anak yang patuh, mungkin benar-benar harus beralih ke hubungan rahasia.
“Tidakkah kau merasa tadi kau terlalu dominan?”
Mu Yibeu menyilangkan kaki, mengalihkan tatapannya kembali, “Dominan? Apa kau benar-benar mengira dia sedang sedih sekarang?”
Sanbao terus menyantap supnya sambil mendengarkan diam-diam.
Tampaknya mereka benar-benar percaya.
“Putramu tidak semanis itu.” kata Mu Yibeu perlahan, “Mungkin dia bahkan sudah punya alasan bagus untuk mencampakkan si gadis. Hubungan seperti ini lebih baik diakhiri.”
Sanbao tetap diam menyantap sup, merasa seolah Ayah juga tahu sesuatu.
Sheng Youran baru mengerti maksut perkataan Mu Yibeu ketika sore hari tiba.
Di tepi lapangan sepakbola, Erbao mengusap keringat lalu menghampiri Sheng Youran, “Ibu, kita pergi yuk?”
Di belakangnya, seorang gadis kecil dengan tangisan melengking dan mata bengkak merah mengikuti.
“Hu hu hu... Aku tidak mau putus, tidak mau putus...”
Erbao berbalik, meragukan apakah dia bisa menangis sampai dehidrasi, “Maaf, Ayahku melarangku pacaran, aku harus patuh.”
Tangisan gadis itu semakin kencang, “Aku tidak mau!!!!! Tidak mau!!!!!”
“Tapi, Ayahku ini tiran, perkataannya mutlak.”
“Aku benci Ayahmu!” Gadis malang itu sampai ingin duduk ngotot di tanah.
“Erbao memegang gelas, sambil minum air berkata, "Tetap tidak boleh, pacarku harus suka pada orang tuaku, aku sangat berbakti."”
Sheng Youran yang berada di samping agak tidak tega melihatnya, sekarang dia sama sekali tidak meragukan perkataan Mu Yibei.
Dia terlalu memahami putranya ini, sepenuhnya justru berharap ayahnya datang mencegah.
“Tapi aku benar-benar sangat menyukaimu, mari kita kabur bersama... hu hu hu...”
Erbao merasa kecerdasan emosional ini sudah tidak tertolong lagi, ibunya ada di sebelah sini, bicara tentang kabur bersamanya.
Meski agak simpati, tapi melihat gadis yang putus cinta ternyata sebegitu menakutkan, kedepannya dia lebih baik tidak memberi mereka kesempatan lagi.
“Tidak boleh.” Erbao berkata dengan sungguh-sungguh, “Kabur akan membuat kita mati kelaparan, Ayahku tidak memberi uang aku tidak bisa bertahan.”
Saat sedang tidak tahu harus berbuat apa, tiba-tiba Erbao melihat seseorang yang berjalan mendekat dari kejauhan.
Matanya berbinar, “Ayah!”
Gadis itu juga melihat ke arah lelaki yang mendekati lapangan, lalu segera mengumpulkan keberanian, saat Mu Yibei mendekat, dengan tegas maju ke depan, “Paman, aku mohon padamu, kabulkanlah permintaan kami!”
Sheng Youran menjelaskan, “Ini adalah... mantan pacar putramu.”
Mu Yibei mengerutkan alis, mengapa setiap gadis yang dirayu putranya selalu menangis tak henti-hentinya.
“Bicaralah lagi saat kamu sudah delapan belas tahun dan masih menyukainya.”
Gadis itu langsung terdiam bingung: “......”
Erbao yang melihatnya ingin menangis lagi, menambahkan, “Jika kamu menangis lagi, Ayahku mungkin akan menyuruhku pindah sekolah.”
Seketika, suara tangisannya langsung berhenti.
Dia menutup mulutnya rapat-rapat, berusaha menahan tangis, takut sekali kalau dia pindah sekolah dan tidak akan kembali lagi.
