"Bab 411 Ingat menyelinap masuk ke selimut Ayah, kalau tidak dia akan marah"
Ye Mo'er terkekeh pelan, "Rupanya sampai sekarang masih menyalahkan saya. Tapi saya tidak pernah bilang dia hanya mempekerjakan saya sendiri."
"Inti masalah terakhir adalah karena Xingbao diculik, Sheng Youran baru rela jatuh ke dalam perangkap."
"Tapi yang menculik Xingbao bukan Ye Mo'er, melainkan orang lain yang dipekerjakan William."
"Sebenarnya saya penasaran kenapa kamu tidak menyadari." Ye Mo'er duduk di sofa mewah, postur tinggi rampingnya terlihat kurus saat ini, "Apa kamu benar-benar mengira dia akan mengandalkan saya untuk membawa pergi anak Mu Yibeu? Sekalipun saya berjanji, menurutmu William akan mudah percaya?"
"Lagipula dulu kami juga tumbuh besar bersama."
"Keuntungannya saya lebih mengenal setiap orang dibanding yang lain."
"Tapi apakah saya benar-benar akan bertindak tanpa mempedulikan perasaan lama, itu perlu dipertaruhkan."
Ye Mo berdiri tegak di samping, tatapan matanya dingin bagai terendam es.
"Dibandingkan hasil akhir, apakah kamu yang membawa pergi sendiri ada bedanya?" Nada bicaranya seolah telah terendam dalam kolam es.
Ye Mo'er tersenyum masam, "Untuk membawa kembali anak itu, saya sudah menanggung banyak efek samping."
Hanya saja semua itu tidak ada gunanya dibicarakan dengan mereka, lagipula, itu juga pilihan "dirinya sendiri".
Untung Luo Sangshang menyuruh William menyerah, kalau tidak cara dia ini mungkin akan dikenakan surat buronan.
Semua ini berputar di otak Ye Mo Er, akhirnya dia tersenyum tipis, "Percaya atau tidak terserah. Tapi soal Sheng Youran ini, aku tidak tahu, mungkin William juga tidak tahu."
Perbedaannya hanya, setelah tahu, dia mengerti beberapa hal mungkin akan terpisah selamanya dari mereka.
Sedangkan William, meski bukan rencananya, bisa dibilang ada yang membantu menghilangkan kebencian di hatinya.
Kalau bukan karena ini, bahkan Luo Sangshang pun sulit membuatnya menyerah.
Orang ini terkenal selalu membalas dendam.
Ye Mo tampak tidak sabar, memandang perempuan di sofa mewah dari ketinggian, "Sudah tahu aku tidak percaya, apa kamu datang untuk bunuh diri?"
Selama setengah tahun Sheng Youran menghilang, Mu Yibei tidak hanya mencari Sheng Youran, tapi juga Ye Mo Er.
Ye Mo Er mengibaskan rambut panjangnya, "Kalau aku yang pimpin tim, keberhasilan masuk pasti 100%. Kalau kalian sendiri, paling 50 poin bisa atas masuk, belum tentu bisa temukan yang kalian cari."
Alis Ye Mo berkerut tajam, menyindir, "Ye Mo Er, kamu tahu kami mencari apa, masih mau bilang tidak tahu apa-apa?"
Dia tahu, hanya mungkin bukan dari sudut pandang kerja sama.
Tapi semua penjelasan ini tidak ada artinya.
"Ye Mo Er juga malas bicara panjang lebar,"Ini bisa dibilang perusahaan pembuat obat terlarang terbesar di Amerika Selatan. Saat Ye Yunting kuliah di Amerika, bagian ini berada di bawah kendalinya. Aku pernah dipekerjakan untuk mengambil sampel, tidak bisa bilang menguasai sepenuhnya, tapi ada keyakinan."
Ye Mo tampak sedang mempertimbangkan, terdiam beberapa detik,"Kenapa kamu melakukan ini?"
Ia menatap mata hitam memesona Ye Mo Er, seolah ingin menembus jiwanya.
"Kenapa?" Ye Mo Er tersenyum,"Tarifku sangat mahal, menurutmu kenapa?"
"Apa kamu kekurangan uang?"
Ye Mo percaya meski pun dia kekurangan uang, tidak perlu mengambil risiko besar seperti ini hanya untuk mendapat uang dari mereka.
"Kekurangan. Kalau tidak, aku tidak akan mencarimu. Setengah tahun tidak dapat misi, kalau bukan kamu, siapa lagi?"
Fakta bahwa dia tidak mendapat misi selama setengah tahun memang masuk akal.
Masalah sebelumnya membuatnya bersalah di kedua pihak. Bagi klien, tindakannya sangat tidak profesional.
Reputasinya terkena imbas besar.
"Berapa?"
"10 juta dolar AS."
Ye Mo menyeringai dingin,"Apakah 50 juta dolar William dulu sudah habis semua?"
"Sebagian besar dari 50 juta itu untuk orang lain, apalagi..." Ucapnya disertai senyum masam.
Urusan sudah berantakan seperti ini, mana mungkin dia bisa minta sisa pembayaran.
Dari diamnya Ye Mo Er, Ye Mo bisa membayangkan kesulitan yang lebih parah dari perkiraannya.
Meski tidak sepenuhnya percaya.
Kalau orang lain, yakinlah kondisi seperti ini sangat merepotkan.
Tapi Ye Mo Er, bagaimana mungkin dia membiarkan dirinya terlibat dalam masalah seperti ini.
“10 juta, tidak terlalu banyak.”
“Hm, aku tahu uang bukan hal penting. Yang penting adalah kau tidak tahu cara mempercayaiku.” Ye Mo Er menyilangkan kakinya, “Tapi maaf, aku juga tidak tahu cara membuatmu percaya. Putuskan sendiri.”
Seolah menunggu lama, ruang tamu dipenuhi kesunyian senyap yang mencekam.
“Boleh.” Ye Mo menunduk, menatap wajahnya, “Jika berhasil, aku akan memberimu tiga kali lipat harganya.”
Ye Mo Er tampak bingung, mengangkat pandang, “Percaya padaku secepat ini?”
Sorot mata Ye Mo gelap, “Aku akan ikut bersamamu.”
Setelah naik ke atas, anak buah mendekat dan berkata, “Kamar sudah disiapkan untuknya, tapi Bos, masalah ini...”
“Untuk sementara jangan beri tahu Mu Yibei.”
Ye Mo berdiri di jendela ruang studi, memegang sebatang rokok yang jarang dia pegang.
Asap tebal mengepul dari wajahnya yang dingin dan berkesan dalam.
Anak buah ragu-ragu, lama akhirnya berkata, “Hanya ada satu kesempatan. Jika gagal kali ini, akan sangat sulit untuk merebutnya lagi. Bukan aku tidak mau percaya pada Nona Ye Mo Er, tapi kita sering dikalahkannya. Dia sepertinya... sangat menikmati melawan kita.”
Ye Mo menatap ke luar jendela cukup lama, lalu memadamkan filter rokok di tangannya, “Tidak apa. Kali ini aku yang akan pergi sendiri.”
Anak buah terkejut, akhirnya diam seribu bahasa.
London, cahaya pagi menembus tirai tipis, mengisi kamar dengan kedamaian.
Saat Sheng Youran bangun, dia masih tidur di ranjang Sanbao.
Gadis kecil di sebelah yang tidur lelap dengan mimpi indah, sudut mulutnya masih sedikit terangkat.
Dia diselimuti selimut tipis, sepertinya ini bukan yang dia gunakan sendiri tadi malam.
Dengan gerakan halus, dia turun dari ranjang dan berjalan bertelanjang kaki ke balkon.
Dari sudut ini, Sheng Youran bisa melihat jelas hamparan taman bunga yang indah di kebun.
Menghirup dalam-dalam udara pagi, dia mengusap bahu dan lehernya.
Tidurnya tadi malam sangat nyenyak.
Hanya saja tidak tahu apakah setelah keluar akan melihat lagi raut wajah hitam legam seperti wajan Mu Yibei.
Kali ini murni karena dia ingkar janji...
Saat itu hatinya melunak, tidak tega melihat putrinya kecewa.
Baru saja Sheng Youran kembali dari balkon ke kamar, melihat Sanbao sudah bangun dan sedang mengucek mata.
Begitu melihatnya, mata Sanbao langsung berbinar-binar.
"Ibu! Apakah tadi malam aku tidur bersama ibu?"
Dengan senyum dia mengangguk.
Sanbao yang awalnya gembira tiba-tiba berbisik khawatir, "Cepatlah cari Ayah, mungkin Ayah belum bangun. Masuk diam-diam ke selimut Ayah, nanti dia marah."
Sanbao tidak mendapat keuntungan gratis lalu berlagak manis. Dia segera turun ranjang, menarik Sheng Youran keluar sambil berkata, "Ibu, dengarkan aku. Pura-pura saja kemarin malam kamu hanya terlambat sedikit datang."
Sambil berkata demikian, dia membuka pintu kamar Mu Yibei, mendorong Sheng Youran masuk, lalu menutup pintu!
