Bab 423 Ayahku Suka Ditipu Uang oleh Ibuku
Mo Qing terdiam sejenak saat mendengar kalimat 'juga tidak akan merebut Ibunya'.
“Ada apa?” Sheng Youran menatap ke atas.
“Tidak ada.” Mo Qing mengaitkan bibir dengan dingin, “Anak-anak mungkin saja berpikir kacau.”
“Ada satu hal lagi.” Dia ragu sebentar, lalu melanjutkan, “Selama di rumah sakit, aku sangat berterima kasih padamu. Aku tahu sudah mengatakannya berkali-kali, dan kata-kata ini tidak cukup tulus. Tapi setidaknya, semua biaya pengobatanmu selama perawatanku harus kukembalikan.”
Alis Mo Qing terangkat lebih tinggi, memandangnya dengan geli, “Maksudmu… kamu akan memberiku uang?”
Sheng Youran memeluk dokumen, mengangkat bahu pasrah, “Aku tahu Tuan Mo tidak kekurangan uang, tapi aku tidak bisa berhutang padamu hanya karena kamu kaya.”
Mo Qing menatap tajam ke wajahnya.
Senyum yang dipaksakan masih menyisakan sedikit kecanggungan.
“Dari mengatakan tidak akan merebutku sampai membayar hutang, semua upayamu untuk memberikan batas tegas… Apakah Mu Yibei yang menyuruhmu melakukan ini?” tanya Mo Qing dengan nada penuh arti.
Sheng Youran agak terkejut dia berbicara begitu langsung, terpaksa berkata, "Tidak juga, ini juga keinginanku sendiri. Sebenarnya aku sudah punya pemikiran ini sejak lama, tapi aku... Hm..."
Mo Qing meliriknya dengan kesal, "Tapi karena kamu tidak punya uang."
Dia tersenyum kaku, "Aku memang tidak punya uang sebelumnya, rasa terima kasihku padamu hanya bisa di hati tapi tak bisa diwujudkan. Sekarang aku sudah mampu, wajar jika aku ingin membalasmu. Tuan Mo, kalau kau tidak menerima, hatiku juga tidak tenang, terus merasa berhutang besar yang makin lama bunganya tak jelas bagaimana menghitungnya."
Mo Qing mengetuk kepala kecilnya, "Aku akui menyelamatkanmu awalnya ada pamrih, tapi kau adalah putri Paman Yun, wajar aku menyelamatkanmu. Tapi kalau kau bersikeras membayar, aku tidak keberatan. Menurutmu, harusku bicara dengan Paman Yun atau Mu Yibei? Lagipula kau sekarang tetap miskin."
Sheng Youran: "..."
Dia juga tidak ingin sefakir ini, tapi saat ini hanya bisa mengandalkan ayah atau suami.
Sebenarnya meski Mu Yibei tidak mengatakannya, hutang biaya pengobatan pada Mo Qing tetap harus dilunasi.
"Kau... cari saja Mu Yibei."
"Masih bilang bukan dia yang menyuruhmu berkata begitu." Mo Qing menyeringai sinis, "Presiden Direktur Grup Mu berkepribadian sekecil ini?"
"..." Sheng Youran menjelaskan, "Bukan itu maksudku. Aku pikir karena kau sudah akrab dengan ayahku, kalian berdua pasti akan menganggapnya sebagai utang budi lagi."
"Oh, kalau begitu aku bisa menuntut banyak dari Mu Yibei." Mo Qing tersenyum tipis tanpa kehangatan, "Kehilangan seorang perempuan setidaknya bisa menyelamatkan kembali segunung uang?"
Sheng Youran tertegun.
“Tidak ada apa-apa.” Mo Qing menyimpan tangan di saku, berkata dengan malas, “Aku akan mencarinya, dan tidak akan kurang satu poin pun. Rumah sakit itu dulu kubeli langsung, akan kusertakan juga proses balik nama. Sungguh, kalau cari Paman Yun pasti tidak akan dijebak seperti ini. Kau memang jago sok membantu menghasilkan uang untuk orang luar.”
“……”
Tiba-tiba, suara batuk kecil anak-anak menyela, “Paman, sedang bicara apa?”
“Aku bilang ibumu sedang menguras uang ayahmu.” Mo Qing mengangkat alis, memandangi anak yang menarik perhatian ini.
Erbao tetap menjaga wibawa gaya seorang presiden direktur, “Oh, tidak masalah Paman. Ayahku memang suka dihabisin uangnya sama Ibuku. Paman tidak tahu ya?”
Mo Qing terkekeh, “Uang masuk ke kantongku juga tak apa?”
“Paman, sepertinya Anda juga pedagang. Mau bicara apa dengan Ayahku? Lebih baik berunding denganku saja. Aku bisa mewakilinya.”
“Aku tidak berbisnis dengan anak kecil.”
Erbao tidak tersinggung oleh sikap meremehkannya, “Paman, aku ahli waris Grup Mu. Walau masih kecil, aku punya saham. Lagipula sahamku tidak sedikit. Paman paham maksudnya?”
“Aku hanya paham kau belum dewasa. Simpan saja sahammu untuk dikhayalkan sendiri.” Senyum Mo Qing mengembang.
Sheng Youran menghela napas. Meski Mo Qing berkarakter kalem dan dingin, nyatanya dalam urusan omongan kosong pun dia enggan mengalah.
Tapi tak disangka... bahkan anak kecil pun bisa diajak berdebet.
“Paman, di usia 16 tahun saya sudah memiliki hak suara secara hukum. Hanya butuh 10 tahun lagi, dan selama itu saya yakin perusahaan Paman masih di bawah kendali Paman. Nanti saat kita bernegosiasi, Paman harus berhati-hati dengan ucapan sekarang ya.” Erbao melipat sudut mulutnya, kedua tangan disilangkan di punggung, berjalan mondar-mandir dengan gaya layaknya eksekutif, “Dan satu lagi Paman, meski sekarang saya belum punya hak suara legal, tapi secara praktis pengaruh saya sudah ada.”
“Hm?”
“Maksudnya, walau kata-kata saya tidak berpengaruh langsung, tapi para paman lain yang punya kekuasaan mau mendengarkan saya!” Ekspresi polos menghias wajah Erbao, “Tentu saja yang terpenting, Ayahku sangat mempercayaiku. Paman, boleh tahu berapa banyak kerja sama Anda dengan perusahaan Ayahku?”
Mo Qing berhenti sejenak lalu tersenyum, “Putra ini ternyata sangat protektif terhadap ayahnya.”
Dalam hati Erbao memutar mata, bukannya jelas dari tadi!
Tapi seandainya bukan karena belum sempat minta maaf pada Ayah, dan ingin menunjukkan kesungguhan saat Ayah tidak ada, dia malas bicara panjang lebar dengan paman ini.
“Tuan Mo masih ada urusan kan? Mari kita berpamitan dulu?” Sheng Youran tersenyum pada Erbao, “Bilang selamat tinggal pada Paman.”
Setelah Mo Qing masuk ke mobil, Sheng Youran baru mengajak Erbao menuju lapangan sepak bola, “Bukannya katanya ada pertandingan game, tidak perlu latihan?”
“Oh, pertandingan terakhir mendiskriminasi anak di bawah umur, jadi saya libur. Ibu mau nonton? Nanti saya minta Ayah beli hak penyelenggaraannya lalu ubah aturannya?”
“Tidak perlu merepotkan diri seperti itu, kamu main sepak bola saja juga bagus,” Sheng Youran mengusap kepala anak itu.
Terlalu lama menatap laptop tidak baik untuk mata, lebih baik anak-anak banyak berolahraga.
“Setelah selesai main bola, kita akan menjemput adik pulang sekolah. Mau makan apa malam ini? Kita makan di luar atau pulang ke rumah?”
Sheng Youran menggandeng Erbao, berjalan kembali ke lapangan sepak bola dengan postur tubuh yang kontras antara besar dan kecil.
Dari belakang, bayangan seseorang mengikuti dari jarak yang tidak terlalu jauh.
Saat Erbao bermain bola, Sheng Youran hanya duduk di pinggir sambil sesekali memeriksa ponselnya.
Tiba-tiba terdengar suara tangisan anak dari arah pintu masuk tidak jauh, seorang gadis kecil terjatuh di tanah sambil menangis histeris tanpa ada orang dewasa di sekitarnya.
Ia segera berdiri dan menghampiri gadis kecil itu, mengangkatnya dari tanah, “Nak, kamu tidak apa-apa?”
Lutut anak itu terluka parah hingga mengeluarkan banyak darah.
“Sakit... Ada Paman Jahat yang mendorongku... Hu hu hu...”
“Siapa yang mendorongmu?” Sheng Youran berjongkok memeriksa lukanya, “Luka ini harus dibalut. Di mana orang tuamu?”
Gadis kecil itu hendak menjawab sambil terisak, tiba-tiba matanya membelalak ketakutan melihat sesuatu di belakang Sheng Youran.
Tangisannya kembali meledak, “Paman Jahat! Paman Jahat!!”
Sebelum sempat berbalik, tubuh Sheng Youran limbung terkena sengatan listrik.
