BAB 441 SEPATU TIDUR? Langsung mati hati menempel di tanah padaku?
Sheng Youran baru saja sadar, kepalanya masih sedikit pusing.
Ditambah lingkungan sekitar yang tertutup, dia hampir tak bisa melihat wajahnya.
Tapi ciumannya, familiar sampai ke tulang sumsum.
Meski dalam ingatannya mereka tak lama bersama, dia merasa beberapa perasaan sudah berakar dalam di hatinya.
Meski sebagian otaknya dirusak obat, perasaan itu masih bisa dicungkil perlahan.
Orbit matanya terasa getir, setelah sekelirik terkejut, tangannya meraih bahu pria itu, membalas ciumannya.
Untung mereka tidak mati.
Setelah sekelirik berciuman, Mu Yibei melepaskannya sambil batuk ringan, mengusap rambutnya sambil tertawa, "Semangat sekali, jarang-jarang. Jangan-jangan karena melihatku, ingin langsung bercinta di sini?"
Sheng Youran mengabaikan ucapan mesumnya, hanya menyadari nada suaranya yang lemah.
“Kamu kenapa?” Suaranya mulai panik, kebetulan sekeliling gelap gulita, dia tidak bisa melihat apa-apa, “Katanya kamu terluka, benar tidak? Luka di mana?”
Tangannya meraba-raba tubuhnya berusaha menemukan bagian yang terluka, gerakannya sangat lembut, hati-hati, takut sekali membuatnya kesakitan.
Punggung tangannya ditutupi telapak tangan lelaki besar, menggenggam tangannya dan menaruhnya di wajahnya, “Masih baik-baik saja, kamu kan juga terluka, kepala sampai kena hantaman. Sudah tidak ingat aku, jangan-jangan setelah kena hantaman jadi lupa separuhnya?”
Dia tersedu-sedu, “Tidak, tidak akan.”
“Benarkah?” Dia bersandar di tembok, nada bicaranya santai, “Kalau gitu tidak sampai jatuh jadi bodoh. Dari dulumu juga tidak terlalu pintar, kalau makin bodoh sudah tidak tertolong.”
“Mu Yibei!”
Mu Yibei melepaskan tangannya, memeluknya erat, kedua tangan menopang wajahnya, “Kenapa tidak pergi waktu kusuruh pergi tadi?”
Meskipun sudah menyuruh Hongying mengatasi masalah peledakan ini, tapi waktu yang diberikan terlalu singkat.
Sedikit saja kecerobohan benar-benar bisa menimbulkan masalah besar.
“Lagipula aku juga tidak bisa pergi, di dermaga masih ada orang. Aku tahu aku beban, tapi... karena memang tidak bisa pergi, lebih baik mencarimu.”
“Ada orang di dermaga kenapa?” Mu Yibei mencubit pipinya dengan keras, “Kamu pikir, cuma segini jumlah orang yang kubawa?”
“Tapi kalau kamu tidak kembali, sini akan meledak.” Dia membantah, “Ini kan sudah meledak!”
Mu Yibei membersihkan tenggorokannya, mengunci perempuan itu di dadanya, "Kalau bukan karena kamu berlari kembali, apa aku perlu masuk? Sheng Youran, meski aku tak ingin ada lain kali, tapi seandainya terjadi lagi, ingat baik-baik. Saat kusuruhmu pergi, langsung pergi!! Jangan menyeret kaki belakangku."
Sheng Youran memeluknya erat, wajah terkubur di dadanya.
Dia tahu risiko seperti ini ada, tapi begitu membayangkan dia mungkin mati terkubur di sini, sungguh tak sanggup kabur sendiri.
"Diam saja?" Mu Yibei mengira nada bicaranya terlalu keras, "Bahkan jika kamu marah, tetap pantas kuberi pelajaran."
Sheng Youran memeluknya semakin kencang, orbit matanya basah, suaranya tersedu-sedu, "Maaf."
Dia tak peduli bagaimana lelaki itu menegurnya sekarang, tapi ketakutan yang tertahan selama ini, perpisahan berhari-hari.
Sampai detik ini, dia tak ingin mengurus apapun lagi.
Paling-paling, apa pun yang dia katakan akan didengarnya.
Sekadar mendengar suaranya pun sudah cukup.
"Maaf untuk apa? Coba jelaskan." Mu Yibei menghitung waktu, mungkin mereka harus tinggal sebentar lagi di sini, bertanya dengan nada datar, "Jangan-jangan kamu melakukan hal yang tak pantas? Hm?"
"Aku tidak... Kamu marah, aku minta maaf. Aku menyeret kaki belakangmu, membuat kita terperangkap di sini."
"Benar tak ada yang dilakukan?" Sorot mata Mu Yibei berkilat samar, tangannya membelai rambutnya, "Lagipula selama ini, membiarkanmu bersama lelaki yang punya motivasi di baliknya, sulit bagiku untuk tenang."
"Tak ada yang terjadi antara kami."
Mu Yibei mencibir, "Sikap manis begini? Tapi bukannya kamu sudah lupa aku? Kita baru kenal beberapa hari, sudah mau mati-matian padaku?"
Sheng Youran mengangkat kepalanya, sebenarnya dia tidak memikirkan hal sebanyak itu.
Tapi naluri dalam hatinya tidak bisa membiarkan dirinya kabur dan meninggalkannya sendirian.
Serta selama hari-hari menunggu ini, yang selalu dipikirkannya adalah bagaimana jika dia mencarinya, apakah dia sudah datang.
Ingin dia datang membawa dirinya pergi, tapi takut kalau dia benar-benar datang akan terjebak.
Mati-matian atau tidak dia tidak tahu, tapi saat ini meski kepalanya masih sakit, meski sekitar gelap gulita, bersandar di dadanya membuatnya tenang.
"Kapan kita bisa keluar dari sini?" Sheng Youran menatap kegelapan di sekeliling.
Dia ingat tiba-tiba gempa mengguncang, saat tempat ini mulai runtuh, sepasang lengan menariknya.
Tapi kepalanya tetap terkena hantaman sesuatu.
Sudah tidak makan, ditambah sedikit hipoglikemia dan kelelahan.
Kesakitan, dia pun pingsan.
Kalau begitu, apakah sistem penghancuran otomatis ini benar-benar terjadi?
Apa penghancuran cuma seperti ini?
Kupikir seluruh pulau akan hancur lebur jadi abu.
"Kemungkinan tidak bisa keluar." Mu Yibei mengerutkan alisnya. Saat baru saja hendak menyuruhnya menunggu lagi, kata-katanya belum sempat diucapkan dia sudah mengubah keputusan, "Kau juga tahu ini pulau, sumber daya manusia dan material sangat terbatas. Lihat ini, keruntuhannya tidak terlalu parah, hanya jalan-jalannya yang tersegel rapat. Mereka sama sekali tidak bisa memindahkan batu-batu ini, ingin mengangkut truk lewat laut juga bukan perkara sesaat."
Sheng Youran merasa hatinya terasa berat, "Apa?"
Awalnya dia mengira mereka sudah selamat, tinggal menunggu tim penyelamat datang.
"Singkatnya, tenaga manusia biasa tidak bisa menyelamatkan kita. Tak ada makanan dan minuman, saat mereka benar-benar menemukan cara, kita sudah mati kelaparan di sini." Mu Yibeu menguap malas, berbicara tanpa berkedip, "Sekarang kita benar-benar akan mati bersama. Youran, bagaimana ini?"
Jari-jari Sheng Youran terasa dingin, mencengkeram erat bajunya, "Kau serius?"
"Pernah dengar kesulitan penyelamatan gempa? Sama saja. Kita hanya kebetulan di sudut mati yang tidak tertimpa reruntuhan. Sekarang kita di pulau, menurutmu bagaimana cara diselamatkan? Lebih baik nikmati sisa waktu terakhir di sini." Bibirnya terkait sinis, jarinya mengelus lembut bibirnya, "Misalnya, lakukan hal yang ingin dilakukan sebelum mati. Tapi aku masih agak terluka, sekarang agak lelah, bagaimana kalau kau yang menciumku?"
Sheng Youran selain merasa putus asa, juga tidak tahu harus tertawa atau menangis, "Mu Yibei, di saat seperti ini otakmu hanya memikirkan ini?"
“Lalu seharusnya apa yang ada di otakku?” Lelaki itu mengusap lembut bibirnya yang masih basah oleh ciumannya tadi, “Kalau memang sudah pasti mati, tidak ada cara lagi, bukankah lebih baik kita bersenang-senang?”
Perasaan lega setelah selamat dari bencana, diucapkannya justru menjadi keputusasaan.
Tiba-tiba dia tidak bisa menentukan apakah ketenangannya ini karena sudah pasrah pada hidup-mati, atau alasan lain.
Bahkan bantahan pun tak bisa terucap.
