Bab 448 Dokter tampak enggan berbicara
“Tidak sepenuhnya dilarang, tapi sebaiknya dibersihkan dengan cara diusap.” Dokter takut menyakiti perasaannya, hanya bisa tersenyum kaku.
Sheng Youran segera menyahut, “Tidak akan lagi, sudah mandi sekali juga cukup, nanti aku tidak akan izinkan dia mandi lagi.”
Lelaki itu menarik kembali pandangannya, berkomentar dingin, “Berespons berlebihan.”
Dokter tentu tidak berani menambah komentar, setelah mengoleskan obat, bersiap untuk keluar.
“Aku akan lihat menu makan siang apa, nanti kubawakan untukmu.” Sheng Youran yang melihat tidak ada masalah serius, merasa lega, tetap memutuskan untuk konsultasi dulu dengan dokter.
Mu Yibei tidak senang, mengerutkan alisnya, “Suruh saja mereka mengantarkan semua menu yang ada, tidak perlu kamu sendiri yang melihat.”
“Aku justru ingin melihat sendiri, sekalian mencari udara segar!”
Dia melirik balkom kamar, “Balkom pemandangan laut ada di sini, masih mau cari udara segar ke mana lagi?”
“Bolehkah aku ke dapur mencari udara segar?”
Lelaki itu akhirnya tak berkata apa-apa lagi, terpaksa mengizinkan.
Begitu keluar dari kamar, Sheng Youran langsung menyusul dokter.
“Cedera Tuan Mu memang tidak masalah serius.” Dokter menjelaskan, “Hanya ada beberapa luka di tubuh, risiko cedera kaki juga ada. Nyonya Mu tidak perlu terlalu khawatir, hanya saja...”
“Hanya saja apa?”
Dokter tersenyum, “Beberapa hari ini, biarkan dia beristirahat dengan baik...”
Sheng Youran melihat ekspresi dokter yang ragu-ragu, wajahnya merah padam karena malu, tak bisa bicara.
Gagap berkata, “Aku... aku mengerti, aku... akan memastikannya beristirahat...”
Baru setelah dokter pergi, ia menarik napas dalam-dalam beberapa kali, mencoba menenangkan diri.
Tadi dia bahkan memintanya pindah ke sini untuk memudahkan merawatnya.
Sekarang dipikir-pikir lebih baik urungkan saja.
Biarkan dia beristirahat tenang, nanti juga tidak perlu mandi-mandi lagi.
Kalau benar setiap malam tidur di kamarnya, belum tahu apakah dirinya yang "tidur dengan tidak tenang" ini akan tak sengaja menendang kakinya.
Yang penting mereka berdua sama-sama tidak bisa tidur nyenyak.
Sheng Youran memeriksa makanan hari ini, mengantarkannya ke kamar.
Dengan tegas menolak permintaan pindah rumahnya, memaksanya tidur siang, bahkan menyita laptop-nya.
Sheng Youran baru keluar dari kamar setelah memastikan dia benar-benar tertidur.
Kapal masih berlabuh di tepi pulau, ia menikmati angin laut di tempat yang telah "mengurung diri" ini lama sekali.
Hanya berharap ke depannya tidak perlu datang lagi.
Berdiri beberapa saat baru dia melihat orang yang sebelumnya mengatakan tidak menemukan Ye Yunting atas permohonannya.
"Istri."
Sheng Youran tersenyum tipis, tidak berniat melanjutkan kesulitannya, "Kapan kita berangkat?"
"Jika tidak ada halangan, malam ini juga akan berangkat." Setelah meronta-rona, lawan bicaranya akhirnya mengakui sendiri, "Jika Ibu ingin bertanya tentang Ye Yunting, saya bisa katakan sekali lagi - kami belum menemukannya."
Yang paling dikhawatirkan adalah jika Ibu tidak mendapat kabar, lalu tanpa sengaja bertanya pada Tuan Mu.
Memikirkan hal ini, lebih baik dia yang mengatakannya sendiri.
Lagipula memang tidak ditemukan, jadi tidak perlu khawatir Ibu akan meminta pertemuan diam-diam dengan orang itu.
Sheng Youran tertegun sejenak, mengangguk, "Oh, baik, terima kasih."
Setelah anak buahnya pergi, dia masih berdiri di dek menatap ke luar.
Permukaan laut sangat tenang, seolah tak ada batas antara langit dan bumi.
Sebenarnya dia sendiri tak tahu apa yang dipikirkannya, hanya memandang pulau itu dengan tatapan kosong.
Mengenai Ye Yunting, dia pun tak tahu harus berharap dia ditemukan atau tidak.
Jika ditemukan dalam keadaan hidup, tak ada yang tahu nasibnya selanjutnya.
Jika tidak ditemukan, mungkin dia sudah mati.
Saat keluar, dia sempat melihat markas itu.
Runtuhan yang dia kira sebenarnya tidak bisa disebut benar-benar runtuh.
Belakangan diketahui bahwa penghancuran diri dilakukan bertahap per zona.
Beberapa bagian yang diledakkan terlebih dahulu tidak berhasil dicegat, sehingga menimbulkan sedikit gelombang energi.
Tapi sebagian besar basis masih utuh, hanya sebagian kecil, seperti area tempat dia dan Mu Yibei tinggal yang kebetulan jalannya tersegel rapat.
Ye Yunting jelas tidak bersama Shen Qing di rute yang sama, kalau tidak tentu Shen Qing yang tertangkap sementara dia tidak.
Tapi jika dia berada di dalam basis, terkunci di suatu tempat, mungkin benar-benar tidak ada jalan keluar.
Jika dia sendiri melarikan diri ke tempat lain tanpa ditemukan mereka, apa yang akan terjadi padanya?
Setelah mereka pergi, masih akan ada orang-orang Mu Yibei di pulau itu.
Bahkan jika dia bisa menghindari semua orang, tapi akhirnya, dia tidak punya kapal untuk melarikan diri...
Sheng Youran merasa agak sakit kepala, masalah-masalah ini sebenarnya tidak perlu dipikirkannya, tapi tidak bisa tidak terpikirkan.
Haruskah berharap dia hidup atau mati, dirinya sendiri pun tidak tahu.
Jika dianalisis secara rasional, orang yang membuatnya kehilangan ingatan, terpisah dari suami dan anak selama setengah tahun, juga karena ulahnya dia terjebak di basis hingga hampir mati bersama Mu Yibei, maka seharusnya dia berharap Ye Yunting tertangkap atau mati.
Tapi, dia tidak memiliki ingatan-ingatan itu.
Sebaliknya selama ini, Ye Yunting baginya adalah orang yang selalu bersama dan bertemu setiap hari, tapi tidak mengancam dirinya.
Bahkan di pulau itu pun, dia tidak pernah benar-benar meninggalkannya.
Saat kakinya terluka jatuh, maupun ketika dia bersikeras kembali karena Mu Yibei, Ye Yunting tidak pernah mengabaikannya.
Sheng Youran menutup matanya, sakit kepalanya semakin menjadi.
Mungkin kesalahannya tidak sampai hukuman mati.
“Orang yang hampir membuat dirinya sendiri dan Mu Yibeu mati adalah Shen Qing.”
“Sedangkan Ye Yunting, dia bisa dibilang telah menyelamatkanku.”
Sheng Youran menghembuskan angin puyuh, merasa agak membosankan, lalu berjalan menuju balkom kamarnya.
Balkom itu sendiri tidak tersegel rapat, tidak langsung menghadap ke laut, ada tangga dan koridor yang memudahkan akses untuk berjemur.
Kapal ini sangat besar, jumlah penumpangnya memang sedikit. Dia ingin mencari orang tapi tak menemukan siapa pun yang sama-sama menganggur seperti dirinya.
Setelah beberapa langkah, saat hampir mendekati balkom, tiba-tiba terlihat seseorang bersandar di dinding.
Darah di dadanya masih segar, wajahnya pucat dipenuhi butiran keringat.
Sorot mata dingin penuh kewaspadaan menghujam tajam ke arahnya.
Sheng Youran benar-benar bingung.
Dia sama sekali tidak menyangka Ye Yunting yang tak bisa mereka temukan di pulau ternyata ada di sini.
Nafasnya tersengal-sengal, butiran keringat terus mengalir di wajahnya.
“Kamu... kamu...”
Senyum sinis mengembang di wajah Ye Yunting, suaranya parau, “Sungguh tidak direncanakan...”
“Kenapa kamu di sini?” Sheng Youran menggigit bibir bawahnya, berdiri kaku di tempat dengan kebingungan.
“Banyak orang mencariku. Kalau tidak bersembunyi di sini, mau ke mana lagi?” Suara Ye Yunting penuh ironi diri, berat dan menggelikan, “Awalnya kukira kapal ini besar, mudah saja menghindar selama mereka tidak tahu. Tapi... malah terjebak di tanganmu.”
Pikiran Sheng Youran benar-benar kosong, tak tahu harus berbuat apa.
"Aku tidak membawa senjata." Suara Ye Yunting terdengar dingin, namun masih terdengar lemah, "Tidak berniat menyandera kamu, tenagaku juga sudah habis. Kalau mau panggil orang, sekarang juga bisa, aku tidak bisa kabur."
