Bab 449 Apa ini bukan kamarmu?
Bibir Sheng Youran menggigit sampai pucat, jari-jarinya terasa dingin membeku.
Saat ini dia hanya perlu berteriak beberapa kali, bahkan jika Ye Yunting berbalik melompat ke laut, mungkin masih bisa ditangkap.
Tapi dalam kondisinya sekarang, melompat ke laut pun sama saja bunuh diri.
Bahkan bercak darah di tubuhnya bisa memancing hiu.
Meski dia sendiri tidak tahu apakah ada hiu di sini.
Pun jika tidak ada hiu, dia jelas tidak akan sanggup bertahan lama.
Intinya sama saja - jalan buntu.
Sheng Youran tertegun di tempat, kedua orang itu sama-sama terdiam.
Beberapa saat kemudian, matanya menatap luka yang mengalirkan darah di tubuhnya, "Kamu terluka?"
Sorot mata tajam Ye Yunting sempat mengkilat sebentar oleh keheranan.
Tapi cepat mereda, pupil matanya bagai lapisan es abadi yang tak pernah mencair.
"Hm." Jawabnya dengan nada datar.
Hanya sebuah jawaban singkat, seolah tak mau mengucapkan satu kata pun lebih untuknya.
Sheng Youran masih berdiri di tempat, tak ada yang tahu betapa hati sedang dihujani keraguan.
Setiap keputusan yang diambil, seakan akan membuatnya menyesal.
Makanya dia juga tak berani langsung memanggil orang.
“Intuisi memberitahu dirinya sendiri, Ye Yunting yang jatuh ke tangan Mu Yibei pasti tidak akan berakhir baik.”
Bahkan ingin mati secara cepat dan bersih pun mustahil.
Saat Ye Yunting mengangkat pandangan, dia melihatnya masih berdiri tak bergerak.
Pertarungan batin terpancar jelas dari sorot matanya.
“Pergi!! Panggil orang.” Suaranya rendah, mata menatapnya, “Mereka yang menangkapku tak akan langsung membunuhku. Selama itu aku masih punya banyak kesempatan kabur. Justru kondisiku sekarang berisiko mati kehabisan darah.”
Sesuatu menusuk hati Sheng Youran.
Pengetahuan umumnya mengatakan luka di tubuhnya tidak fatal, tak mungkin menyebabkan kematian akibat perdarahan.
Jika tidak ditemukan orang-orang Mu Yibei, sangat mungkin dia bisa memulihkan sebagian kondisinya lalu melarikan diri.
Ucapannya tadi mungkin hanya untuk membebaskannya dari dilema.
Tidak!
Sheng Youran ingin menekan pelipis Taiyang-nya sendiri hingga hancur.
Bagaimanapun dia adalah Ye Yunting. Meski ingatan akan saat dia menyakitinya sudah hilang, dia tahu dialah biang keladi di balik amnesianya.
Dialah juga yang kini mengajarkannya: apapun yang terasa sangat di alam bawah sadar, hasil akhirnya bisa saja tak layak dipercaya.
Jangan pernah percaya pada siapapun yang tak bisa dipastikan.
Mungkin semua kata dan perbuatannya ini sengaja dirancang untuk melunakkan hatinya...
“Sheng Youran, apa lagi yang kau tunggu...”
“Diam!!” Otaknya kacau balau, detak jantung berdegup kencang bagai dipukul genderang perang.
“Seolah-olah keraguan dirinya selama setengah hari ini adalah bentuk rasa bersalah.”
Ye Yunting tetap menunjukkan raut wajah dingin dan datar, tetapi kedua kakinya juga jelas mulai tidak bisa bertahan.
Luka itu tidak mematikan, tapi dia juga kehilangan banyak darah dan kelelahan parah.
Dia sudah tidur selama sepuluh hingga dua puluh jam, seolah masih berada dalam kondisi kelelahan jiwa.
Sedangkan Ye Yunting, mungkin hingga kini tetap dalam kondisi jiwa yang tegang, belum sempat memejamkan mata.
Saat Sheng Youran sedang ragu-ragu, dia mendengar suara samar.
Seperti suara seseorang yang sedang berbicara.
Dia tiba-tiba menoleh dan bergegas keluar, di sudut dia bertemu dengan wajah yang agak familiar.
“Istri, Anda masih di sini. Tuan Mu berpesan agar Anda tidak terlalu banyak kena angin. Angin laut di sini terlalu kencang.”
Sheng Youran mengangguk tenang, “Saya tahu, apakah dia sudah tidur?”
“Ya, Tuan Mu baru saja tertidur, tidak ada yang mengganggunya.”
“Saya mengerti, saya cari udara segar sebentar dan segera kembali.” Nada bicara Sheng Youran dibuat santai, “Katanya malam ini kita berangkat, benarkah?”
Anak buah menjawab, “Benar, sebagian dari kami akan tinggal di sini. Kapal ini akan pulang dulu. Anda dan Tuan Mu perlu istirahat yang cukup, urusan di sini bisa diserahkan ke Mr. Ye. Istri, apakah Anda... tidak enak badan? Wajah Anda agak pucat.”
Sheng Youran buru-buru berkata, “Tidak apa, saya baru saja teringat beberapa... hal yang tidak menyenangkan. Saya ingin segera meninggalkan tempat ini, tidak ingin melihat pulau ini lagi.”
“Baik, Istri. Saya akan berdiskusi dengan mereka agar kita bisa secepatnya berangkat.”
Baru setelah melihat orang itu pergi, dia benar-benar menghela napas lega.
Jika kapal berangkat dengan menyisakan sebagian orang, maka penumpang yang tersisa pun tidak terlalu banyak.
Setelah memastikan tak ada orang di sekitar, barulah dia mengalihkan pandangannya dan berbalik menuju arah Ye Yunting tadi.
Ye Yunting memegangi jeruji, wajah pucat dengan butiran keringat terus menetes.
"Kau bukan mau kabur ke laut, kan?" Sheng Youran kaget setengah mati.
Susah payah dia menyembunyikan eksistensinya. Kalau dia kabur ke laut, begitu turun pasti langsung ketahuan.
Tangan Ye Yunting yang mencengkeram pagar itu sampai tulang-tulangnya menonjol.
Dia menoleh, berbisik parau, "Kabur ke laut? Ngapain aku bunuh diri. Yang benar, aku hampir tidak bisa berdiri. Seperti kukatakan, kalau kau tidak teriak minta orang menangkapku, mungkin aku juga tidak akan bertahan lama. Tadi kau sengaja menyingkirkan orang-orang... jangan-jangan karena... kau ingin nanti ada yang menemukan mayatku?"
Sheng Youran tadi sudah memastikan tidak ada yang mendekat, tapi waktu sangat mepet.
"Dia segera mendekat, memegang bagian tubuhnya yang tidak terkena darah," "Kamu ikut aku."
Tubuh Ye Yunting seakan terguncang.
Pupil hitam pekat yang tak terlihat dasarnya, seolah mengeraskan kabut hitam tebal ke arahnya.
"Bisa tidak kamu kooperatif dulu? Kalau tidak, lebih baik kamu kabur ke laut!" Sheng Youran dalam hati kesal, malas menjelaskan kebingungannya.
Dia pria yang punya kesadaran diri, tahu bahwa perempuan ini takkan, dan seharusnya tak mungkin menolongnya.
Mengapa melakukan tindakan seperti ini, dirinya sendiri pun terkejut.
Tapi sudah terlanjur dilakukan, lebih baik ikuti kata hati.
"Jika orang yang menyelamatkan dirinya sendiri, malah mati karena dirinya, hatinya juga tidak akan tenang."
Berdasarkan hal itu, dia merasa tidak bisa hanya diam melihatnya jatuh ke tangan mereka.
"Kamu tidak boleh berlama-lama di sini. Untungnya penumpang kapal tidak banyak, dan di waktu seperti ini juga tidak banyak yang menganggur. Ini adalah portal yang menghubungkan balkom beberapa kamar. Bahkan yang tidak terhubung sekalipun, dari balkom akan langsung terlihatmu." Sheng Youran membimbingnya sambil berjalan dan berbisik, "Jika benar-benar harus bersembunyi, pahamilah tempat-tempat yang mudah untuk dijadikan persembunyian."
Ye Yunting berkata dingin, "Aku belum sempat mempelajari topografi daerah sini. Sekarang kamu mau membawaku ke tempat persembunyian?"
Sheng Youran langsung membawanya masuk ke sebuah balkom, lalu mendorong pintu kaca, menutup tirai.
Setelah melirik kamar sebentar, dia berpikir, "Tunggu dulu sebentar."
Dia pergi ke lemari, mengambil selimut, dan membentangkannya di sofa mewah.
Semua bantal hias di sofa disingkirkan agar ruang duduk lebih lapang.
Baru kemudian membantunya duduk di sofa.
Darah di tubuhnya tidak boleh menetes di kamar, harus ada lapisan pelindung di sofa.
Jika ada yang masuk, dia bisa mengangkat selimut untuk menyembunyikan kelainan.
Ye Yunting duduk, sudut matanya menyapu kamar dan tindakan hati-hatinya, lalu perlahan berkata, "Ini... bukan kamarmu kan?"
