Bab 454 Jika benar-benar hamil, keduanya pasti akan sulit, lebih baik tidak usah
Mu Yibei memotong steak dengan santai, “Makanan manis yang terlalu banyak tidak baik, lain kali kurangi. Bahan makanan di kapal sumber dayanya terbatas, yang segar dan enak tidak banyak. Mau makan apa, kita makan setelah merapat?”
Sheng Youran segera mengangguk, saat ini dia sangat ingin cepat-cepat merapat.
Menyembunyikan Ye Yunting baru setengah hari, dia sudah beberapa kali ketakutan, sambil harus berpura-pura tidak terjadi apa-apa di permukaan.
“Tapi, kamu makan sangat banyak…” Suara Mu Yibei terhenti sejenak, “Jangan-jangan hamil?”
“Hukh-hukh-hukh…” Sheng Youran tersedak steak di mulutnya, batuk cukup lama.
“Kamu, kamu sembarangan ngomong…makan sedikit lebih banyak langsung hamil, siapa yang ngasih tahu?”
Suara Mu Yibei berlayar perlahan dengan mantap, tenang luar biasa, “Tebakan.”
Sheng Youran hanya bisa menghela napas, meneguk beberapa tegukan air besar.
Porsi makannya biasanya tidak besar, kalau sekarang memesan terlalu banyak, benar-benar mudah ketahuan.
Tapi dia juga tidak bisa membiarkan Ye Yunting mati kelaparan.
Sheng Youran mengeringkan mulutnya dengan tisu, berkata datar, "Apa kamu pikir hamil hanya butuh waktu satu hari? Atau kamu curiga ada masalah selama aku di pulau ini? Atau mungkin kamu sangka aku sudah hamil beberapa bulan, tapi masih bisa lompat-lompat begini tanpa masalah?"
Mu Yibei: "……"
Saat bicara tadi, dia hampir sama sekali tidak memikirkan hal-hal ini, lebih seperti sekadar ceplas-ceplos.
Setelah Sheng Youran mengatakannya, barulah dia merasa ada yang tidak beres.
Suasana terdiam sejenak, setelah sekelirik waktu akhirnya dia berkata, "Bukan itu maksudku, jangan overthinking. Tak apa, kalau belum hami kita buat rencana."
Sheng Youran memegang pisau dan garpu, tiba-tiba juga bingung harus berkata apa, "Kamu... sangat ingin punya anak lagi?"
Mereka sudah memiliki putra dan putri. Setidaknya menurutnya, dia tidak perlu terburu-buru.
Walaupun Erbao dan Sanbao sudah masuk usia sekolah.
Mu Yibei mengerutkan alisnya, "Kamu tidak mau lagi?"
Dia tak tahu harus menjawab apa, karena dirinya sendiri pun tidak yakin.
Dari segi fisik, setelah setengah tahun di rumah sakit, apakah pemulihannya sudah sempurna masih diragukan, apalagi efek obat-obatan terhadap Baby.
Yang paling penting, ingatannya saja belum pulih, pantaskah sudah memikirkan urusan bayi?
"Tak apa, aku cuma bicara sembarangan." Mu Yibei melanjutkan memotong steak, "Katanya melahirkan itu sakit sekali, lagipula kita sudah punya anak."
Paling-paling, dia pernah kehilangan lima tahun bersama dua bayi mereka, tak pernah punya pengalaman membesarkan anak bersama dengannya.
"Sekarang ini tiba-tiba terpikir ide ini, ditambah Sanbao sudah lama menginginkan adik ipar."
"Tapi jika dia tidak mau, untuk urusan kecil seperti ini memang tidak perlu membuatnya sakit lagi."
"Karena alasan ini." Sheng Youran menunduk, garpu menusuk daging di mangkuknya, "Maksudku, ingatanku belum pulih. Bukankah katanya aku masih bisa pulih ingatan?"
Alis Mu Yibei berkerut sejenak, seolah memikirkan sesuatu.
Beberapa saat kemudian dia berkata, "Urusan itu belum tahu kapan akan ada hasil, menurutku tidak penting. Kamu tetaplah milikku, ada atau tidaknya ingatan itu tidak masalah. Setidaknya tidak perlu mengorbankan hal lain demi ingatan itu."
Mengorbankan hal lain demi ingatan itu?
Sorot mata Sheng Youran tampak bingung menatapnya, "Maksudmu apa?"
"Tidak apa." Dia kembali meneguk air lemon, menatapnya sambil mengatupkan bibir dengan tatapan dalam, "Kukira kau menginginkan anak, dan putri sudah sering menyebut... Tapi kehamilan itu merepotkan. Jika benar hamil, kita berdua akan susah. Lebih baik tidak usah. Lain kali aku akan pakai kontrasepsi."
Wajah Sheng Youran memerah sambil melotok padanya, hantu apa ini?
Ternyata alasan dia karena ini...
Dia melotot ke Mu Yibei lalu menunduk makan tanpa mau menanggapi setengah kata pun.
*
"Sakit! Sakit sakit sakit--"
Ye Mo Er ditindih di ranjang, tangannya ingin menarik diri tapi tak bisa bergerak.
"Aduh!" Perempuan itu memandang lelaki dengan aura pembunuh di wajahnya yang sedang menekannya untuk memaksa mengoleskan obat, ekspresinya penuh kepasrahan dan kekesalan.
Ye Mo berkata dengan nada dingin, "Ini belum bisa disebut sakit bagimu."
Seseorang yang mencapai level Ye Mo Er pasti telah melewati hujan peluru dan hutan tombak, tak terhitung berapa kali terluka.
Dia tidak percaya luka sekecil ini bisa membuatnya merintih seperti sedang merayu, jelas-jelas dilakukan dengan sengaja.
Ekspresi Ye Mo tetap dingin saat memasukkan kembali obat ke tempatnya.
"Masih ada di sini!" Ye Mo Er mengulurkan lengannya yang tergores, "Bekas lukanya akan sangat jelek kalau dibiarkan."
Sorot mata dingin Ye Mo menyapu bagian yang lecet itu, "Ini bisa disebut terluka? Layak diberi obat?"
Pergelangan tangannya yang terkilir jauh lebih parah dari ini. Luka sekecil ini bahkan tidak layak disebut cedera di mata mereka - luka kulit harus sampai mengeluarkan darah, sementara ini cuma lecet sedikit.
Mata berkaca-kaca Ye Mo Er menatapnya, alisnya berkerut rapat, "Apa maksudmu? Tidak kau lihat bekas jelek sepanjang ini di tanganku? Katamu tidak layak diobati? Ye Mo, tadi kau paksa mengobati bagian yang tidak perlu dengan kasar, sama sekali tak peduli rasa sakitku. Sekarang yang jelas-jelas cacat ini malah kauanggap tak layak?"
Suara Ye Mo datar tanpa emosi, "Beberapa hari lagi akan sembuh sendiri, tidak akan infeksi."
“Cukup beberapa hari akan sembuh, tidak akan infeksi. Aku hanya ingin cepat pulih.” Sorot mata berbintang Ye Mo Er memandangnya sekelirik, akhirnya menyimpan sikap berpura-pura marah tadi. Sudut matanya menyirat senyum masam, "Sudahlah, aku paham. Kau benar-benar tak menganggapku sebagai perempuan."
Hanya di momen seperti inilah, terlihat bayang kelelahan di matanya.
Ye Mo Er bersandar di ranjang, mengenakan baju hitam ketat yang mengukir lekuk tubuh langsingnya yang sempurna.
Matanya menatap langit-langit dengan pandangan kosong.
Suaranya terdengar lamban, "Aku memang sering terluka dan sakit, bahkan lebih parah dari ini tak terhitung. Tapi Ye Mo, bukan berarti aku tak takut sakit. Gaya dinginmu ini memperlakukanku seperti anak buahmu... Aku memang dipekerjakan olehmu, itu benar. Tapi klien tak perlu mengoleskan obat sendiri, juga tak perlu mengurusi takdirku. Mengapa tak biarkan aku jatuh saja?"
Ye Mo kembali memegang botol obat luka, mengabaikan semua ucapannya. "Lenganmu kemari."
Ye Mo Er seolah tak mendengar, melanjutkan, "Kegelisahanmu saat aku bicara dengan Sheng Youran membuktikan kau masih tak percaya padaku. Bahkan sedikitpun?"
"Aku bilang lenganmu kemari. Jangan buang kata-kata."
Suara lelaki itu dingin dan kejam. Hanya yang mengenalnya tahu ini belum termasuk saat temperamennya benar-benar meledak.
Ye Mo Er menggelengkan kepala，"Sudahlah, hal kecil seperti ini tidak perlu kupermasalahkan. Beberapa hari lagi akan sembuh..."
Sebelum suaranya benar-benar menghilang, Ye Mo dengan wajah dingin menarik lengannya. Dengan kapas yang telah dicelupkan cairan obat di tangannya, ia mulai mengoleskannya perlahan.
Gerakan penarikannya kasar dan langsung, namun saat mengaplikasikan obat, dilakukan dengan sangat hati-hati dan teliti.
