Bab 468 Melihat Saya Seperti Ini, Kau Senang?
Bab 468
Bos Li mendengar kalimat "tidak bisa sesederhana itu", langsung ketakutan setengah mati.
Memukulinya saja apakah bisa jadi sederhana?
Gaya pria tadi saat main fisik, cuma sentilan ringan, pinggangnya yang sudah tua ini rasanya mau patah.
Kalau benar-benar serius, dia yakin gerombolan preman ini bisa membuatnya cacat separuh nyawa.
Sekarang malah bilang, tidak bisa sesederhana itu?
Sheng Youran juga tak mau melihat wajah pucat Bos Li yang ketakutan, "Terserah kalian, aku mau keluar dulu, tidak akan mengganggu."
Bos Li menjerit menangis, "Nona, maaf, benar-benar maaf! Aku tidak sengaja, kalian tidak boleh memperlakukan aku seperti ini."
Orang bijak tak melawan saat situasi genting. Dia tahu jika perempuan ini pergi, nasibnya akan lebih buruk, bahkan tanpa celah untuk bernegosiasi.
"Aku bukan seperti yang kau kira, sungguh ingin merekrutmu sebagai anchor... Aku pedagang resmi... Yang kau lihat tadi sebenarnya, sebenarnya berbeda dengan yang kubicarakan. Perempuan itu cuma pelacur, kau lihat sendiri, sampai merekam video, aku sudah cukup baik padanya. Nona, aku tidak bermaksud seperti itu padamu."
Sheng Youran tak berniat melanjutkan percakapan dengannya.
Hanya merasa lelaki ini benar-benar Jijik, dan tidak menghormati perempuan.
Awalnya dia hanya berniat mengambil uang itu untuk dikembalikan ke Su An'an, lelaki tadi meski tidak sopan sekalipun itu bukan urusan ‘dirinya sendiri’.
Tapi setelah dia mulai mengganggu ‘dirinya sendiri’, rasa tidak nyaman itu muncul.
Jika dia membiarkannya Pergi!! mungkin tidak apa-apa, tapi malah melontarkan kalimat pedas: "Satu lagi yang keluar untuk ‘menjual diri’."
Sekarang dipukul sampai seperti apa pun itu pantas.
Sheng Youran baru saja Pergi!!, Bos Li ingin menyusul untuk meminta maaf, langsung ditendang hingga terlempar jauh.
*
Saat keluar dari restoran, sosok Su An'an sudah lama menghilang dari jalanan.
Melihat beberapa lembar dolar di tangannya, dia memanggil seorang pengawal di dekatnya.
Bahkan di restoran hotel sekalipun, selalu ada beberapa orang yang mengawasi dari jarak tertentu. Jadi ketika lelaki tadi mulai bersikap tidak sopan dan mendekat, pasti langsung ada yang muncul.
Maka saat dia keluar dari restoran, pengawal secara alami mengikuti lebih ketat.
"Tolong cari seseorang, perempuan bernama Su An'an yang baru keluar dari restoran. Dia seharusnya belum lari jauh."
Pengawal mengangguk, segera memberi tahu rekan-rekannya.
Sheng Youran sendiri tidak tahu kenapa melakukan ini, awalnya dia tidak berniat ikut campur urusan orang.
Bahkan perubahan emosi mendadak Su An'an saat melihatnya, dia pikir mungkin karena malu diperlihatkan keadaan memalukan seperti itu.
Tapi sorot mata itu terlalu membekas di ingatannya.
Setelah kehilangan sebagian ingatan, mungkin karena penilaian terhadap orang lain selalu membutuhkan lebih banyak tebakan di otak, dia menjadi agak sensitif terhadap kelainan dalam ekspresi orang.
Beberapa hal tidak terasa saat itu, tetapi akan terus tertanam dalam alam bawah sadarnya.
Saat dia hendak memberikan uang itu ke pengawal dan menyuruhnya mengembalikan, pada akhirnya tidak diucapkan.
Pikiran tentang sorot mata yang dia tunjukkan saat itu, membuatnya ingin melihat reaksi dia jika muncul kembali di hadapannya.
Jangan-jangan dia... kenal dirinya sendiri?
Seandainya ini sebelum bertemu Mu Yibei, melihat Su An'an di TV pasti tidak akan membuatnya berpikir seperti ini.
Tapi sekarang, secara logika, sebagai Nyonya Mu, kemungkinan mengenal Su An'an memang ada.
"Nyonya, ketemu, tidak terlalu jauh." Pengawal segera memastikan tempat duduk Su An'an.
"Baik, bawa saya ke sana dulu." Sheng Youran memasukkan kembali fokusnya, membawa beberapa lembar uang itu mengikuti pengawal.
Gang itu masih termasuk area perkotaan pusat, tapi selain satu dua gelandangan, tidak banyak orang.
Su An'an bersandar di tembok sambil menahan kaki yang baru saja terkilir saat jatuh.
Si aib keluarga tak tahu malu itu, benar-benar tidak segan-segan saat mendorongnya.
Tangan begitu kasar.
Melihat memar kehijauan di kakinya, raut wajahnya yang lesu bertambah muram beberapa poin.
Setelah istirahat sebentar, tepat hendak berdiri, terdengar langkah kaki yang mantap mendekat.
"Nyonya, dia di sini."
Sebelum sempat mengangkat kepala, wajah Su An'an sudah pucat menyeramkan.
"Karena dia sama sekali tidak perlu menengadah, sudah tahu siapa yang datang."
"Dia jongkok di dekat tembok, dari sudut matanya melihat sepasang sepatu."
"Berbeda dengan dirinya yang selama beberapa tahun ini tak pernah membeli sepatu layak, sepatu itu sempurna dan cantik, tampaknya juga masih baru."
"Dari sudut pandangnya yang pernah hidup mewah dulu, bahkan mereknya bisa dikenali."
"Sudah lama bukan lagi dunia yang bisa disentuhnya."
"Su An'an dengan raut wajah mendung, suaranya rendah seolah berasal dari tulang tenggorokan, 'Melihat keadaanku seperti ini, kau senang? Heh, tadi menonton pertunjukan belum cukup, masih menyusul ke sini untuk melihat.'"
"Sejak melihat reaksi Su An'an di kelirik itu, Sheng Youran sudah memastikan, tadi tidak sesederhana itu."
"Dia memang mengenalinya."
"Kepanikan, rasa malu, dan penghindarannya yang tergesa tadi, bukan hanya karena sisi paling terpuruk dan menyedihkan dilihat oleh orang yang mengerti, oleh orang yang bisa mengenalinya."
"Hanya karena dia tidak ingin dilihat olehnya."
"'Hanya saja, ini semua belum cukup bagimu.' Suara Su An'an sudah kelelahan sampai ke dalam tulang, menutup mata, 'Lalu apa yang kau inginkan, Sheng Youran? Nyawaku hanya satu ini, paling-paling kau ambil nyawa ini. Tadi setelah kau melihatku, aku sudah tahu kali ini kau menemukanku, takkan membiarkanku lepas.'"
"Sheng Youran terus diam, melihatnya membuka mata, menatap dirinya."
"Ketika Su An'an menatapnya, yang terpancar bukan lagi kegelisahan tadi, melainkan kebencian."
“Aku sekarang hidup dengan sikap seperti hantu ini, kau ingin membunuhku, aku bahkan mungkin tidak akan melawan.” Su An'an menatapnya tak berkedip, “Tapi jika kau membunuhku, mungkin kau tidak akan tahu keberadaan Mo Yuchen.”
Mo Yuchen?
Sheng Youran mengerutkan alisnya.
Ini nama yang sama sekali asing.
Su An'an melihat raut wajahnya, tiba-tiba berkata dengan sinis, “Tak kusangka kau orang yang mudah lupa, Sheng Youran. Kau juga bisa kejam kalau sudah tidak peduli. Tapi seorang Mo Yuchen, mungkin sudah tidak penting bagimu. Hilang beberapa tahun, hidup matinya juga tak kau hiraukan. Aku terlalu menganggumu, kukira kau benar-benar berbudi. Nyawa dia dan ibunya, rupanya sudah lama tak kau pedulikan.”
Dia mengira itu adalah kartu truf terakhirnya, tapi tak menyangka Sheng Youran sama sekali tak menggubris.
“Maksudmu, jika aku tidak membunuhmu, kau akan memberitahuku keberadaannya?” Sheng Youran mengajukan pertanyaan perlahan kata demi kata.
Su An'an tak bisa menebak maksudnya.
“Lalu mengapa aku tidak membawamu pulang, sampai kau berbicara?”
Su An'an menyeringai dingin, “Kau pikir aku sekarang benar-benar takut mati atau ancaman? Lagipula kau pasti tidak akan membiarkanku pergi, sekarang apa yang tidak ingin kukatakan, satu huruf pun tidak akan kau tahu.”
“Nona Su masih takut mati ya? Jika tidak takut mati, mengapa mau menawar syarat denganku?”
Masih mau hidup dalam kondisi hina seperti ini, jelas dia tidak ingin mati, dia hanya membenci dirinya.
