Bab 478 Seandainya pura-pura menolak, apakah kamu akan terpancing?
Dia mengangkat sorot matanya. Selama ini dia tahu mata lelaki ini sangat indah.
Pupil coklat pekat nyaris hitam, dalam tak bertepi, dari alis hingga kelopak sempurna.
Sayang aura dinginnya yang menyelimuti tiada henti, tak pernah ada senyum ramah. Sedikit yang berani menatapnya langsung.
“Karena tidak perlu.” Ye Mo'er menarik kembali pandangannya, “Kakak Mo, bisa lepaskan aku? Aku tidak menggoda, bukankah kamu harus lega?”
“Pura-pura menolak?” Ye Mo membalas dingin, mencengkeram dagunya memaksa ia menengadah.
Dia merasa lucu, di matanya dirinya begitu penuh akal sampai harus merancang taktik menjeratnya?
Sekarang saat dia benar-benar ingin menjauh, malah tidak percaya.
"Aku bilang tidak, kamu juga tidak akan percaya. Kalau aku pura-pura menolak, apa kamu akan terpancing? Daya tahanmu sehari-hari membuatku kehilangan kepercayaan." Ye Mo Er menggerakkan kepalanya, melepaskan dagunya dari kontrolnya, sekaligus menyambar tangan pria itu untuk melepaskan diri.
Pupil mata Ye Mo kembali dingin beberapa tingkat.
Dalam tatapannya, jelas terlihat kejengkelan dan penolakan yang melintas sekilas di matanya.
Sedikit emosi yang tersembunyi di balik senyumannya yang bergetar itu awalnya hampir tak terlihat, bahkan cepat seperti halusinasi.
Tapi baginya, sedikit emosi itu sudah cukup untuk memicu kemarahan di hatinya.
Ye Mo menekan bibirnya dengan kencang, kembali menekan tubuhnya dengan paksa, "Kalau begitu, kali ini kau berhasil."
Kalimat dingin dan keras itu disertai suara merobek pakaiannya.
Senyum di wajah Ye Mo Er mulai memudar karena malu.
Dia tidak tahu apa yang membuatnya marah, dorongan untuk melampiaskan emosi yang mendesak itu hampir membuatnya ingin menampar pria itu.
Tindakan posesif yang terburu-buru membuat kulit wajahnya menegang.
Ye Mo Er menutup matanya.
Dia sudah lama tidak peduli pada perasaannya, bahkan sekadar rasa hormat dan belas kasihan yang sedikit.
*
Sheng Youran terbangun dan membasuh wajahnya, melihat waktu sudah menunjukkan siang hari.
Setelah berganti pakaian dan keluar dari kamar, di restoran lantai bawah dia melihat Ye Mo Er sedang duduk di tepi ranjang menyantap sarapan.
Sepotong roti di tangannya, mata tertuju pada jendela lantai ke langit di luar, seperti sedang melamun.
“Mo'er.” Sheng Youran duduk di hadapannya. Baru setelah mendekat, dia melihat bekas-bekas di bagian tubuh Mo'er yang tidak tertutup pakaian.
Dia sangat paham apa arti semua itu...
“Kamu...”
Ye Mo'er menoleh, mengikuti pandangannya ke bawah. “Oh ini? Kemarin malam aku tidur dengan seseorang. Dia memang seperti anjing.”
Sheng Youran mengangkat kepala, melihat Ye Mo yang baru saja mendekat dari belakang Mo'er.
Jelas terlihat, begitu Ye Mo melihatnya duduk di sini, alisnya langsung berkerut.
Mungkin dia telah mengambil tempat duduk Ye Mo...
Tapi selama ini dia tak pernah melihat Ye Mo dan Ye Mo'er makan bersama di meja yang sama. Kecuali Mo'er yang tinggal di kamarnya, sepertinya mereka jarang bertemu.
“Mau pesan apa? Lihat menunya.”
Sheng Youran ragu sebentar. “Mungkin lebih baik aku sarapan di tempat lain.”
“Tidak apa-apa.” Ye Mo'er berkedip sambil terus makan. “Di sini kan kosong. Aku bosan makan sendirian. Kamu datang tepat waktu.”
“Yakin di sini tidak ada yang duduk?” Tatapannya beralih ke Ye Mo yang berdiri tak senang di sampingnya.
Baru sekarang Ye Mo'er menoleh dengan ekspresi terkejut. “Ada perlu? Katanya siang mau terbang ke London, diubah jadi sekarang?”
“Tidak.” Ye Mo melemparkan kata-kata dingin. “Tapi cepatlah makan. Jangan sampai nanti molor.”
Setelah berkata, Ye Mo Er dan Sheng Youran melihatnya sudah pergi dari restoran tanpa menoleh.
"Apa dia berniat datang untuk sarapan?"
Ye Mo Er menggelengkan kepala, "Aku mana tahu. Dia tidak pernah makan di luar bersamaku, dan menurut kebiasaannya, di jam segini pasti sudah makan. Lebih baik jangan pedulikan, akhir-akhir ini dia neurotik dan moody."
Anak buah yang berdiri tak jauh membersihkan tenggorokannya, membetulkan, "Lao Da hari ini belum sarapan."
"……" Sheng Youran menatap Ye Mo Er.
Ye Mo Er hanya tertegun, "Oh, itu langka. Tetap jangan urusi dia, mungkin dia makan di luar."
Sheng Youran tak begitu paham keduanya, tapi ekspresi muram Ye Mo tadi membuatnya enggan bertanya lebih lanjut.
Hanya saja, sehari-hari pun pria itu tak pernah tersenyum sedikitpun. Jadi mungkin tadi bukan sedang bad mood, hanya dirinya yang overthinking.
Dia memesan sarapan, lalu menanyakan kabar Mu Yibei.
"Tuan Mu sepertinya juga belum makan, dia tidak memesan sarapan."
Sheng Youran berpikir sejenak, saat hendak menutup menu, membukanya kembali.
Berdasarkan pemahamannya tentang dia, memesan beberapa hidangan lalu menyuruh pelayan mengantarnya ke kamar.
Setelah pelayan pergi, Sheng Youran teringat ekspresi Mu Yibei kemarin yang tak seperti akan membaik dalam semalam, "Jangan-jangan makanan yang kuantar ditolak?"
Ye Mo Er menyangga dagu, mendengar pertanyaannya terkekeh, "Jika sarapan yang kamu kirim tidak dimakannya, berarti dia sedang di puncak amarah - justru itu pertanda masih ada harapan."
"Orang yang sedang marah lebih mudah ditenangkan daripada orang yang kecewa."
"Jika hanya karena sedang di puncak amarah, setelah dia tenang, Sheng Youran bisa ditenangkan."
"Yang ditakutkan adalah masalahnya sama sekali tidak ada hubungannya dengan kemarahan."
Sheng Youran tahu memikirkan ini percuma, tapi tetap berpesan pada anak buahnya: "Jika kalira merasa dia mungkin tidak mau makan, jangan bilang ini pesanan dariku."
Saat sarapan hampir selesai, Sheng Youran meronta-rona sambil membungkuk membalas SMS Sanbao, menyuruh mereka baik-baik di rumah menunggu, dia akan segera pulang.
Hanya tidak tahu seberapa kecewanya mereka jika mengetahui Mu Yibei tidak pulang.
Dari sudut matanya terlihat samar bayangan orang mendekat. Sheng Youran belum sempat bereaksi, tiba-tiba terdengar teriakan mencekam.
Ye Mo Er hampir tak perlu berdiri sudah berhasil memelintir lengan pria kulit hitam yang mendekat ke meja dan menekannya.
"Berani sekali kau." Suara manis Ye Mo Er bergema, tangan putihnya yang lentik mencengkeram erat si kulit hitam, "Lama tak lihat preman bego tapi nekat macam ini, pikir pakai jas bisa masuk hotel bintang lima?"
"Nyonya Mu, Nona Ye." Anak buah yang menyadari kejadian ini segera bergegas mendekat.
Ye Mo Er berdiri, masih memelintir lengan pria itu. Saat si kulit hitam hendak melawan, dia menendang keras ke bagian bawah tubuhnya.
"Nanti kalian datang, bisa-bisa Nyonya Mu sudah babak belur!"
Anak buah agak bingung tapi tak bisa membantah. Bukankah tadi mereka sendiri yang menyuruhnya menjaga jarak?
"Lagi pula di tempat umum, dia berdiri begitu jauh juga tidak enak menyuruh setiap orang menjauhi meja mereka."
Tidak tahu bagaimana Ye Mo Er bisa melihat bahwa orang ini hendak main fisik terhadap Nyonya Mu.
"Lepaskan aku, hentikan!" Teriakan pria kulit hitam itu menyayat hati, satpam hotel pun segera muncul.
Sheng Youran memandang wajah pria kulit hitam yang nyaris berubah karena sakit, "Aku tidak kenal orang ini."
Tapi pria kulit hitam yang berpostur tinggi besar ini, dia tidak mengerti bagaimana Ye Mo Er bisa mengontrolnya hingga tak bisa bergerak dalam waktu singkat.
"Tentu saja kau tidak kenal preman kacangan seperti ini. Jadi, sebenarnya siapa yang menyuruhmu datang?"
